Makna 20 Lagu dalam Album The Tortured Poets Department dari Taylor Swift
loading...
A
A
A
JAKARTA - Taylor Swift baru-baru ini merilis album terbarunya yang berjudul The Tortured Poets Department, yang ternyata dibuat dalam bentuk double album menjadi The Tortured Poet Department: The Anthology.
Setelah perilisannya, banyak orang yang menebak-nebak tentang arti dari lagu-lagu dalam album tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa album ini menjadi album perpisahan dan penuh dengan lagu-lagu yang membahas tentang mantan pasangannya selama enam tahun yaitu aktor Inggris Joe Alwyn dan pacarnya saat ini yaitu Travis Kelce.
Namun banyak juga yang berasumsi bahwa bukan hanya Joe Alwyn dan Travis Kelce yang menjadi bahasan dalam album ini, melainkan mantan Swift yang lain yaitu Matty Healy. Meski hubungannya tidak terlalu lama, tapi hal ini cukup bagi Taylor untuk dijadikan sebagai sumber inspirasinya.
Namun album ini tidak hanya berisikan mengenai kisah cinta Taylor, tetapi juga tentang perjuangan mengatasi kesehatan mental dan sorotan tajam yang hadir bersama dengan ketenaran. Taylor mengaitkan hal tersebut dengan berbagai referensi ke aktris ikonis pada masa lalu dan mitos Yunani.
Berikut arti dari lagu Taylor Swift dalam albumnya The Tortured Poets Department, mengutip dari Vogue Australia.
Lagu pembuka dari album The Tortured Poets Department ini merupakan kolaborasinya bersama rapper dan penyanyi Post Malone. Lagu ini juga menjadi lagu pertama yang memiliki video musik resmi.
Banyak yang berasumsi lagu ini merujuk pada Joe Alwyn dan Matty Healy, tapi sebenarnya sebagian besar lirik dari lagu ini bersifat fiksi. Lagu ini mengisahkan tentang dua tetangga yang sudah menikah, tapi berselingkuh selama dua minggu.
Namun lagu ini memiliki kaitan dengan lagu lainnya dalam album ini, yang mengisahkan tentang pria yang melarikan diri ke Floridina yang akan menjadi bagian dari album ini dengan judul yang sama.
Lagu The Tortured Poets Departmentsangat terlihat merujuk pada hubungan Taylor dengan Matty. Referensi yang diambil Taylor berupa kecintaan Matty pada mesin tik, tato, dan Lucy Dacus dari Boygenius yang dulunya merupakan teman Matty.
Dalam liriknya ada yang berbunyi, “Kamu bukan Dylan Thomas, aku bukan Patti Smith, Ini bukan Hotel Chelsea, kami idiot modern”. Di sini,Taylor mencoba membandingkan dirinya dan Healy dengan Dylan Thomas seorang penyair Wales, dan Patti Smith seorang penyanyi Amerika.
Lagu ini seolah mengisahkan sebuah hubungan terkutuk yang mendalam dan dipenuhi dengan gejolak emosi serta patah hati. Tidak ada yang memahami hal tersebut lebih baik daripada dua seniman puisi yang tersiksa ini.
Tepat setelah perilisannya, lagu ini langsung dikaitkan menjadi jawaban langsung dari lagu London Boy dalam album Taylor sebelumnya yaitu Lover. Dalamlagu itu diceritakan Taylor jatuh cinta pada Kota London dan pacarnya saat itu yaitu Joe Alwyn.
Sedangkan So Long, London benar-benar menyayat hati karena berisi ucapan selamat tinggal yang menyedihkan atas hubungannya dengan Kota London dan tentu saja mantan pacarnya Alwyn. Kita diperlihatkan betapa kerasnya Taylor mewujudkan hal tersebut dan pengorbanan apa saja yang telah dilakukan.
Hal tersebut terlihat dalam liriknya “Kamu bersumpah mencintaiku, tapi di mana petunjuknya?/ Aku mati di altar menunggu buktinya”. Lirik lainnya berbunyi, “Sampai saat ini London/Berlari dengan baik/Sinar matahari yang hangat/Tapi bukan aku yang tepat, kamu akan menemukan seseorang”.
Dalam lagu keenamnya ini, Taylor tidak hanya membahas soal sebuah hubungan, tetapi juga pernyataan tentang orang-orang yang ingin menjatuhkannya ketika dia mencoba mengekspresikan diri dan memilih siapa pasangannya.
Dalam liriknya Swift menyinggung, “Aku baru mengetahui bahwa orang-orang mencoba menyelamatkanmu, karena mereka membencimu”. Dalam lirik lainnya, Taylor menyinggung tentang isu kehamilan, “Tidak, aku tidak, tapi kamu harus melihat wajahmu”.
Lagu ini seolah menyinggung perasaan orang-orang tertentu terhadap selebritas, terutama saat mereka bertumbuh dari remaja menuju dewasa. Lagu ini juga mencerminkan emansipasi dan hidup sesuai keinginannya dan tidak peduli terhadap pikiran publik.
Lagu ini dapat menjadi jawaban bagi para Swiftie yang penasaran dengan hubungannya dan Matty setelah putus dengan Joe Alwyn. Terlihat pada liriknya, “Sekarang sayang, aku pulang ke rumah untukmu/Baru saja keluar penjara, aku tahu siapa yang pertama akan meneleponku”.
Lirik ini menjelaskan perasaan emosional Taylor pada akhir masa hubungannya dengan Joe dan keinginannya untuk move on dari kekasih lamanya ini. Lagu ini merujuk kepada pasangan yang tidak pernah benar-benar bisa memahami.
Who’s Afraid of Little Old Me? adalah lagu yang menjadi meditasi atas reputasi, kritik, dan sikap Tayloryang semakin keras di mata publik. Terlihat dalam lirik, “Jika kau ingin mati, kamu seharusnya bilang saja/Tidak ada yang membuatku merasa lebih hidup”.
Lirik lainnya berbunyi, “Jadi aku melompat dari tiang gantungan dan melayang di jalanmu/ Hancurkan pesta seperti rekaman saat aku berteriak/Siapa yang takut pada diriku yang dulu?/Seharusnya begitu”.
Banyak penggemar yang sadar bahwa lirik tersebut mirip dengan skenario film Who’s Afraid of Virginia Woolf?, yang mengisahkan tentang balas dendam antara pasangan yang pernikahannya hancur.
Lagu ini mengisahkan tentang kenaifan seseorang yang merasa dapat mengubah sifat buruk pasangannya. Swifties kembali menghubungkan lagu ini dengan hubungan Taylor dan Matty, karena saat itu banyak penggemar yang tidak setuju Taylor berpacaran dengan Matty karena reputasinya yang buruk.
Hal ini semakin diperkuat pada bagian akhir yang berbunyi, “Aku bisa memperbaikinya, tidak, sungguh, aku bisa", dan diakhiri dengan, “Woah, mungkin aku tidak bisa”.
Ini Seolah Taylor sudah belajar dari pengalaman pahitnya bahwa dirinya tidak dapat mengubah sifat seseorang termasuk pasangannya.
I Can Do It With A Broken Heart secara langsung membahas tentang Taylor yang harus tampil secara baik selama tur konser Eras Tour saat dirinya berjuang dengan kesehatan mentalnya dan patah hati. Seolah lagu ini sebagai pujian untuk dirinya yang tetap bisa bangkit dan sukses meskipun sedang tidak baik-baik saja.
Hal ini dapat dilihat dalam lirik, “Aku sangat depresi, aku bersikap seolah ini hari ulang tahunku setiap hari,” dan “Aku banyak menangis tetapi aku sangat produktif, ini adalah sebuah seni”.
Lagu ini seolah menjadi kritik pedas Taylor terhadap kemarahan mantannya dan bagaimana dia akhirnya merasa dimanfaatkan. Tentu parapenggemar kembali menebak siapa mantan yang dimaksud oleh sang penyanyi dalam lagu ini.
Hal tersebut dikaitkan lewat lirik, “Menatapku, bermata berbintang/Dalam setelan Saksi Jehovah”, yang diduga ditujukan pada pakaianMatty ketika di atas panggung yang sering menggunakan potongan jas dan dasi.
Lagu ini dianggap sebagai metafora dari hubungan Taylor baru-baru ini dengan Travis Kelce yang membuatnya masuk ke dunia olahraga sepak bola Amerika (football). Ini bisa dilihat dari lirik yang berbunyi, “Orang-orang ini menghangatkan bangku cadangan/ Kami telah meraih kemenangan beruntun.”
Jadi The Alchemy seolah membandingkan bagaimana bahan kimia yang dihilangkan otak saat berolahraga dengan bahan kimia yang dihilangkan otak ketika jatuh cinta. Taylor tengah merasakan kedua kekuatan tersebut yang disatukan.
Clara Bow merupakan salah satu aktris terkenal yang merupakan bintang pada era silver screen. Lagu ini merenungkan kehidupanTaylor yang menjadi pusat perhatian sebagai salah satu perempuan paling terkenal di dunia, seperti Bow dan Stevie Nicks yang namanya juga disebut dalam lagu ini.
Pada akhir lagu, Taylor menulis lirik, “Kamu terlihat seperti Taylor Swift”, yang merepresentasikan dirinya sebagaiperempuan penentu era seperti nama-nama lain yang disebutkan dalam lagu ini.
Lagu The Black Dog mengisahkan tentang seorang mantan yang lupa mematikan shared location dan pergi ke bar yang biasa mereka kunjungi bersama. Lagi-lagi parapenggemar menghubungkannya dengan Joe Alwyn, terlebih terdapat sebuah pub di London yang bernama The Black Dog Freehouse.
Ini bukan pertama kalinya Taylor membuat referensi langsung ke kota tersebut yang berhubungan dengan sang mantan. Hal tersebut dapat dilihat dari lagu So Long, London dan Londoy Boy.
Lagu ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang melakukan balas dendam dan menimbulkan kekacauan. Juga seorang pria yang tetap ingin memiliki hubungan dengannya meski mengetahui hal tersebut.
Lagu ini dianggap sebagai metafora yang terinspirasi dari puisi karya penyair abad ke-17 Taylor Coleridge yang berjudul The Rime Of The Ancient Mariner. Puisi iniberkisah tentang Mariner yang membunuh seekor burung albatros yang tidak bersalah dan tidak dapat lepas dari beban dosa tersebut.
Lagu ini menceritakan tentang sebuah perpisahan. Dalam liriknya Taylor bertanya-tanya di mana kesalahannya dan juga menyebut spekulasi, keingintahuan, pertanyaan, serta penilaian yang muncul setelah perpisahan.
Dalam liriknya, ia memperlihatkan pertanyaan dari publik setelah perpisahannya, berbunyi, “Apa kamu tidak dengar?/Mereka membatalkan semuanya/Terkesiap lalu/Bagaimana akhirnya?.”
Dari lirik itu kepedihanTaylor bukan hanya karena harus menguraikan dan memilah sendiri kehancuran hubungannya secara emosional, tetapi juga dirinya harus melihat seluruh dunia melakukannya.
Lagu ini merujuk pada hubungannya dengan Travis Kelce, yang membuatnya seolah kembali pada masa mudanya yang penuh cinta selayaknya masa SMA. Lirik dalam lagu ini benar-benar menggambarkan Kelce secara terang-terangan.
Seperti, “Kamu tahu cara bermain bola, aku tahu Aristoteles”, dan lirik lain “Kamu tahu apa yang kamu inginkan dan, Nak, kamu mendapatkannya”, juga “Apakah kamu akan menikah, mencium, atau membunuhku?”
Lirik terakhir mengacu pada saat Kelce diwawancara pada 2016. Saat itu ia ditanya mengenai Taylor dengan permainan Kiss, Marry, or Kill.
Lalu Kelce menjawab ciuman. Namun Taylor juga menjawab pada bagian akhir lagu, “Saya bertaruh pada ketiganya untuk kita berdua”.
Dalam judulnya lagu ini terdapat beberapa permainan kata tata bahasa yang disengaja, tidak terlalu halus, dan terlihat jelas. Lagu ini disebut-sebut menyindirKim Kardashian, yang merupakan seteru lamanya bersama sang mantan suaminya, Kanye West.
Lagu ini tidak memerlukan banyak petunjuk untuk mengerti apa isi yang terkandung karena sangat jelas terlihat jika kamu membaca lirik lagu tersebut.
Lagu Cassandrapenuh dengan referensi dari mitologi Yunani yang mengacu pada putri Priam dan Hecuba, yaitu Cassandra yang memiliki karunia. Namun atas kutukan yang disampaikan oleh Dewa Apollo, Cassandra dikutuk agar tidak pernah lagi dipercaya oleh siapa pun.
Lagu ini menjadi metafora tentang perseteruan, rumor, dan tuduhan yang membuat Taylor mendapat kecaman yang membuat penyanyi tersebut menyesali pengalamannya tersebut karena tidak dipercaya.
Siapa yang tidak tahu mengenai kisah Peter Pan, seorang anak laki-laki yang tidak dapat tumbuh dewasa. Lagu ini juga mengisahkan hal yang serupa, yaitu tentang mantan yang dulu berusia 25 tahun, dan kini kembali bertemu tapi tetap tidak dapat kembali bersama.
Lirik yang berbunyi, “Kamu bilang kamu akan tumbuh dewasa dan kemudian kamu akan datang dan menemukanku”. Sontak parapenggemar kembali mengaitkan dengan Matty Healy yang berumur 25 tahun saat pertama kali bertemu dengan Taylor.
The Botler mengisahkan tentang seorang perempuan yang memulai hubungan, tetapi kemudian pergi. Ini membuatnya mendapat julukan “Bolter”. Lalu ada seorang pria yang berusaha untuk menjinakannya.
Banyak yang mengatakan bahwa lagu ini merupakan sebuah fiksi yang dikaitkan dengan kisah nyata dari Taylor.
Dalamlagu terakhir dalam album yang memilukan ini,Taylor sepertinya membicarakan hubungan lamanya yang pernah ia nyanyikan sebelumnya. Lagu ini mengambarkan perselingkuhan panas antara perempuan muda dengan pria yang lebih tua dengan memanfaatkan kenaifannya.
Lagu ini diyakini sangat terkait dengan lagu sebelumnya, seperti Would’ve, Could’ve, Should’ve, All Too Well, dan I Knew You Were Trouble. Lagu-lagu ini diyakini tentang hubungan Taylor dengan John Mayer dana Jake Gyllenhaal yang keduanya jauh lebih tua saat berkencan dengannya.
Lirik akhir dari lagu ini menjelaskan Taylor yang ingin kembali ke masa mudanya. Liriknya berbunyi, “Satu-satunya yang tersisa hanya manuskripnya/Satu kenang-kenangan terakhir dari perjalananku ke pantaimu/Sesekali aku membaca manuskripnya/Tapi ceritanya bukan milikku lagi”.
Itulah makna dari lagu-lagu Taylor Swift yang adadalam album The Tortured Poets Department.
MG/Akbar Nugroho
Setelah perilisannya, banyak orang yang menebak-nebak tentang arti dari lagu-lagu dalam album tersebut. Banyak yang berspekulasi bahwa album ini menjadi album perpisahan dan penuh dengan lagu-lagu yang membahas tentang mantan pasangannya selama enam tahun yaitu aktor Inggris Joe Alwyn dan pacarnya saat ini yaitu Travis Kelce.
Namun banyak juga yang berasumsi bahwa bukan hanya Joe Alwyn dan Travis Kelce yang menjadi bahasan dalam album ini, melainkan mantan Swift yang lain yaitu Matty Healy. Meski hubungannya tidak terlalu lama, tapi hal ini cukup bagi Taylor untuk dijadikan sebagai sumber inspirasinya.
Namun album ini tidak hanya berisikan mengenai kisah cinta Taylor, tetapi juga tentang perjuangan mengatasi kesehatan mental dan sorotan tajam yang hadir bersama dengan ketenaran. Taylor mengaitkan hal tersebut dengan berbagai referensi ke aktris ikonis pada masa lalu dan mitos Yunani.
Berikut arti dari lagu Taylor Swift dalam albumnya The Tortured Poets Department, mengutip dari Vogue Australia.
Makna Lagu-Lagu dalam AlbumThe Tortured Poets Department dari Taylor Swift
1. Fortnight (ft. Post Malone)
Lagu pembuka dari album The Tortured Poets Department ini merupakan kolaborasinya bersama rapper dan penyanyi Post Malone. Lagu ini juga menjadi lagu pertama yang memiliki video musik resmi.
Banyak yang berasumsi lagu ini merujuk pada Joe Alwyn dan Matty Healy, tapi sebenarnya sebagian besar lirik dari lagu ini bersifat fiksi. Lagu ini mengisahkan tentang dua tetangga yang sudah menikah, tapi berselingkuh selama dua minggu.
Namun lagu ini memiliki kaitan dengan lagu lainnya dalam album ini, yang mengisahkan tentang pria yang melarikan diri ke Floridina yang akan menjadi bagian dari album ini dengan judul yang sama.
2. The Tortured Poets Department
Lagu The Tortured Poets Departmentsangat terlihat merujuk pada hubungan Taylor dengan Matty. Referensi yang diambil Taylor berupa kecintaan Matty pada mesin tik, tato, dan Lucy Dacus dari Boygenius yang dulunya merupakan teman Matty.
Dalam liriknya ada yang berbunyi, “Kamu bukan Dylan Thomas, aku bukan Patti Smith, Ini bukan Hotel Chelsea, kami idiot modern”. Di sini,Taylor mencoba membandingkan dirinya dan Healy dengan Dylan Thomas seorang penyair Wales, dan Patti Smith seorang penyanyi Amerika.
Lagu ini seolah mengisahkan sebuah hubungan terkutuk yang mendalam dan dipenuhi dengan gejolak emosi serta patah hati. Tidak ada yang memahami hal tersebut lebih baik daripada dua seniman puisi yang tersiksa ini.
3. So Long, London
Tepat setelah perilisannya, lagu ini langsung dikaitkan menjadi jawaban langsung dari lagu London Boy dalam album Taylor sebelumnya yaitu Lover. Dalamlagu itu diceritakan Taylor jatuh cinta pada Kota London dan pacarnya saat itu yaitu Joe Alwyn.
Sedangkan So Long, London benar-benar menyayat hati karena berisi ucapan selamat tinggal yang menyedihkan atas hubungannya dengan Kota London dan tentu saja mantan pacarnya Alwyn. Kita diperlihatkan betapa kerasnya Taylor mewujudkan hal tersebut dan pengorbanan apa saja yang telah dilakukan.
Hal tersebut terlihat dalam liriknya “Kamu bersumpah mencintaiku, tapi di mana petunjuknya?/ Aku mati di altar menunggu buktinya”. Lirik lainnya berbunyi, “Sampai saat ini London/Berlari dengan baik/Sinar matahari yang hangat/Tapi bukan aku yang tepat, kamu akan menemukan seseorang”.
4. But Daddy I Love Him
Dalam lagu keenamnya ini, Taylor tidak hanya membahas soal sebuah hubungan, tetapi juga pernyataan tentang orang-orang yang ingin menjatuhkannya ketika dia mencoba mengekspresikan diri dan memilih siapa pasangannya.
Dalam liriknya Swift menyinggung, “Aku baru mengetahui bahwa orang-orang mencoba menyelamatkanmu, karena mereka membencimu”. Dalam lirik lainnya, Taylor menyinggung tentang isu kehamilan, “Tidak, aku tidak, tapi kamu harus melihat wajahmu”.
Lagu ini seolah menyinggung perasaan orang-orang tertentu terhadap selebritas, terutama saat mereka bertumbuh dari remaja menuju dewasa. Lagu ini juga mencerminkan emansipasi dan hidup sesuai keinginannya dan tidak peduli terhadap pikiran publik.
5. Fresh Out The Slammer
Lagu ini dapat menjadi jawaban bagi para Swiftie yang penasaran dengan hubungannya dan Matty setelah putus dengan Joe Alwyn. Terlihat pada liriknya, “Sekarang sayang, aku pulang ke rumah untukmu/Baru saja keluar penjara, aku tahu siapa yang pertama akan meneleponku”.
Lirik ini menjelaskan perasaan emosional Taylor pada akhir masa hubungannya dengan Joe dan keinginannya untuk move on dari kekasih lamanya ini. Lagu ini merujuk kepada pasangan yang tidak pernah benar-benar bisa memahami.
6. Who’s Afraid of Little Old Me?
Who’s Afraid of Little Old Me? adalah lagu yang menjadi meditasi atas reputasi, kritik, dan sikap Tayloryang semakin keras di mata publik. Terlihat dalam lirik, “Jika kau ingin mati, kamu seharusnya bilang saja/Tidak ada yang membuatku merasa lebih hidup”.
Lirik lainnya berbunyi, “Jadi aku melompat dari tiang gantungan dan melayang di jalanmu/ Hancurkan pesta seperti rekaman saat aku berteriak/Siapa yang takut pada diriku yang dulu?/Seharusnya begitu”.
Banyak penggemar yang sadar bahwa lirik tersebut mirip dengan skenario film Who’s Afraid of Virginia Woolf?, yang mengisahkan tentang balas dendam antara pasangan yang pernikahannya hancur.
7. I Can Fix Him (No Really I Can)
Lagu ini mengisahkan tentang kenaifan seseorang yang merasa dapat mengubah sifat buruk pasangannya. Swifties kembali menghubungkan lagu ini dengan hubungan Taylor dan Matty, karena saat itu banyak penggemar yang tidak setuju Taylor berpacaran dengan Matty karena reputasinya yang buruk.
Hal ini semakin diperkuat pada bagian akhir yang berbunyi, “Aku bisa memperbaikinya, tidak, sungguh, aku bisa", dan diakhiri dengan, “Woah, mungkin aku tidak bisa”.
Ini Seolah Taylor sudah belajar dari pengalaman pahitnya bahwa dirinya tidak dapat mengubah sifat seseorang termasuk pasangannya.
8. I Can Do It With A Broken Heart
I Can Do It With A Broken Heart secara langsung membahas tentang Taylor yang harus tampil secara baik selama tur konser Eras Tour saat dirinya berjuang dengan kesehatan mentalnya dan patah hati. Seolah lagu ini sebagai pujian untuk dirinya yang tetap bisa bangkit dan sukses meskipun sedang tidak baik-baik saja.
Hal ini dapat dilihat dalam lirik, “Aku sangat depresi, aku bersikap seolah ini hari ulang tahunku setiap hari,” dan “Aku banyak menangis tetapi aku sangat produktif, ini adalah sebuah seni”.
9. The Smallest Man Who Ever Lived
Lagu ini seolah menjadi kritik pedas Taylor terhadap kemarahan mantannya dan bagaimana dia akhirnya merasa dimanfaatkan. Tentu parapenggemar kembali menebak siapa mantan yang dimaksud oleh sang penyanyi dalam lagu ini.
Hal tersebut dikaitkan lewat lirik, “Menatapku, bermata berbintang/Dalam setelan Saksi Jehovah”, yang diduga ditujukan pada pakaianMatty ketika di atas panggung yang sering menggunakan potongan jas dan dasi.
10. The Alchemy
Lagu ini dianggap sebagai metafora dari hubungan Taylor baru-baru ini dengan Travis Kelce yang membuatnya masuk ke dunia olahraga sepak bola Amerika (football). Ini bisa dilihat dari lirik yang berbunyi, “Orang-orang ini menghangatkan bangku cadangan/ Kami telah meraih kemenangan beruntun.”
Jadi The Alchemy seolah membandingkan bagaimana bahan kimia yang dihilangkan otak saat berolahraga dengan bahan kimia yang dihilangkan otak ketika jatuh cinta. Taylor tengah merasakan kedua kekuatan tersebut yang disatukan.
11. Clara Bow
Clara Bow merupakan salah satu aktris terkenal yang merupakan bintang pada era silver screen. Lagu ini merenungkan kehidupanTaylor yang menjadi pusat perhatian sebagai salah satu perempuan paling terkenal di dunia, seperti Bow dan Stevie Nicks yang namanya juga disebut dalam lagu ini.
Pada akhir lagu, Taylor menulis lirik, “Kamu terlihat seperti Taylor Swift”, yang merepresentasikan dirinya sebagaiperempuan penentu era seperti nama-nama lain yang disebutkan dalam lagu ini.
12. The Black Dog
Lagu The Black Dog mengisahkan tentang seorang mantan yang lupa mematikan shared location dan pergi ke bar yang biasa mereka kunjungi bersama. Lagi-lagi parapenggemar menghubungkannya dengan Joe Alwyn, terlebih terdapat sebuah pub di London yang bernama The Black Dog Freehouse.
Ini bukan pertama kalinya Taylor membuat referensi langsung ke kota tersebut yang berhubungan dengan sang mantan. Hal tersebut dapat dilihat dari lagu So Long, London dan Londoy Boy.
13. The Albatross
Lagu ini mengisahkan tentang seorang perempuan yang melakukan balas dendam dan menimbulkan kekacauan. Juga seorang pria yang tetap ingin memiliki hubungan dengannya meski mengetahui hal tersebut.
Lagu ini dianggap sebagai metafora yang terinspirasi dari puisi karya penyair abad ke-17 Taylor Coleridge yang berjudul The Rime Of The Ancient Mariner. Puisi iniberkisah tentang Mariner yang membunuh seekor burung albatros yang tidak bersalah dan tidak dapat lepas dari beban dosa tersebut.
14. How Did It End?
Lagu ini menceritakan tentang sebuah perpisahan. Dalam liriknya Taylor bertanya-tanya di mana kesalahannya dan juga menyebut spekulasi, keingintahuan, pertanyaan, serta penilaian yang muncul setelah perpisahan.
Dalam liriknya, ia memperlihatkan pertanyaan dari publik setelah perpisahannya, berbunyi, “Apa kamu tidak dengar?/Mereka membatalkan semuanya/Terkesiap lalu/Bagaimana akhirnya?.”
Dari lirik itu kepedihanTaylor bukan hanya karena harus menguraikan dan memilah sendiri kehancuran hubungannya secara emosional, tetapi juga dirinya harus melihat seluruh dunia melakukannya.
15. So High School
Lagu ini merujuk pada hubungannya dengan Travis Kelce, yang membuatnya seolah kembali pada masa mudanya yang penuh cinta selayaknya masa SMA. Lirik dalam lagu ini benar-benar menggambarkan Kelce secara terang-terangan.
Seperti, “Kamu tahu cara bermain bola, aku tahu Aristoteles”, dan lirik lain “Kamu tahu apa yang kamu inginkan dan, Nak, kamu mendapatkannya”, juga “Apakah kamu akan menikah, mencium, atau membunuhku?”
Lirik terakhir mengacu pada saat Kelce diwawancara pada 2016. Saat itu ia ditanya mengenai Taylor dengan permainan Kiss, Marry, or Kill.
Lalu Kelce menjawab ciuman. Namun Taylor juga menjawab pada bagian akhir lagu, “Saya bertaruh pada ketiganya untuk kita berdua”.
16. thanK you aIMee
Dalam judulnya lagu ini terdapat beberapa permainan kata tata bahasa yang disengaja, tidak terlalu halus, dan terlihat jelas. Lagu ini disebut-sebut menyindirKim Kardashian, yang merupakan seteru lamanya bersama sang mantan suaminya, Kanye West.
Lagu ini tidak memerlukan banyak petunjuk untuk mengerti apa isi yang terkandung karena sangat jelas terlihat jika kamu membaca lirik lagu tersebut.
17. Cassandra
Lagu Cassandrapenuh dengan referensi dari mitologi Yunani yang mengacu pada putri Priam dan Hecuba, yaitu Cassandra yang memiliki karunia. Namun atas kutukan yang disampaikan oleh Dewa Apollo, Cassandra dikutuk agar tidak pernah lagi dipercaya oleh siapa pun.
Lagu ini menjadi metafora tentang perseteruan, rumor, dan tuduhan yang membuat Taylor mendapat kecaman yang membuat penyanyi tersebut menyesali pengalamannya tersebut karena tidak dipercaya.
18. Peter
Siapa yang tidak tahu mengenai kisah Peter Pan, seorang anak laki-laki yang tidak dapat tumbuh dewasa. Lagu ini juga mengisahkan hal yang serupa, yaitu tentang mantan yang dulu berusia 25 tahun, dan kini kembali bertemu tapi tetap tidak dapat kembali bersama.
Lirik yang berbunyi, “Kamu bilang kamu akan tumbuh dewasa dan kemudian kamu akan datang dan menemukanku”. Sontak parapenggemar kembali mengaitkan dengan Matty Healy yang berumur 25 tahun saat pertama kali bertemu dengan Taylor.
19. The Bolter
The Botler mengisahkan tentang seorang perempuan yang memulai hubungan, tetapi kemudian pergi. Ini membuatnya mendapat julukan “Bolter”. Lalu ada seorang pria yang berusaha untuk menjinakannya.
Banyak yang mengatakan bahwa lagu ini merupakan sebuah fiksi yang dikaitkan dengan kisah nyata dari Taylor.
20. The Manuscript
Dalamlagu terakhir dalam album yang memilukan ini,Taylor sepertinya membicarakan hubungan lamanya yang pernah ia nyanyikan sebelumnya. Lagu ini mengambarkan perselingkuhan panas antara perempuan muda dengan pria yang lebih tua dengan memanfaatkan kenaifannya.
Lagu ini diyakini sangat terkait dengan lagu sebelumnya, seperti Would’ve, Could’ve, Should’ve, All Too Well, dan I Knew You Were Trouble. Lagu-lagu ini diyakini tentang hubungan Taylor dengan John Mayer dana Jake Gyllenhaal yang keduanya jauh lebih tua saat berkencan dengannya.
Lirik akhir dari lagu ini menjelaskan Taylor yang ingin kembali ke masa mudanya. Liriknya berbunyi, “Satu-satunya yang tersisa hanya manuskripnya/Satu kenang-kenangan terakhir dari perjalananku ke pantaimu/Sesekali aku membaca manuskripnya/Tapi ceritanya bukan milikku lagi”.
Itulah makna dari lagu-lagu Taylor Swift yang adadalam album The Tortured Poets Department.
MG/Akbar Nugroho
(ita)