CERMIN: Hidup adalah Kumpulan Kilas Balik Tak Terelakkan
Rabu, 07 Desember 2022 - 15:32 WIB
JAKARTA - Tahun 2005. Saya memutuskan merantau ke Jakarta. Seketika hidup saya sebelumnya di Polewali dan Makassar sering berdatangan, bagaikan kumpulan kilas balik yang tak terelakkan.
Hidup selalu punya kejutannya sendiri. Ia juga bisa selalu mengingatkan kita dengan sekumpulan kilas balik. Peristiwa demi peristiwa yang terjadipada masa lalu berdatangan, kadang di waktu yang tak tepat. Tapi kadang kilas balik itu membuat kita kembali mensyukuri hidup yang telah kita lalui.
Salah satu yang bisa kita syukuri dalam hidup adalah ketika kita bisa mengecap manisnya persahabatan. Saya punya beberapa sahabat, beberapa di antaranya bertahan selama lebih dari 20 tahun. Namun persahabatan yang saya alami tak akan bisa menandingi persahabatan yang dijalani Tully dan Kate.
Tully dan Kate adalah tokoh sentral dalam serial Firefly Laneyang bisa disaksikan di Netflix. Mereka menjalin persahabatan sejak berumur belasanpada pertengahan tahun 1970-an, menjalani karier bersamapada tahun 1980-an, dan tetap bersahabat pada awal tahun 2000-an.
Foto: Netflix
Sebuah persahabatan yang terentang panjang melewati tiga dekade. Bayangkan apa saja yang dilalui persahabatan selama itu. Pasti ada sesuatu yang istimewa sehingga keduanya bisa setia berkawan dengan episode hidup masing-masing.
Tapi keistimewaan Firefly Lanebukan sekadar persahabatan yang terentang panjang itu. Juga karena bagaimana caranya bertutur. Kisah Tully dan Kate secara konsisten dan efektif dituturkan melalui metode kilas balik. Kita akan melihat bagaimana tiga periode kehidupan mereka bisa saling terkait satu sama lain.
Baca Juga: CERMIN: Permaisuri dalam Hidupnya yang Sepi
Di antara tiga periode itu ada cinta, airmata, romantisme, dan kadang tragedi. Berbagai peristiwa menguji persahabatan mereka dan sejauh ini solid. Namun bisakah mereka terus bertahan melewatinya ketika hidup dan dunia di sekeliling mereka terus berubah?
Menonton Firefly Lanemengasyikkan karena kita seperti melihat kisah-kisah hidup perempuan yang bisa siapa saja. Tully bisa saja Amelia yang kita kenal saat kuliah jurnalistik dan berambisi menjadi jurnalis reporter yang hebat.
Foto: Netflix
Kate bisa saja Dewi yang kita kenal saat jadi anak baru di stasiun televisi swasta yang tak ambisius menjadi produser program acara karena ingin menjadi seorang ibu. Keduanya sosok yang familier yang dengan mudah bisa kita temukan di manapun.
Tapi kita tak perlu menjadi seorang perempuan untuk bisa terkoneksi dengan kisah panjang dari Tully dan Kate. Saya pun bisa menjadi Tully yang selalu berpura-pura tegar saat putus cinta dengan seseorang yang sangat dicintai. Saya juga bisa menjadi Kate yang masih tak bisa menyembunyikan rasa cinta pada sang mantan.
Seiring dengan kilas balik yang terus berjalan konsisten dalam tiap adegan, khayalan kita melayang-layang menyusuri masa lalu. Saya mengingat masa kecil saya yang menyenangkan di Polewali, menikmati masa remaja di Makassar, dan akhirnya berteman dengan kerasnya hidup saat merantau di Jakarta. Kilas balik itu sering kali datang dan tak terelakkan.
Tapi memori juga punya caranya sendiri untuk mengingatkan kita. Bahwa hidup tak berdiri sendiri. Ia selalu dengan caranya sendiri punya keterkaitan satu sama lain, periode demi periode. Saya memang berkuliah di Fakultas Kedokteran dan malah berakhir menjadi sutradara/produser tapi melalui kilas balik, saya diingatkan bahwapada masa kecil di Polewali saya memang sudah suka sekali menonton di bioskop.
Foto: Netflix
Hidup selalu punya kejutannya sendiri. Ia juga bisa selalu mengingatkan kita dengan sekumpulan kilas balik. Peristiwa demi peristiwa yang terjadipada masa lalu berdatangan, kadang di waktu yang tak tepat. Tapi kadang kilas balik itu membuat kita kembali mensyukuri hidup yang telah kita lalui.
Salah satu yang bisa kita syukuri dalam hidup adalah ketika kita bisa mengecap manisnya persahabatan. Saya punya beberapa sahabat, beberapa di antaranya bertahan selama lebih dari 20 tahun. Namun persahabatan yang saya alami tak akan bisa menandingi persahabatan yang dijalani Tully dan Kate.
Tully dan Kate adalah tokoh sentral dalam serial Firefly Laneyang bisa disaksikan di Netflix. Mereka menjalin persahabatan sejak berumur belasanpada pertengahan tahun 1970-an, menjalani karier bersamapada tahun 1980-an, dan tetap bersahabat pada awal tahun 2000-an.
Foto: Netflix
Sebuah persahabatan yang terentang panjang melewati tiga dekade. Bayangkan apa saja yang dilalui persahabatan selama itu. Pasti ada sesuatu yang istimewa sehingga keduanya bisa setia berkawan dengan episode hidup masing-masing.
Tapi keistimewaan Firefly Lanebukan sekadar persahabatan yang terentang panjang itu. Juga karena bagaimana caranya bertutur. Kisah Tully dan Kate secara konsisten dan efektif dituturkan melalui metode kilas balik. Kita akan melihat bagaimana tiga periode kehidupan mereka bisa saling terkait satu sama lain.
Baca Juga: CERMIN: Permaisuri dalam Hidupnya yang Sepi
Di antara tiga periode itu ada cinta, airmata, romantisme, dan kadang tragedi. Berbagai peristiwa menguji persahabatan mereka dan sejauh ini solid. Namun bisakah mereka terus bertahan melewatinya ketika hidup dan dunia di sekeliling mereka terus berubah?
Menonton Firefly Lanemengasyikkan karena kita seperti melihat kisah-kisah hidup perempuan yang bisa siapa saja. Tully bisa saja Amelia yang kita kenal saat kuliah jurnalistik dan berambisi menjadi jurnalis reporter yang hebat.
Foto: Netflix
Kate bisa saja Dewi yang kita kenal saat jadi anak baru di stasiun televisi swasta yang tak ambisius menjadi produser program acara karena ingin menjadi seorang ibu. Keduanya sosok yang familier yang dengan mudah bisa kita temukan di manapun.
Tapi kita tak perlu menjadi seorang perempuan untuk bisa terkoneksi dengan kisah panjang dari Tully dan Kate. Saya pun bisa menjadi Tully yang selalu berpura-pura tegar saat putus cinta dengan seseorang yang sangat dicintai. Saya juga bisa menjadi Kate yang masih tak bisa menyembunyikan rasa cinta pada sang mantan.
Seiring dengan kilas balik yang terus berjalan konsisten dalam tiap adegan, khayalan kita melayang-layang menyusuri masa lalu. Saya mengingat masa kecil saya yang menyenangkan di Polewali, menikmati masa remaja di Makassar, dan akhirnya berteman dengan kerasnya hidup saat merantau di Jakarta. Kilas balik itu sering kali datang dan tak terelakkan.
Tapi memori juga punya caranya sendiri untuk mengingatkan kita. Bahwa hidup tak berdiri sendiri. Ia selalu dengan caranya sendiri punya keterkaitan satu sama lain, periode demi periode. Saya memang berkuliah di Fakultas Kedokteran dan malah berakhir menjadi sutradara/produser tapi melalui kilas balik, saya diingatkan bahwapada masa kecil di Polewali saya memang sudah suka sekali menonton di bioskop.
Foto: Netflix
Lihat Juga :
tulis komentar anda