CERMIN: Perempuan di Antara Kretek dan Peristiwa Berdarah
Jum'at, 03 November 2023 - 08:08 WIB
Untungnya memang penyutradaraan yang ditunjukkannya bersama dengan Ifa Isfansyah masih solid. Penyuntingan juga berperan besar membuat cerita terasa bergerak lebih lancar setelah melewati dua episode awal.
Foto: Netflix
Dari sekian banyak bintang populer yang bermain dalam serial ini, sekali lagi Putri Marino mencuri perhatian. Ini seperti yang dilakukannya dalam Losmen Bu Broto yang juga diarahkan Ifa. Dalam porsi screentime yang tak banyak, Putri tetap tampil mengilap sebagaimana yang juga diperlihatkannya dalam Gadis Kretek.
Saya justru membayangkan apa jadinya jika Putri yang didaulat sebagai Jeng Yah? Apakah kita akan lebih bersimpati pada karakternya yang mencoba menunjukkan posisinya di mata laki-laki? Apakah kita akan lebih menghargai dirinya setelah mengalami perlakuan tak adil dari para penguasa? Dan apakah kita akan lebih menaruh harap padanya agar cintanya akhirnya bisa tertuntaskan pada Soeraja?
Tapi saya tak akan pernah bisa memahami bagaimana rasanya menjadi Jeng Yah. Perempuan yang mencoba berdiri tegak di tengah industri rokok kretek dan kelak dihancurleburkan peristiwa berdarah.
Saya mengamini yang dikatakan Goenawan Mohamad dalam salah satu tulisan dalam Catatan Pinggir. “Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan bernama manusia”.
Gadis Kretek
Produser: William Adiguna, Sari Mochtan, Fauzar Nurdin
Sutradara: Kamila Andini, Ifa Isfansyah
Penulis Skenario: Tanya Yuson, Kanya Priyanti, Ambaridzki Ramadhantyo
Pemain: Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
Foto: Netflix
Dari sekian banyak bintang populer yang bermain dalam serial ini, sekali lagi Putri Marino mencuri perhatian. Ini seperti yang dilakukannya dalam Losmen Bu Broto yang juga diarahkan Ifa. Dalam porsi screentime yang tak banyak, Putri tetap tampil mengilap sebagaimana yang juga diperlihatkannya dalam Gadis Kretek.
Saya justru membayangkan apa jadinya jika Putri yang didaulat sebagai Jeng Yah? Apakah kita akan lebih bersimpati pada karakternya yang mencoba menunjukkan posisinya di mata laki-laki? Apakah kita akan lebih menghargai dirinya setelah mengalami perlakuan tak adil dari para penguasa? Dan apakah kita akan lebih menaruh harap padanya agar cintanya akhirnya bisa tertuntaskan pada Soeraja?
Tapi saya tak akan pernah bisa memahami bagaimana rasanya menjadi Jeng Yah. Perempuan yang mencoba berdiri tegak di tengah industri rokok kretek dan kelak dihancurleburkan peristiwa berdarah.
Saya mengamini yang dikatakan Goenawan Mohamad dalam salah satu tulisan dalam Catatan Pinggir. “Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan bernama manusia”.
Gadis Kretek
Produser: William Adiguna, Sari Mochtan, Fauzar Nurdin
Sutradara: Kamila Andini, Ifa Isfansyah
Penulis Skenario: Tanya Yuson, Kanya Priyanti, Ambaridzki Ramadhantyo
Pemain: Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Arya Saloka, Putri Marino
Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Lihat Juga :
tulis komentar anda