Mengapa Zenitsu Dapat Burung Pipit di Kimetsu no Yaiba?
loading...
A
A
A
Zenitsu Agatsuma mendapatkan burung pipit sebagai pendampingnya di Demon: Slayer: Kimetsu no Yaiba. Padahal, teman-teman seangkatannya yang lolos seleksi di Korps Pembasmi Iblis mendapatkan burung gagak. Perlakuan ini tentu menimbulkan pertanyaan: mengapa?
Zenitsu masuk Korps Pembasmi Iblis bersama Tanjiro, Inosuke, Kanao, dan Genya. Di antara mereka, hanya Tanjiro dan Kanao yang dikenal bisa kalem dan tenang. Inosuke, Zenitsu, dan Genya suka marah-marah. Kalian akan mengenal Genya lebih lanjut di season 3 anime Kimetsu no Yaiba nanti.
Saat masuk korps itu, mereka semua mendapatkan seragam, pedang Nichirin, dan juga pendamping berupa burung gagak yang juga bertindak sebagai penyampai pesan. Mereka akan memberitahu para pembasmi iblis ini tentang misi mereka selanjutnya. Tanjiro dikenal akrab dengan burung gagaknya. Namun, Inosuke malah memakan burung itu.
Namun, di antara kelima orang pembasmi iblis itu, hanya Zenitsu yang tidak mendapatkan burung gagak. Alih-alih, dia mendapatkan burung pipit, Chuntaro. Alasan mengapa Zenitsu mendapatkan burung pipit ini terkait dongeng Jepang.
Mengutip CBR, dalam mitologi Jepang, gagak sangat dikenal sebagai burung pembawa pesan. Menurut legenda tertentu, gagak kaki tiga dikirim dari surga oleh dewi Amaterasu kepada pahlawan Jimmu. Gagak kaki tiga itu merepresentasikan karakteristik para dewa, yaitu kebijaksanaan, kebaikan hati, dan keberanian. Gagak itu—Yatagarasu—terbang ke Jimmu dan memberikan petunjuk ke mana dia harus bertarung, di mana dia akan menang.
Di Kimetsu no Yaiba, penggunaan gagak sebagai pembawa pesan kepada para anggota Korps Pembasmi Iblis itu adalah penghormatan untuk Yatagarasu. Secara umum, gagak juga diartikan sebagai simbol perlindungan. Selain itu, mereka juga punya indera arah yang bagus.
Sebaliknya, burung pipit punya warisan yang kurang menguntungkan. Tapi, itulah mengapa Zenitsu dan Chuntaro sempurna satu sama lain. Ini karena sejak awal Zenitsu tidak mewakili gagak dan malahan masuk ke karakteristik burung pipit itu
Dia diperkenalkan sebagai karakter yang harus diselamatkan dari utang. Jadi, dia bukanlah karakter yang bijaksana. Tapi, Zenitsu itu baik hati. Ini terlihat dari caranya melindungi Nezuko dari terjangan Inosuke ketika kedua bertemu kali pertama.
Meskipun begitu, Zenitsu sering bersembunyi di balik kelemahannya. Dia lebih suka marah-marah tentang bahaya yang mereka hadapi. Dia jelas bukanlah seorang pemberani. Tapi, sebuah dongeng Jepang, Cerita Burung Pipit yang Lidahnya Dipotong, mengungkapkan mengapa burung pipit dipilih sebagai pendamping yang pas dengan Zenitsu di saat dia menjadi dewasa.
Di cerita itu, ada seorang pemotong kayu tua dan istrinya yang tamak. Suatu hari, pemotong kayu itu menemukan seekor burung pipit yang terluka. Dia merawat burung itu dan memberinya makan berupa beras yang membuat istrinya khawatir. Ini pas dengan cara Zenitsu memberi makan Chuntaro. Suatu hari, ketika si laki-laki itu pergi, burung pipit itu makan tepung ketika si istri tidak memberinya makan. Si istri itu lantas memotong lidah burung malang itu dan melemparnya dari rumah.
Ketika laki-laki itu pulang, dia kembali menemukan burung pipit itu dan menemukan satu sarang penuh burung pipit. Mereka lantas mempertemukan laki-laki itu dengan burung yang pernah dia selamatkan. Burung-burung itu menawarinya dua peti, satu besar dan satu kecil.
Karena dia adalah pria yang rendah diri dan sadar dengan batasan fisiknya, laki-laki itu mengambil peti kecil dan membawanya pulang. Ternyata, isinya adalah harta karun. Istrinya yang tamak segera pergi ke sarang burung gerja dan mengambil peti yang besar.
Tak sabar, dia membuka peti itu ketika dalam perjalanan ke rumah. Ternyata, peti itu berisi ular dan benda-benda mengerikan lainnya. Dia kaget dan jatuh dari jurang. Dongengnya mirip Bawang Merah dan Bawang Putih.
Sementara dongeng ini punya moral, salah satu yang pas dengan Zenitsu adalah peti harta karun. Zenitsu tidak percaya pada kemampuannya, secara metafora, dia memilih peti kecil. Tapi, meski dia hanya menguasai satu bentuk Pernapasan Petir, tekniknya sudah cukup kuat untuk melumpuhkan iblis yang lumayan kuat. Dia juga baik hati—sifat yang terwujud di saat kepercayaan dirinya terus tumbuh. Ini terlihat ketika dia membela anak-anak dan menuntut agar Daki meminta maaf karena menyakiti seorang gadis muda.
Zenitsu juga bisa dilihat sebagai peti kecil itu. Sesuatu yang hanya bisa dilihat gurunya dan dia menemukan harta karun di dalamnya. Burung pipit itu juga menjadi simbol komunitas, kebaikan hati, dan keberuntungan. Tekad Chuntaro untuk tetap mendampinginya mungkin yang dibutuhkan Zenitsu sebagai pengingat kalau dia punya pendukung dalam perjalanannya.
Sementara melihat seorang Pembasmi Iblis diusik burung pipit kecil jelas sebuah kesembronoan di sebuah serial yang bisa cukup gelap, Zenitsu dan Chuntaro dipasangkan untuk lebih dari sekadar lucu-lucuan. Chuntaro adalah simbol apa yang diyakini Zenitsu terhadap dirinya sendiri. Burung itu juga simbol atas potensinya nanti. Dia menjanjikan hal-hal hebat bagi pengecut di serial ini.
Zenitsu masuk Korps Pembasmi Iblis bersama Tanjiro, Inosuke, Kanao, dan Genya. Di antara mereka, hanya Tanjiro dan Kanao yang dikenal bisa kalem dan tenang. Inosuke, Zenitsu, dan Genya suka marah-marah. Kalian akan mengenal Genya lebih lanjut di season 3 anime Kimetsu no Yaiba nanti.
Saat masuk korps itu, mereka semua mendapatkan seragam, pedang Nichirin, dan juga pendamping berupa burung gagak yang juga bertindak sebagai penyampai pesan. Mereka akan memberitahu para pembasmi iblis ini tentang misi mereka selanjutnya. Tanjiro dikenal akrab dengan burung gagaknya. Namun, Inosuke malah memakan burung itu.
Namun, di antara kelima orang pembasmi iblis itu, hanya Zenitsu yang tidak mendapatkan burung gagak. Alih-alih, dia mendapatkan burung pipit, Chuntaro. Alasan mengapa Zenitsu mendapatkan burung pipit ini terkait dongeng Jepang.
Mengutip CBR, dalam mitologi Jepang, gagak sangat dikenal sebagai burung pembawa pesan. Menurut legenda tertentu, gagak kaki tiga dikirim dari surga oleh dewi Amaterasu kepada pahlawan Jimmu. Gagak kaki tiga itu merepresentasikan karakteristik para dewa, yaitu kebijaksanaan, kebaikan hati, dan keberanian. Gagak itu—Yatagarasu—terbang ke Jimmu dan memberikan petunjuk ke mana dia harus bertarung, di mana dia akan menang.
Di Kimetsu no Yaiba, penggunaan gagak sebagai pembawa pesan kepada para anggota Korps Pembasmi Iblis itu adalah penghormatan untuk Yatagarasu. Secara umum, gagak juga diartikan sebagai simbol perlindungan. Selain itu, mereka juga punya indera arah yang bagus.
Sebaliknya, burung pipit punya warisan yang kurang menguntungkan. Tapi, itulah mengapa Zenitsu dan Chuntaro sempurna satu sama lain. Ini karena sejak awal Zenitsu tidak mewakili gagak dan malahan masuk ke karakteristik burung pipit itu
Dia diperkenalkan sebagai karakter yang harus diselamatkan dari utang. Jadi, dia bukanlah karakter yang bijaksana. Tapi, Zenitsu itu baik hati. Ini terlihat dari caranya melindungi Nezuko dari terjangan Inosuke ketika kedua bertemu kali pertama.
Meskipun begitu, Zenitsu sering bersembunyi di balik kelemahannya. Dia lebih suka marah-marah tentang bahaya yang mereka hadapi. Dia jelas bukanlah seorang pemberani. Tapi, sebuah dongeng Jepang, Cerita Burung Pipit yang Lidahnya Dipotong, mengungkapkan mengapa burung pipit dipilih sebagai pendamping yang pas dengan Zenitsu di saat dia menjadi dewasa.
Di cerita itu, ada seorang pemotong kayu tua dan istrinya yang tamak. Suatu hari, pemotong kayu itu menemukan seekor burung pipit yang terluka. Dia merawat burung itu dan memberinya makan berupa beras yang membuat istrinya khawatir. Ini pas dengan cara Zenitsu memberi makan Chuntaro. Suatu hari, ketika si laki-laki itu pergi, burung pipit itu makan tepung ketika si istri tidak memberinya makan. Si istri itu lantas memotong lidah burung malang itu dan melemparnya dari rumah.
Ketika laki-laki itu pulang, dia kembali menemukan burung pipit itu dan menemukan satu sarang penuh burung pipit. Mereka lantas mempertemukan laki-laki itu dengan burung yang pernah dia selamatkan. Burung-burung itu menawarinya dua peti, satu besar dan satu kecil.
Karena dia adalah pria yang rendah diri dan sadar dengan batasan fisiknya, laki-laki itu mengambil peti kecil dan membawanya pulang. Ternyata, isinya adalah harta karun. Istrinya yang tamak segera pergi ke sarang burung gerja dan mengambil peti yang besar.
Tak sabar, dia membuka peti itu ketika dalam perjalanan ke rumah. Ternyata, peti itu berisi ular dan benda-benda mengerikan lainnya. Dia kaget dan jatuh dari jurang. Dongengnya mirip Bawang Merah dan Bawang Putih.
Sementara dongeng ini punya moral, salah satu yang pas dengan Zenitsu adalah peti harta karun. Zenitsu tidak percaya pada kemampuannya, secara metafora, dia memilih peti kecil. Tapi, meski dia hanya menguasai satu bentuk Pernapasan Petir, tekniknya sudah cukup kuat untuk melumpuhkan iblis yang lumayan kuat. Dia juga baik hati—sifat yang terwujud di saat kepercayaan dirinya terus tumbuh. Ini terlihat ketika dia membela anak-anak dan menuntut agar Daki meminta maaf karena menyakiti seorang gadis muda.
Zenitsu juga bisa dilihat sebagai peti kecil itu. Sesuatu yang hanya bisa dilihat gurunya dan dia menemukan harta karun di dalamnya. Burung pipit itu juga menjadi simbol komunitas, kebaikan hati, dan keberuntungan. Tekad Chuntaro untuk tetap mendampinginya mungkin yang dibutuhkan Zenitsu sebagai pengingat kalau dia punya pendukung dalam perjalanannya.
Sementara melihat seorang Pembasmi Iblis diusik burung pipit kecil jelas sebuah kesembronoan di sebuah serial yang bisa cukup gelap, Zenitsu dan Chuntaro dipasangkan untuk lebih dari sekadar lucu-lucuan. Chuntaro adalah simbol apa yang diyakini Zenitsu terhadap dirinya sendiri. Burung itu juga simbol atas potensinya nanti. Dia menjanjikan hal-hal hebat bagi pengecut di serial ini.
(alv)