CERMIN: Bagaimana Menyimpan Misteri untuk Kisah yang Sudah Dikenal Publik?

Jum'at, 18 Agustus 2023 - 14:21 WIB
Serial The Crowded Room menampilkan Tom Holland sebagai karakter nyata pembunuh berkepribadian ganda. Foto/Apple TV
JAKARTA - Tahun 1977. Seorang pemuda berusia 22 tahun, William "Billy" Stanley Milligan, ditangkap karena penculikan, perampokan, dan pemerkosaan tiga perempuan di sekitar area kampus Universitas Negeri Ohio.

Saat menjalani evaluasi psikiatri setelah penangkapannya, Billy bersikeras bahwa seorang pria bernama Ragen bertanggung jawab atas perampokan tersebut, sementara seorang perempuan bernama Adalana yang melakukan pemerkosaan.

Sebagaimana dikutip dari Time, pada saat kasusnya diadili, dokter telah menetapkan bahwa Ragen dan Adalana adalah dua dari 10 kepribadian alternatif yang ada dalam pikiran Billy sebagai akibat dari pelecehan fisik dan seksual parah yang diduga dideritanya di tangan ayah tirinya, Chalmer Milligan, ketika masih kecil. Billy lantas didiagnosis dengan 14 identitas tambahan.



Pada Desember 1978, Billy dibebaskan dari kejahatannya dengan alasan kegilaan yang disebabkan oleh gangguan identitas disosiatif. Keputusan pengadilan tersebut merupakan yang pertama dan tetap kontroversial hingga hari ini. Netflix lantas mengeksplorasi kehidupan Billy dalam serial Monsters Inside: The 24 Faces of Billy Milligan, yang dirilis pada 2021.





Foto: Apple TV

Kisah Billy lantas ditulis Daniel Keyes menjadi sebuah buku nonfiksi berjudul The Minds of Billy Milligan. Buku ini menjadi dasar dari serial berjudul The Crowded Roomyang dikomandoi Akiva Goldsman dan bisa disaksikan via Apple TV.

Akiva Goldsman adalah seorang penulis skenario peraih Oscar lewat film A Beautiful Mind pada2002. Tapi Akiva juga menerima Razzie Award sebanyaktiga kali untuk kategori penulis skenario terburuk melalui film A Time To Kill (1997), Batman & Robin (1998) dan Transformers: The Last Knight (2018). Dalam salah satu adegan film A Beautiful Mind, kita bertemu dengan teman sekamar kuliah John Nash, yang menjadi teman seumur hidupnya.

Namun lantas terungkap bahwa teman sekamar itu hanyalah imajinasi John semata. Pendekatan ini pula yang lantas dilakukan kembali oleh Akiva pada 21 tahun setelah A Beautiful Mindlewat The Crowded Room. Pertanyaan terbesarnya adalah apakah pendekatan ini masih cukup pas untuk diadopsi dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang ini?

Pertanyaan ini sekaligus menjadi kegagalan terbesar dari The Crowded Room. Sebelum menyaksikan film/serial/miniseri, hampir pasti kita akan dipapar oleh sekelumit informasi tentang karya tersebut.

Tentu saja kita tahu bahwa The Crowded Room akan mendasarkan kisahnya pada tokoh utama dengan kepribadian ganda. Namun mengapa Akiva mencoba menyimpan misteri untuk sebuah kisah yang sudah diketahui publik ketimbang mencoba melakukan pendekatan baru yang segar dan menarik?



Foto: Apple TV

Sejak awal The Crowded Room dibuka, kita langsung berhadapan dengan sebuah peristiwa menegangkan yang menjadi pusat dari semesta cerita. Kita melihat Daniel (diperankan dengan gugup oleh Tom Holland) yang berlari kencang bersama teman perempuannya, Ariana, di sekitar Rockefeller Center, New York. Kita lantas tahu bahwa Daniel hendak mengejar seseorang yang ditunjuk oleh Ariana.

Namun ketika Daniel begitu dekat dengan orang tersebut, tangannya mendadak kelu. Pistolnya pun direbut oleh Ariana yang geram dan lantas kita tahu pistol itu telah menyalak beberapa kali dan menelan korbannya.

Akiva selaku kreator masih mencoba berputar-putar selama beberapa episode dengan memperkenalkan kita pada orang-orang di sekeliling Danny: ibunya, Candy; ayah tiri yang tak disukainya, Marlin; dua orang sahabatnya, Jonny dan Mike; cewek yang ditaksirnya, Annabelle; dan bapak kosnya, Yitzhak.

Akiva bertindak lebih jauh dengan membawa Danny melintasi benua menuju London mencari ayahnya dan kelak bertemu dengan rekan bisnis ayahnya bernama Jack. Semuanya dipaparkan lewat tuturan Danny kepada psikiater, Rya Goodwin (dimainkan dengan cemerlang oleh Amanda Seyfried). Hingga beberapa episode kita masih belum tahu cerita akan bermuara ke mana.

Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More