Wahai Anak Rantau, Lebih Enak Tinggal di Mana?

Sabtu, 19 Oktober 2019 - 11:00 WIB
Wahai Anak Rantau, Lebih...
Wahai Anak Rantau, Lebih Enak Tinggal di Mana?
A A A
Buat mahasiswa atau anak rantau yang kuliah atau kerja di luar kota, memilih tempat tinggal memang bukan hal gampang. Ada kos, rumah sewa, asrama, sampai apartemen. Menimbang isi dompet dan faktor kenyamanan, kira-kira lebih pas tinggal di mana?

Masih dalam rangka tahun ajaran baru, sebagian mahasiswa mungkin masih berjuang untuk mendapatkan ‘rumah baru’ untuk mereka. Sebagian lainnya mungkin sudah dapat, tapi masih kurang sreg.

Yang pasti, sekarang pilihan tempat tinggal sementara bagi perantau semakin banyak. Mulai dari kamar kos, rumah yang bisa disewa bareng beberapa teman, apartemen atau kos eksklusif, atau mungkin asrama di sekitar kampus.

Pastinya, tiap model rumah tinggal punya harga yang berbeda-beda. Biasanya, kos-kosan di banderol dari harga mulai Rp500.000 ribu hingga Rp1,8 juta. Harga ini bergantung pada fasilitas dan tingkat kenyamanan.

Untuk di Jakarta, kosan-kosan seharga Rp1,5 juta sudah mendapatkan akses wifi, dapur, serta tempat tidur dan lemari. Bahkan ada sebagian kos yang menanggung juga biaya listrik per bulan.

Tapi kalau di bawah Rp1 juta tidak memiliki akses wifi, kamar mandi bersama, bahkan kadang dindingnya hanya triplek. Selain itu, biaya listrik ditanggung penyewa.

Sementara untuk sewa rumah beramai-ramai, seminimnya bisa menghabiskan Rp1 juta dengan fasilitas standar di rumah, plus mesin cuci. Pastinya ini di luar biaya listrik.

Adapun untuk di apartemen, tentu punya harga yang berkali lipat dari dua opsi di atas. Yaitu sekitar Rp4-5 juta per bulan.

Terakhir untuk asrama, biayanya jadi yang termurah, yaitu sekitar Rp2,6 juta per 6 semester.

Wahai Anak Rantau, Lebih Enak Tinggal di Mana?

Desain: Susilo. Naskah: Muhammad Awaldi Rahman/Unpad

Privasi penting

Dari sekian banyak pilihan tersebut, Anisyah Hani Safitri, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Negeri (UPN) Veteran Jakarta lebih senang tinggal di kos-kosan. Dia juga lebih suka dengan kosan yang akses jalannya tidak terlalu lebar.

“Dibanding dengan asrama atau home sharing, di kamar kos lebih enak karena mau ngapa-ngapain gak perlu sungkan dengan penghuni yang lain karena di kamar, kan, sendiri. Mau ngerjain tugas juga lebih tenang suasananya,” kata Nisyah, sapaan akrabnya.

Suasana yang cukup bising kalau tinggal di rumah bersama banyak orang diamini Puad Kamal Hasan, mahasiswa Bahasa dan Kebudayaan Arab Universitas Alazhar Indonesia. Dia sudah 2,5 tahun menetap bersama mahasiswa lain di sebuah rumah di daerah Jakarta.

Menurutnya, suasana rumah sering tidak kondusif buat belajar karena dia harus berbagi ruang dengan yang lain. Selain itu, pembagian tugas kebersihan rumah seperti menyapu dan mencuci piring juga dianggapnya jadi penghalang untuk konsentrasi belajar.

“Tapi enaknya tinggal di rumah, hubungan kami akrab kayak keluarga. Kita saling mengerti satu sama lain, dan bisa diskusi untuk memperluas wawasan kita,” katanya.

Nah, keseruan seperti ini yang gak dialami Nisyah. Dia sering kali merasa kesepian karena tinggal di kos seorang diri. “Apalagi kalau abis nonton film horor, takut gak ada yang nemenin,” katanya.

Wahai Anak Rantau, Lebih Enak Tinggal di Mana?

Foto: polygon.com

Serbalengkap, tapi Parkiran Jauh

Nah, tinggal di apartemen yang mahal juga ada gak enaknya. Seperti yang dialami Agung Rustandar, mahasiswa jurusan International Relations London School of Public Relations (LSPR). Dengan biaya 2-3 kali lipat dari kos atau home sharing, dia bisa mendapat beragam fasilitas seperti lokasi minimarket yang dekat, juga kolam renang.

“Tapi masalahnya, parkirannya jauh, harus turun. Kalau listrik padam, harus turun menggunakan tangga darurat. Selain itu, kalau di apartemen juga susah bersosialisasi dengan tetangga,” ucap Agung.

Lalu gimana dengan yang tinggal di asrama? Ainun Maulani, mahasiswa jurusan Hukum Keluarga di STDI Imam Syafi’i Jember ini harus berpisah dari keluarganya di Jawa Barat. Dia pun memilih tinggal di asrama yang disediakan oleh kampus.

Menurutnya, kehidupan asrama membuatnya mengenal banyak orang dengan latar belakang dan kepribadian yang berbeda-beda. “Jadi kita terbiasa menyesuaikan diri dengan berbagai karakter dan pemikiran,” katanya.

Meski begitu, itu berarti juga kehidupan di asrama lebih kompleks. “Karena pasti menghadapi masalah-masalah antarpenghuni asrama yang beragam,” imbuhnya.

Nah setiap tipe-tipe tempat tinggal memang punya banyak kelebihan dan kekurangan. Tapi di balik itu semua, akan membuat kita menemukan pelajaran yang tidak pernah kita temukan di rumah ataupun diajarkan di bangku sekolah.



GenSINDO
Halimah Saadiyah
Universitas Al-Azhar Indonesia
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1625 seconds (0.1#10.140)