Jejak Tari Jawa Klasik, dari Keraton hingga ke Jakarta

Senin, 07 September 2020 - 21:53 WIB
loading...
Jejak Tari Jawa Klasik,...
Tari Jawa klasik mulai berkembang di Jakarta pada era 1970-an dengan didirikannya sanggar tari. Foto/tarijawabulungan.com
A A A
JAKARTA - Dengan populasi masyarakat suku Jawa yang mencapai 41% dari jumlah penduduk Indonesia, tidak heran bahwa tari asal Jawa, termasuk tari Jawa klasik termasuk yang populer di Indonesia.

Tari Jawa klasik disebut sebagai seni tari yang berasal, berada, dan berkembang di kalangan bangsawan Keraton. Tarian ini[unya kaidah atau pakem keindahan yang terukur dan terstruktur, serta bertahan sejak diciptakan.

Pada perkembangannya, tarian ini bukan cuma berkembang di daerah Keraton, tapi juga di luar Keraton karena perpindahan penduduk suku Jawa ke daerah lain.

Tari Jawa Klasik juga akhirnya berkembang di Jakarta, ibu kota yang punya daya tarik untuk didatangi masyarakat dari daerah lain, termasuk suku Jawa. (Baca Juga: Ini Beda Gaya Berpuisi dari Masa ke Masa, dari Zaman Sanusi Pane hingga Fiersa Besari )

Dalamwebinar yang digelar oleh Keluarga Mahasiswa Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), pada pada Sabtu (29/8), pengajar di program studi Sastra Jawa FIB UI, FX Haryono, menjelaskan bahwa Tari Jawa klasik tumbuh dalam bingkai kebudayaan Jawa.

Kebudayaan Jawa merupakan keseluruhan proses penciptaan dan pengelolaan rasa serta hasil kehendak jiwa masyarakat Jawa, untuk memberikan makna manusiawi terhadap segala objek atau materi yang dihadapi dan diolahnya untuk menjaga kehidupan serta membuat tata kehidupan masyarakat yang bermartabat.

Jejak Tari Jawa Klasik, dari Keraton hingga ke Jakarta

Foto: bpad.jogjaprov.go.id

Tari Jawa Klasik tercipta sebagai hasil proses pemaknaan terhadap seluruh organ-organ tubuh manusia sebagai instrumen penciptaan tanda-tanda keindahan tata gerak tubuh dan pengolahan keharmonisan wiraga, wirasa, dan wirama.

Mulanya, tari klasik Jawa yang difokuskan di Keraton Surakarta hanya tari Srimpi dan Bedhaya, dan bersifat eksklusif. Pada sekitar tahun 1970-an, di luar kendali Keraton Surakarta, muncul sebuah Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT). Kemunculan PKJT membuat bukan cuma kalangan keraton yang dapat menarikan Tari Jawa Klasik.

Jumlah penari Jawa klasik yang semakin banyak juga karena kemunculan sekolah seni. Para penari yang telah mahir kemudian mengajarkannya di berbagai daerah melalui sanggar.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Ribuan Umat Hindu Ikuti...
Ribuan Umat Hindu Ikuti Upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan Yogyakarta
Senja Kala Lasmi, Sang...
Senja Kala Lasmi, Sang Ledek Legendaris Dari Pesisir Utara
Jejak Tari Jawa Klasik,...
Jejak Tari Jawa Klasik, dari Keraton hingga ke Jakarta
Rekomendasi
Gagal Mendarat di Kapal...
Gagal Mendarat di Kapal Induk AS, Pesawat Tempur Senilai Rp1,2 Triliun Ini Jatuh ke Laut
Siapa Jaish-e Mohammed?...
Siapa Jaish-e Mohammed? Kelompok Pejuang Kashmir yang Diserang Jet Tempur India
Kejagung Tetapkan 3...
Kejagung Tetapkan 3 Tersangka Kasus Korupsi Proyek Satelit di Kemhan
Berita Terkini
Air Distilasi Dinilai...
Air Distilasi Dinilai Paling Aman untuk Kesehatan Ginjal
Doa Khusus Maia Estianty...
Doa Khusus Maia Estianty untuk Luna Maya dan Maxime Bouttier: Insya Allah Dunia Akhirat
Brand Lokal White Diary...
Brand Lokal White Diary Tawarkan Perawatan Kulit Harian Tanpa Ribet
Rekomendasi Makanan...
Rekomendasi Makanan yang Rasanya Amazing, Rating 5 GTV Siap Kasih List Kuliner yang Chef Approved!
Maxime dan Luna Maya...
Maxime dan Luna Maya Resmi Menikah, Ini Rincian Mas Kawinnya
Kim Sae Ron Mengaku...
Kim Sae Ron Mengaku Berhubungan Seks dengan Kim Soo Hyun saat SMP, Rekamannya Viral
Infografis
3 Kekuatan Mengerikan...
3 Kekuatan Mengerikan Harimau Jawa, dari Gigitan hingga Cakar
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved