Fakta Kelam Pil Xanzolam dalam Miniseri The Queen’s Gambit

Senin, 09 November 2020 - 12:55 WIB
Miniseri The Queens Gambit menggambarkan ketergantungan pecatur dengan sebuah pil. Foto/Netflix
JAKARTA - Ramai diperbincangkan, serial "The Queen’s Gambit" yang tayang di Netflix sukses dengan kisah permainan catur yang rumit, tapi inspiratif.

Catur yang dikenal punya strategi kompleks dalam permainannya, ditampilkan dengan konsep elegan dan cantik oleh Beth Harmon (Anya Taylor-Joy). Serial ini diadaptasi dari novel karya Walter Tevis.

"The Queen’s Gambit" mengisahkan kehidupan Beth Harmon pada 1950 akhir, tepatmya setelah dia ditinggal ibunya dalam sebuah kecelakaan. Beth akhirnya dikirim ke sebuah panti asuhan khusus perempuan di daerah Kentucky.

Anak-anak asuh di sana diberi ‘vitamin’ berbentuk pil berwarna putih dan hijau. Belakangan diketahui bahwa pil tersebut ialah obat penenang bernama xanzolam.





Foto: Netflix

Beth mulai tertarik catur saat melihat Mr. Shaibel (Bill Camp) bermain catur sendirian di ruang bawah tanah. Ia tertarik dengan permainan tersebut, dan pil xanzolam membuatnya sering berimajinasi memainkan catur.

Semakin tertarik dengan catur, Beth semakin kecanduan dengan pil tersebut. Dengan pil itu, pikirannya lebih fokus dan bisa merangkai strategi baru dengan perspektif yang berbeda dari orang lain. ( )

Penggunaan Legal Obat Penenang pada Tahun 1960

Sama halnya dengan Beth Harmon yang cuma karakter fiktif, obat penenang xanzolam pun hanya buatan semata. Tapi mengutip Newsweek, pil dalam "The Queen's Gambit" punya "kemiripan yang mencolok" dengan chlordiazepoxide, atau dikenal sebagai librium.



Foto: Netflix

Pada 1960 di Amerika , Librium bisa dikonsumsi secara umum untuk mengurangi kecemasan dan insomnia. Penggunaanya menjadi sebuah budaya di Amerika pada waktu itu.

Kisah Kelam Pemberian Obat Pil di Panti Asuhan

Dikutip dari Screenrant, meski fiktif, ada kebenaran kelam di baliknya yang takbisa dipungkiri. Dalam berita Buzzfeed, pada pertengahan tahun 1950, beberapa panti asuhan di Amerika menggunakan obat bius untuk anak-anak di dalamnya. Salah satunya adalah panti asuhan katolik St. Joseph. Tapi penggunaannya disalahgunakan oleh pengurusnya.

Yang paling gelap dari semuanya adalah sejarah tentang anak-anak yang memasuki panti asuhan, tapi tidak membiarkan mereka hidup. ( )



Menurut Sally, salah satu mantan penghuni panti asuhan tersebut, ia menggambarkan kebrutalan para biarawati di sana. Setidaknya ada dua insiden tentang anak-anak di St. Joseph yang meninggal atau langsung dibunuh.

Narasi Kecanduan Obat Penenang
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More