Order Anjlok, UMKM Kuliner Bertahan Karena Pesanan Online

Senin, 20 April 2020 - 09:31 WIB
loading...
Order Anjlok, UMKM Kuliner Bertahan Karena Pesanan Online
Andalkan teknologi, para UMKM ini tetap bertahan di tengah pandemi dan beri penghidupan bagi banyak orang,
A A A
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia, pelaku UMKM yang bergerak dibidang makanan mengandalkan pendapatan dari Layanan Pesan-antar Makanan. Tantangan yang dihadapi memang berbeda-beda, tapi mayoritas mengalami penurunan pendapatan signifikan. Bahkan sebagian sepenuhnya bertumpu pada layanan online.

Lembaga pemeringkat Moody’s, misalnya, memprediksi perekonomian Indonesia pada 2020 akan melambat hingga 3 persen. Dampak Covid-19 terhadap ekonomi memang masif.

Pelanggan, misalnya, tak lagi bisa menikmati hidangan di tempat seperti biasa. Beberapa usaha kuliner harus membatasi jumlah pengunjung dan mengurangi jam operasional. Teknologi menjadi cara efektif untuk menjangkau pelanggan dalam situasi pembatasan sosial.

Strategi tersebut dilakukan UMKM yang tergabung di GrabFood di Bandung, Surabaya, Makassar, dan Medan.

JUMLAH TRANSAKSI MENURUN DRASTIS
Wingz O Wingz - Bandung
Muhammad Muhlis, Manager Pemasaran Wingz O Wingz yang menjual menu daging ayam di Bandung menyebut bahwa dampak paling terasa pada transaksi makan hanya tinggal 5 persen.

”Sesuai imbauan pemerintah, kami membatasi kunjungan pelanggan untuk makan di tempat. Lebih mengutamakan layanan take away atau order memakai aplikasi,” ujarnya. Wingz O Wingz beroperasi sejak 2011 dan memiliki 250 orang karyawan.

Menurut Muhlis, produk Wingz O Wingz saat ini sangat mengandalkan pemesanan lewat aplikasi. ”Aplikasi Grab sangat membantu bisnis kami untuk bertahan. Juga, ikut membantu pengemudi ojek online,” ujarnya.

Ayam Bakar Primarasa yang berdiri sejak 1993 di Surabaya juga terkena dampak Covid-19. “Kita dihadapkan pada sejumlah opsi. Misalnya menutup layanan makan di tempat; atau tutup total tanpa layanan makan di tempat dan take away; atau tetap beroperasi,” beber Edwin Sugiaurto, 29, generasi kedua pengelola Ayam Bakar Primarasa.

Ia mengaku memilih untuk beroperasi seperti biasa supaya karyawan tetap memperoleh gaji utuh setiap bulan. ”Tentu dengan meningkatkan standar kebersihan dan melakukan prosedur pengecekan kesehatan. Total kami punya sekitar 100 karyawan yang tersebar di tujuh cabang,” tutur Edwin.

Pendapatan bisnis utama Ayam Bakar Primarasa memang berasal dari pelanggan yang makan di tempat. Namun sekarang, sekitar 50 persen total transaksi datang dari pesanan online.

JAM OPERASIONAL DIKURANGI
MasterCheese - Makassar

UMKM kuliner mitra GrabFood di Makassar, MasterCheese, juga harus mengubah jam operasionalnya menjadi lebih singkat. Usaha yang dirintis oleh Yulianti, 32, sejak 2018 masih buka untuk mempertahankan omzet.

Untungnya walau jumlah pengunjung yang makan di tempat semakin sedikit, jumlah pemesanan online terus meningkat. “Dulu sebelum Corona, 50 persen pesanan dari Grab. Sekarang pesanan online naik sampai 80 persen. Bersyukur karena ada teknologi yang membuat kami mampu bertahan di situasi sulit ini,” kisahnya.

MENGANDALKAN PESANAN ONLINE
Martabak Mekar - Medan_1

Bagi UMKM, terutama sektor kuliner, kebijakan pembatasan sosial yang diterapkan secara masif untuk mencegah penyebaran virus COVID-19 telah mengubah pola usaha dan perilaku pelanggan.

Erwin Susanto, 38, pengelola UMKM kuliner Martabak Mekar di Medan, bercerita bahwa kondisi pandemi Covid-19 mulai terasa di Tanah Deli. Untungnya, belum sampai membuat usahanya yang berlokasi di pusat kota menjadi sepi pembeli. Terutama karena memang kebanyakan pembelinya memesan dari aplikasi.

“Saya masih buka seperti biasa. Jumlah pesanan masih sama, belum terpengaruh pandemi. Apalagi memang lebih banyak dari online. Jauh sebelum pandemi, Grab sudah membantu menjangkau lebih banyak pembeli. Mereka tak perlu datang ke sini untuk bisa menikmati martabak kami,” jelas Erwin.

STANDAR KEBERSIHAN
Ayam Bakar Primarasa - Surabaya
Foto-foto: Grab Indonesia

Dengan maraknya pesanan kuliner secara online, tampaknya pemilik platform layanan seperti Grab cukup cepat mengambil langkah. Terutama soal keaman dan kebersihan yang kini jadi perhatian utama konsumen.

”Kami sudah menerapkan standar keamanan terpadu untuk layanan pesan- antar makanan,” ujar Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi. Menurut Neneng, ada pedoman, perangkat, dan materi pelatihan baru yang dapat membantu mitra merchant mengimplementasikannya ke proses kerja harian mereka.

Misalnya opsi pengantaran tanpa kontak, menyertakan Kartu Keterangan Pengiriman GrabFood yang berisi catatan tanggal, waktu, nama dan suhu tubuh karyawan yang menyiapkan makanan, juga pemeriksaan suhu tubuh pelanggan, karyawan serta mitra pengantaran secara rutin.

Menurut Neneng, jika salah satu mitra pengantaran GrabFood menunjukkan gejala seperti suhu tubuh tinggi, demam, pilek, atau batuk, mitra merchant dapat melaporkannya kepada tim layanan pelanggan Grab dan meminta mitra pengantaran lain untuk menggantikan.

Selain itu, mitra merchant juga diminta untuk menerapkan physical distancing setidaknya 2 meter pada saat terjadi antrean. Mereka juga diwajibkan untuk meningkatkan frekuensi pembersihan area persiapan makanan dan lainnya, setidaknya setiap 4 jam.

Lalu, semua karyawan yang menangani makanan harus mengenakan masker, sarung tangan, dan tutup kepala. Daging dan bahan mentah harus dijaga agar tetap higienis. Semua pesanan makanan yang akan diantarkan harus disegel dengan benar untuk menghindari kontaminasi.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1286 seconds (0.1#10.140)