K-Popers Melawan Omnibus Law di Twitter: Strategi Politik Lewat Fandom?

Senin, 12 Oktober 2020 - 21:15 WIB
Dari fenomena tersebut kita dapat melihat bahwa realitas fandom , seperti fans K-Pop, sudah lebih dari sekedar wadah untuk berbagi minat mengenai artis idola.



Foto: Twitter@Cahyaniarmy1

Dengan beragam latar belakang, mereka saling berbagi pengetahuan dan opini untuk mengedukasi satu sama lain terkait isu-isu sosial politik yang sedang mencuat.

Di sisi lain, dengan jumlah yang banyak dan sense of belonging yang begitu tinggi, fans K-Pop dipandang sebagai kelompok yang mudah dalam memviralkan sesuatu. ( )

Strategi ini sudah disadari banyak label atau merek. Kita bisa melihat berapa banyak perusahaan yang memanfaatkan kekuatan fans K-Pop dalam memviralkan sesuatu hingga menjadikan artis idola K-Popers sebagai brand ambassador, guna mendapatkan exposure dari para fans K-Pop.



Foto:@bermixstudio/Unsplash

Dengan perubahan perilaku fans K-Pop yang mulai peduli terhadap isu-isu sosial dan politik, tidak mustahil jika hal ini dipandang berpotensi sebagai strategi politik baru yang menyusupi interaksi antar-K-Popers.

Untuk menghindarinya, para K-Popers dapat membekali diri dengan kemampuan literasi digital dan mengkritisi setiap informasi yang mereka peroleh di internet. ( )

Peter Leonaldy ND

Kontributor GenSINDO

Universitas Indonesia

Instagram: @peterleonaldy
(it)
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More