CERMIN: 13 Pembunuhan, 2 Perempuan, dan 1 Obsesi
Rabu, 22 Maret 2023 - 20:00 WIB
JAKARTA - Tahun 1962. Seorang perempuan tua berusia 55 tahun ditemukan tewas tak bernyawa. Namanya Anna Slesers dan pembunuhnya masih menjadi misteri hingga hari ini.
Ketika terjadi tiga pembunuhan dalam rentang waktu berdekatan dengan korban perempuan tua dan tinggal sendirian, naluri Loretta McLaughlin memberontak. Ia menyadari sesuatu yang tak beres. Tapi ia hanya seorang istri dengan tiga orang anak dan juga bekerja di sebuah koran lokal.
Ia tak pernah punya pengalaman sebelumnya sebagai jurnalis investigasi. Tapi ia punya satu hal: obsesi.
Bagi banyak orang, obsesi menggerakkan kita untuk berlari lebih jauh. Bekerja melampaui yang biasa dilakukan. Melakukan sesuatu di luar perkiraan. Obsesi mengejutkan kita dan Loretta memanfaatkannya untuk tujuan baik: mengusut kasus pembunuhan demi pembunuhan tersebut agar masyarakat tak gelisah.
Foto: Disney+
Ada masa media begitu dihormati. Ketika media menjunjung tinggi fungsinya sebagai medium untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Ketika media menggunakan fungsinya sebagai platform untuk menyebarluaskan informasi yang terasa darurat untuk disampaikan ke masyarakat.
Para jurnalisnya pun menjalankan tugasnya dengan baik: melakukan investigasi secara mendalam, menelusuri fakta demi fakta, sering kali justru membahayakan kehidupan mereka, demi sebuah informasi penting bagi masyarakat.
Loretta tahu bahwa pembunuhan demi pembunuhan itu menggelisahkan para perempuan seperti dirinya, bukan hanya perempuan tua yang tinggal sendirian. Kota terasa tak aman dan Loretta merasa punya tanggung jawab untuk memberikan informasi valid yang setidaknya (mungkin) bisa sedikit menenangkan warga.
Loretta akhirnya bekerja sama dengan sesama jurnalis perempuan, Jean Cole. Berbeda dengan Loretta, Jean lebih tangguh dan lebih berpengalaman.
Kecerdasan Loretta menyimpulkan ceceran fakta demi fakta dipadu dengan pengalaman investigasi Jean yang lihai menerobos ke titik-titik strategis membuat laporan investigasi yang mereka tulis di Record American mengguncang Boston. Tak pernah ada yang menyangka dua perempuan dari koran tak dikenal bisa menghubungkan titik demi titik dan fakta demi fakta yang tak pernah disadari sebelumnya oleh pihak kepolisian.
Foto: Disney+
Loretta bertindak pada awalnya bukan sebagai jurnalis, hanya sebagai perempuan/warga yang khawatir. Namun justru dari sudut pandang itu, ia gigih menggali informasi demi informasi, memburu puluhan narasumber, bahkan nyaris meluluhlantakkan keluarganya sendiri. Ada harga mahal yang harus dibayarnya atas laporan investigasi yang diturunkan berjilid-jilid itu.
Pada tahun 1960-an hingga 1990-an bisa jadi memang masa keemasan surat kabar. Banyak kasus yang terbuka lebar setelah ditelusuri para jurnalis yang mengendusnya melebihi polisi. Mereka bekerja tak kenal lelah, siang malam, meninggalkan keluarga, demi sebuah tugas mulia: memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Setelah diawali tiga pembunuhan, pembunuhan terus terjadi. Loretta dan Jean terus bahu-membahu melihat ulang laporan polisi, mendengarkan wawancara para tersangka, melihat laporan autopsi hingga foto-foto di TKP. Keduanya mulai melihat pola dari 13 pembunuhan dan deduksi mereka yang cemerlang membantu polisi dari beberapa negara bagian berbagi informasi dan bekerja sama.
Dari 13 pembunuhan terdapat 3 tersangka. Ketiga tersangka saling bekerja sama sewaktu mereka ditempatkan di penjara yang sama. Dan kita sadar bahwa Boston Strangleryang tayang di Disney+ Hotstar ini bukan sebuah film drama kriminal biasa.
Kita diajak melihat dari kacamata orang biasa bagaimana pembunuhan itu dilakukan, sebagian direncanakan, berikut motivasinya. Dan para tersangka tak digambarkan sebagai psikopat. Mereka nyaris seperti orang biasa. Hanya dengan obsesi membunuh yang tak bisa diterima logika.
Ketika terjadi tiga pembunuhan dalam rentang waktu berdekatan dengan korban perempuan tua dan tinggal sendirian, naluri Loretta McLaughlin memberontak. Ia menyadari sesuatu yang tak beres. Tapi ia hanya seorang istri dengan tiga orang anak dan juga bekerja di sebuah koran lokal.
Ia tak pernah punya pengalaman sebelumnya sebagai jurnalis investigasi. Tapi ia punya satu hal: obsesi.
Bagi banyak orang, obsesi menggerakkan kita untuk berlari lebih jauh. Bekerja melampaui yang biasa dilakukan. Melakukan sesuatu di luar perkiraan. Obsesi mengejutkan kita dan Loretta memanfaatkannya untuk tujuan baik: mengusut kasus pembunuhan demi pembunuhan tersebut agar masyarakat tak gelisah.
Foto: Disney+
Ada masa media begitu dihormati. Ketika media menjunjung tinggi fungsinya sebagai medium untuk menyampaikan informasi yang dibutuhkan masyarakat. Ketika media menggunakan fungsinya sebagai platform untuk menyebarluaskan informasi yang terasa darurat untuk disampaikan ke masyarakat.
Para jurnalisnya pun menjalankan tugasnya dengan baik: melakukan investigasi secara mendalam, menelusuri fakta demi fakta, sering kali justru membahayakan kehidupan mereka, demi sebuah informasi penting bagi masyarakat.
Loretta tahu bahwa pembunuhan demi pembunuhan itu menggelisahkan para perempuan seperti dirinya, bukan hanya perempuan tua yang tinggal sendirian. Kota terasa tak aman dan Loretta merasa punya tanggung jawab untuk memberikan informasi valid yang setidaknya (mungkin) bisa sedikit menenangkan warga.
Loretta akhirnya bekerja sama dengan sesama jurnalis perempuan, Jean Cole. Berbeda dengan Loretta, Jean lebih tangguh dan lebih berpengalaman.
Kecerdasan Loretta menyimpulkan ceceran fakta demi fakta dipadu dengan pengalaman investigasi Jean yang lihai menerobos ke titik-titik strategis membuat laporan investigasi yang mereka tulis di Record American mengguncang Boston. Tak pernah ada yang menyangka dua perempuan dari koran tak dikenal bisa menghubungkan titik demi titik dan fakta demi fakta yang tak pernah disadari sebelumnya oleh pihak kepolisian.
Foto: Disney+
Loretta bertindak pada awalnya bukan sebagai jurnalis, hanya sebagai perempuan/warga yang khawatir. Namun justru dari sudut pandang itu, ia gigih menggali informasi demi informasi, memburu puluhan narasumber, bahkan nyaris meluluhlantakkan keluarganya sendiri. Ada harga mahal yang harus dibayarnya atas laporan investigasi yang diturunkan berjilid-jilid itu.
Pada tahun 1960-an hingga 1990-an bisa jadi memang masa keemasan surat kabar. Banyak kasus yang terbuka lebar setelah ditelusuri para jurnalis yang mengendusnya melebihi polisi. Mereka bekerja tak kenal lelah, siang malam, meninggalkan keluarga, demi sebuah tugas mulia: memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Setelah diawali tiga pembunuhan, pembunuhan terus terjadi. Loretta dan Jean terus bahu-membahu melihat ulang laporan polisi, mendengarkan wawancara para tersangka, melihat laporan autopsi hingga foto-foto di TKP. Keduanya mulai melihat pola dari 13 pembunuhan dan deduksi mereka yang cemerlang membantu polisi dari beberapa negara bagian berbagi informasi dan bekerja sama.
Dari 13 pembunuhan terdapat 3 tersangka. Ketiga tersangka saling bekerja sama sewaktu mereka ditempatkan di penjara yang sama. Dan kita sadar bahwa Boston Strangleryang tayang di Disney+ Hotstar ini bukan sebuah film drama kriminal biasa.
Kita diajak melihat dari kacamata orang biasa bagaimana pembunuhan itu dilakukan, sebagian direncanakan, berikut motivasinya. Dan para tersangka tak digambarkan sebagai psikopat. Mereka nyaris seperti orang biasa. Hanya dengan obsesi membunuh yang tak bisa diterima logika.
tulis komentar anda