Perbedaan Mencolok ARMY Korea dan Internasional Menurut Bang Si-Hyuk
Selasa, 16 Februari 2021 - 16:32 WIB
SEOUL - Menurut pendiri sekaligus CEO Big Hit Entertainment Bang Si-hyuk, ada perbedaan antara penggemar BTS (ARMY) di Korea Selatan (Korsel) dan di luar Korsel.
Bang Si-hyuk yang mendapat julukan Hitman Bang ini menjelaskan bahwa kunci atau konsep utama lagu dan lirik-lirik BTS adalah pada penceritaan (storytelling) dan narasi yang berkesinambungan. Meski begitu, konsep ini awalnya tak disukai oleh pendengar K-pop di Korsel.
"Saya merasa bahwa penggemar di Barat dan di Jepang bisa menangkap dan mengerti konsep jalinan cerita ini dengan cepat. Sementara di Korea saya bahkan merasa ada penolakan," kata sosok yang juga dipanggil Bang PD (Produser Bang) ini.
Foto: Koreaboo
Mengutip Koreaboo, pria berusia 48 tahun ini bahkan mendapat saran bahwa sebaiknya dia dan BTS fokus saja dalam membuat lagu-lagu yang asyik dengan koreografi yang bagus daripada menciptakan cerita dan mendorong lahirnya teori-teori dari karya BTS.
Kebalikannya, ARMY internasional malah menghargai makna mendalam dari album trilogi "Hwayang Yonghwa Trilogy" (HYYT atau “The Most Beautiful Moment in Life”).
Baca Juga: Perusahaan-perusahaan Besar di Balik Kesuksesan K-Pop yang Perlu Kamu Tahu
Lewat BTS. Bang Si-hyuk ingin menunjukkan bahwa K-pop juga bisa punya makna mendalam dari lirik dan video musiknya. Dia juga menyebut 'alternative universe' (AU) yang populer dalam pembuatan fanfiction di kalangan ARMY internasional, termasuk perilisan BTS21 dan gim BTS World.
Foto: YouTube Big Hit Labels
Konsep lagu dan video musik BTS disebut-sebut banyak mengambil inspirasi dari karya sastra, di antaranya karya fiksi “Demian: The Story of Emil Sinclair’s Youth” karya Hermann Hesse yang terbit pada 1919. Buku ini disebut menginspirasi video musik "Blood Sweet & Tears" dari album "Wings".
Baca Juga: 10 Kalimat Bijak Suga BTS untuk Bantu Kamu Jalani Masa Muda
Selain itu, lagu "Butterfly" dalam album "The Most Beautiful Moment in Life Pt.2" khususnya yang dinyanyikan RM disebut terinspirasi karya Haruki Murakami berjudul “Kafka on the Shore”.
Bang Si-hyuk yang mendapat julukan Hitman Bang ini menjelaskan bahwa kunci atau konsep utama lagu dan lirik-lirik BTS adalah pada penceritaan (storytelling) dan narasi yang berkesinambungan. Meski begitu, konsep ini awalnya tak disukai oleh pendengar K-pop di Korsel.
"Saya merasa bahwa penggemar di Barat dan di Jepang bisa menangkap dan mengerti konsep jalinan cerita ini dengan cepat. Sementara di Korea saya bahkan merasa ada penolakan," kata sosok yang juga dipanggil Bang PD (Produser Bang) ini.
Foto: Koreaboo
Mengutip Koreaboo, pria berusia 48 tahun ini bahkan mendapat saran bahwa sebaiknya dia dan BTS fokus saja dalam membuat lagu-lagu yang asyik dengan koreografi yang bagus daripada menciptakan cerita dan mendorong lahirnya teori-teori dari karya BTS.
Kebalikannya, ARMY internasional malah menghargai makna mendalam dari album trilogi "Hwayang Yonghwa Trilogy" (HYYT atau “The Most Beautiful Moment in Life”).
Baca Juga: Perusahaan-perusahaan Besar di Balik Kesuksesan K-Pop yang Perlu Kamu Tahu
Lewat BTS. Bang Si-hyuk ingin menunjukkan bahwa K-pop juga bisa punya makna mendalam dari lirik dan video musiknya. Dia juga menyebut 'alternative universe' (AU) yang populer dalam pembuatan fanfiction di kalangan ARMY internasional, termasuk perilisan BTS21 dan gim BTS World.
Foto: YouTube Big Hit Labels
Konsep lagu dan video musik BTS disebut-sebut banyak mengambil inspirasi dari karya sastra, di antaranya karya fiksi “Demian: The Story of Emil Sinclair’s Youth” karya Hermann Hesse yang terbit pada 1919. Buku ini disebut menginspirasi video musik "Blood Sweet & Tears" dari album "Wings".
Baca Juga: 10 Kalimat Bijak Suga BTS untuk Bantu Kamu Jalani Masa Muda
Selain itu, lagu "Butterfly" dalam album "The Most Beautiful Moment in Life Pt.2" khususnya yang dinyanyikan RM disebut terinspirasi karya Haruki Murakami berjudul “Kafka on the Shore”.
(ita)
tulis komentar anda