Mengapa Drama Korea Senang Mengadaptasi dari Novel China?
Rabu, 07 April 2021 - 16:27 WIB
JAKARTA - Perang dingin antara Korea Selatan dan China ternyata tak menyurutkan niatan para produser drama Korea untuk mengadaptasi novel-novel dari Negeri Tirai Bambu itu.
Sekadar menyebut beberapa, ada "Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo" (2016) yang mengadaptasi novel China "Bu Bu Jing Xin".
Lalu ada "Mr. Queen" (2020-2021) yang mengadopsi cerita dari novel sekaligus drama China "Go Princess Go". Ada pula "A Love So Beautiful" (2020) yang diadaptasi dari novel "To Our Pure Little Beauty" yang juga dipindah format ke drama China berjudul sama dengan drama Koreanya.
Kini, sedikitnya masih ada dua lagi drama Korea dalam tahap produksi yang ceritanya menyomot novel China, yaitu "The Golden Hairpin" (tvN) dan "Until the Morning Comes" (JTBC).
Foto: Kakao TV
Di tengah ketegangan antara Korea Selatan dan China - terutama soal tuduhan masyarakat Korea bahwa China berusaha mengklaim beberapa budaya Korea (kimchi, hanbok, dan lainnya), hal ini tentu melahirkan tanda tanya.
Sebelumnya, kontroversi terbesar akibat ketegangan kedua negara membuat " Joseon Exorcist " dibatalkan penayangannya, padahal baru dirilis dua episode. Belum lagi kasus mirip-mirip yang menimpa "True Beauty" dan "Vincenzo" gara-gara penempatan produk China dalam adegannya .
Choi Min-sung, profesor Konten Budaya Korea-China di Hanshin University, Korea Selatan, berpendapat bahwa keputusan tetap mengadaptasi cerita dari China oleh produser drama Korea meski ada ketegangan antarmasyarakat dua negara tersebut adalah hal yang bisa dipahami.
"China punya pasar novel daring yang besar. Lebih dari dua juta novel dirilis tiap tahun, dan jumlah pembacanya meningkat menjadi 330 juta pada 2016," ujar Min-sung, mengutip dari Korea Times .
Foto: tvN
Dengan peluang pasar sebesar itu, "Cerita dari China yang sukses bisa dianggap sebagai jaminan kualitas dalam hal penceritaan (storytelling)," imbuh Min-sung.
Karena ada keyakinan terhadap hal tersebut, hal ini dianggap bisa mereduksi risiko biaya produksi yang besar dalam tahap tertentu, sekaligus harapan besar untuk mendapat ulasan positif dari penonton.
Baca Juga: 5 Dialog dalam Drama Korea yang Bisa Jadi Pegangan Hidupmu
Meski begitu, pendapat berbeda disampaikan oleh Yoon Suk-jin, profesor bidang Bahasa dan Literatur Korea di Chungnam National University. Dia meyakini, uang lah yang melatarbelakangi semua ini, bukan kualitas cerita.
"Secara keseluruhan, kualitas konten cerita China tidak sekuat konten Korea. Jadi ini kelihatannya karena tren investasi China (yang masuk ke Korea)," kata Suk-jin menjelaskan.
Menurut Suk-jin, dibanding dulu, sekarang ini para investor dari China sedang getol mendekati para produser drama Korea. Mengingat pasar konsumen China menjadi yang terbesar di Asia, dia mengatakan bahwa para produser di Korea memang tak bisa mengabaikan begitu saja para penonton dari China.
Sekadar menyebut beberapa, ada "Moon Lovers: Scarlet Heart Ryeo" (2016) yang mengadaptasi novel China "Bu Bu Jing Xin".
Lalu ada "Mr. Queen" (2020-2021) yang mengadopsi cerita dari novel sekaligus drama China "Go Princess Go". Ada pula "A Love So Beautiful" (2020) yang diadaptasi dari novel "To Our Pure Little Beauty" yang juga dipindah format ke drama China berjudul sama dengan drama Koreanya.
Kini, sedikitnya masih ada dua lagi drama Korea dalam tahap produksi yang ceritanya menyomot novel China, yaitu "The Golden Hairpin" (tvN) dan "Until the Morning Comes" (JTBC).
Foto: Kakao TV
Di tengah ketegangan antara Korea Selatan dan China - terutama soal tuduhan masyarakat Korea bahwa China berusaha mengklaim beberapa budaya Korea (kimchi, hanbok, dan lainnya), hal ini tentu melahirkan tanda tanya.
Sebelumnya, kontroversi terbesar akibat ketegangan kedua negara membuat " Joseon Exorcist " dibatalkan penayangannya, padahal baru dirilis dua episode. Belum lagi kasus mirip-mirip yang menimpa "True Beauty" dan "Vincenzo" gara-gara penempatan produk China dalam adegannya .
Choi Min-sung, profesor Konten Budaya Korea-China di Hanshin University, Korea Selatan, berpendapat bahwa keputusan tetap mengadaptasi cerita dari China oleh produser drama Korea meski ada ketegangan antarmasyarakat dua negara tersebut adalah hal yang bisa dipahami.
"China punya pasar novel daring yang besar. Lebih dari dua juta novel dirilis tiap tahun, dan jumlah pembacanya meningkat menjadi 330 juta pada 2016," ujar Min-sung, mengutip dari Korea Times .
Foto: tvN
Dengan peluang pasar sebesar itu, "Cerita dari China yang sukses bisa dianggap sebagai jaminan kualitas dalam hal penceritaan (storytelling)," imbuh Min-sung.
Karena ada keyakinan terhadap hal tersebut, hal ini dianggap bisa mereduksi risiko biaya produksi yang besar dalam tahap tertentu, sekaligus harapan besar untuk mendapat ulasan positif dari penonton.
Baca Juga: 5 Dialog dalam Drama Korea yang Bisa Jadi Pegangan Hidupmu
Meski begitu, pendapat berbeda disampaikan oleh Yoon Suk-jin, profesor bidang Bahasa dan Literatur Korea di Chungnam National University. Dia meyakini, uang lah yang melatarbelakangi semua ini, bukan kualitas cerita.
"Secara keseluruhan, kualitas konten cerita China tidak sekuat konten Korea. Jadi ini kelihatannya karena tren investasi China (yang masuk ke Korea)," kata Suk-jin menjelaskan.
Menurut Suk-jin, dibanding dulu, sekarang ini para investor dari China sedang getol mendekati para produser drama Korea. Mengingat pasar konsumen China menjadi yang terbesar di Asia, dia mengatakan bahwa para produser di Korea memang tak bisa mengabaikan begitu saja para penonton dari China.
Lihat Juga :
tulis komentar anda