Terus Merugi, SM dan YG Entertainment Terlempar dari Daftar Perusahaan Superior
loading...

Gedung baru YG Entertainment yang megah dengan eksterior futuristik terletak di kawasan Hapjeong, Seoul. Foto/YG Entertainment
A
A
A
JAKARTA - Skala bisnis dua agensi K-pop , SM Entertainment dan YG Entertainment, diturunkan dari divisi unggulan (excellent business division/blue chip) ke divisi bisnis menengah (mid-sized business division).
Penurunan status ini dilakukan berdasarkan klasifikasi bursa Korean Securities Dealers Automated Quotations (KOSDAQ). Penurunan ini dilakukan karena dalam tiga tahun terakhir, kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan pendapatan sekaligus peningkatan kerugian, hingga gagal memenuhi kriteria untuk perusahaan "sangat baik". Dalam KOSDAQ, perusahaan dibagi dalam empat kategori, yaitu Blue-chip (Superior), Ventura, Teknologi, dan Bisnis Menengah.
Mengutip The Bell, menurut Electronic Disclosure System of the Financial Supervisory Service, perubahan divisi ini dilakukan pada 3 Mei lalu. SM Entertainment dipromosikan dari Divisi Bisnis Ventura ke Divisi Bisnis Umum (tahapan menuju Divisi Bisnis Superior) pada Maret 2008, sementara YG Entertainment sejak 2013.
Sebenarnya, kalau melihat dari ukuran perusahaan, SM Entertainment dan YG Entertainment masih layak ada di posisi puncak. Pasalnya, hingga akhir tahun lalu, total modal mereka masing-masing 608,3 miliar won dan 4312 miliar won, jauh melebihi standar minimal perusahaan Superior, yaitu 70 miliar won. Penjualan juga mencapai rata-rata 6166 miliar won dan 259,3 miliar won selama tiga tahun (2018-2020), memenuhi standar 50 miliar won.
![Terus Merugi, SM dan YG Entertainment Terlempar dari Daftar Perusahaan Superior]()
Foto: SM Entertainment
Meski begitu, karena laba bersih dan Return on Equity (ROE) mereka terus menurun, maka keputusan penurunan divisi pun diambil. ROE adalah sebuah perhitungan untuk menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri dan bisa memberikannya kepada investor.
SM Entertainment mencatat kerugian bersih rata-rata selama tiga tahun sebesar 24,4 miliar won dan ROE -3,8%. Sedangkan YG Entertainment membukukan kerugian bersih 1,8 miliar won dan ROE -0,5% selama periode yang sama.
Baca Juga: Ini Perbandingan Gaji CBO Agensi BTS HYBE Min Hee-jin dengan Para Eksekutif Agensi Lainnya
Pada 2020, SM Entertainment bahkan menderita besar dengan kerugian bersih sebesar 80,3 miliar won. Selain penurunan drastis dalam penjualan dibandingkan tahun sebelumnya, kerugian juga didapat karena investasi pada perusahaan lainnya, yaitu mencapai 13 miliar won, membuat defisit makin meningkat.
Antara 2017-2018, SM Entertainment memang memperluas bisnisnya dengan melakukan merger dan akuisisi, tapi karena pandemi COVID-19 yang panjang, bisnis mereka dalam industri periklanan dan restoran mengalami kelesuan.
Penurunan status ini dilakukan berdasarkan klasifikasi bursa Korean Securities Dealers Automated Quotations (KOSDAQ). Penurunan ini dilakukan karena dalam tiga tahun terakhir, kedua perusahaan tersebut mengalami penurunan pendapatan sekaligus peningkatan kerugian, hingga gagal memenuhi kriteria untuk perusahaan "sangat baik". Dalam KOSDAQ, perusahaan dibagi dalam empat kategori, yaitu Blue-chip (Superior), Ventura, Teknologi, dan Bisnis Menengah.
Mengutip The Bell, menurut Electronic Disclosure System of the Financial Supervisory Service, perubahan divisi ini dilakukan pada 3 Mei lalu. SM Entertainment dipromosikan dari Divisi Bisnis Ventura ke Divisi Bisnis Umum (tahapan menuju Divisi Bisnis Superior) pada Maret 2008, sementara YG Entertainment sejak 2013.
Sebenarnya, kalau melihat dari ukuran perusahaan, SM Entertainment dan YG Entertainment masih layak ada di posisi puncak. Pasalnya, hingga akhir tahun lalu, total modal mereka masing-masing 608,3 miliar won dan 4312 miliar won, jauh melebihi standar minimal perusahaan Superior, yaitu 70 miliar won. Penjualan juga mencapai rata-rata 6166 miliar won dan 259,3 miliar won selama tiga tahun (2018-2020), memenuhi standar 50 miliar won.

Foto: SM Entertainment
Meski begitu, karena laba bersih dan Return on Equity (ROE) mereka terus menurun, maka keputusan penurunan divisi pun diambil. ROE adalah sebuah perhitungan untuk menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri dan bisa memberikannya kepada investor.
SM Entertainment mencatat kerugian bersih rata-rata selama tiga tahun sebesar 24,4 miliar won dan ROE -3,8%. Sedangkan YG Entertainment membukukan kerugian bersih 1,8 miliar won dan ROE -0,5% selama periode yang sama.
Baca Juga: Ini Perbandingan Gaji CBO Agensi BTS HYBE Min Hee-jin dengan Para Eksekutif Agensi Lainnya
Pada 2020, SM Entertainment bahkan menderita besar dengan kerugian bersih sebesar 80,3 miliar won. Selain penurunan drastis dalam penjualan dibandingkan tahun sebelumnya, kerugian juga didapat karena investasi pada perusahaan lainnya, yaitu mencapai 13 miliar won, membuat defisit makin meningkat.
Antara 2017-2018, SM Entertainment memang memperluas bisnisnya dengan melakukan merger dan akuisisi, tapi karena pandemi COVID-19 yang panjang, bisnis mereka dalam industri periklanan dan restoran mengalami kelesuan.