CERMIN: Monster Itu Bernama Adrienne
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 1987. Polisi menggerebek sebuah properti mahaluas di Dandenong, sebuah kawasan di Australia. Yang mengejutkan, di sana ditemukan lebih dari setengah lusin anak-anak dengan pakaian identik dan rambut berwarna keemasan yang sama.
Ternyata polisi tak hanya menemukan properti tapi juga sebuah kultus yang digerakkan oleh seorang pelatih yoga yang mengaku sebagai titisan Yesus, Anne Hamilton-Byrne. Kisah yang lebih menakjubkan dari fiksi yang pernah ada ini lantas menjadi sumber dari banyak karya, termasuk di dalamnya serial dokumenter The Cult of the Family pada2019 dan novel berjudul In the Clearing yang terbit pada 2020.
Kini sosok Anne bereinkarnasi menjadi Adrienne Beaufort dalam serial The Clearingyang diadaptasi langsung dari novel In the Clearing. Dalam serial yang tayang di Disney+ ini, kita akan berkenalan dan mencoba memahami sosok monster berwujud manusia bernama Adrienne.
Jangan salah sangka. Adrienne tak seburuk dengan julukannya. Ia justru tampil bak malaikat, dengan rambut panjang berkilau melambai, dengan gaun panjang yang mewah, dengan kecantikan aristokrat tak tertandingi dan juga dengan keterampilan berbicara yang menghipnosis.
Foto: Disney+
Dengan penampilan sedemikian rupa, Adrienne mudah menaklukkkan banyak orang untuk tunduk ke dalam kerajaan yang sedang didirikannya, sebuah kultus yang ingin memurnikan anak-anak dan menjauhkannya dari masyarakat yang sedang sakit. Adrienne yang menjual sebuah utopia perlahan mendapatkan pengikutnya, beberapa di antara mereka tampak terlalu setia hingga bersedia mengorbankan apa pun untuknya.
Tapi beberapa di antara mereka adalah anak-anak tak berdosa, seperti Amy. Ia mencoba patuh sebagai anak yang baik, terutama di hadapan Mommy, sebutan untuk Adrienne. Tapi Amy juga tak kuasa menahan gejolak hatinya yang tahu sesuatu yang busuk tengah terjadi di hadapannya.
Sayangnya ia hanyalah seorang gadis kecil yang tak punya kuasa. Oleh karena itu, ia membiarkan dirinya terus menerus dikuasai Adrienne.
Belakangan kita juga akan bertemu dengan Freya. Ia hidup pada masa kini tapi tak bisa mengelak dari hitamnya masa lalu yang melingkupinya. Ia adalah seorang ibu yang menginginkan kehidupan yang damai untuk putra semata wayangnya, Billy.
Ia pernah melakukan kesalahan besar saat masa kecilnya dan terus menggores dirinya hingga ke masa sekarang. Seorang manusia yang tahu bahwa suatu saat masa lalu itu harus dihadapinya dengan gagah berani.
Foto: Disney+
The Clearingyang hanya terdiri dari delapan episode menghantui dengan perlahan, tak pernah terburu-buru memperkenalkan karakter demi karakter dengan menarik. Ceritanya sabar memperlihatkan jalinan konflik yang berpilin di antara masa lalu dan masa sekarang, dan membuat kita peduli dengan yang terjadi di semestanya.
Sesekali episode demi episode berjalan dengan mengaburkan linimasa yang mudah membuat penonton awam kehilangan arah, tapi karena dituturkan dengan cara yang inventif membuat kita justru tertarik untuk terus mengikuti ceritanya hingga tuntas.
Miranda Otto sebagai Adrienne dan Teresa Palmer sebagai Freya juga tampil dalam puncak aktingnya sejauh bentangan karier keduanya. Miranda mengeluarkan segala pesonanya dicampur dengan segala niat jahat dari Adrienne yang membuatnya menjadi salah satu monster berwujud manusia paling menakutkan yang pernah ada.
Sementara Teresa tak pernah lengah memperlihatkan keinginannya untuk maju menapaki masa kini dengan gagah tapi pada saat yang sama terus menerus disedot masuk ke masa lalu yang tak pernah bisa ditinggalkannya. Kedua aktris memperlihatkan keterampilan akting cemerlang yang memberi sentuhan humanis yang menarik pada karakter yang mereka mainkan.
Jadinya kadang kita bisa geram dengan Adrienne, kali lain kita bisa kasihan dan peduli padanya. Dengan Freya pun demikian. Kita bisa membencinya ketika bisa tega meninggalkan anaknya begitu saja. Tapi kali lain hati kita bisa tersentuk melihat Freya yang terus terikat dengan masa lalunya.
Foto: Disney+
Saya membayangkan kelak Indonesia juga punya serial bertema kriminal tentang kultus-kultus yang pernah ada di negeri ini dengan kekuatan skenario serupa. Karakter-karakter di dalamnya terbangun kokoh dan berkembang, dituturkan dengan pelantapi tak pernah kehilangan cara untuk membetot perhatian penonton.
Saat ini kita punya kisah tak kalah ajaib dari Panji Gumilang yang membangun semacam kultus di sebuah pesantren terkemuka. Memang belum ada perkara kriminal yang berpilin di dalamnya hingga saat ini, tapi tanpa itu pun, jika diramu dengan inventif, tetap saja kisah ini akan sungguh menarik ketika diadaptasi sebagai serial kriminal.
Ternyata polisi tak hanya menemukan properti tapi juga sebuah kultus yang digerakkan oleh seorang pelatih yoga yang mengaku sebagai titisan Yesus, Anne Hamilton-Byrne. Kisah yang lebih menakjubkan dari fiksi yang pernah ada ini lantas menjadi sumber dari banyak karya, termasuk di dalamnya serial dokumenter The Cult of the Family pada2019 dan novel berjudul In the Clearing yang terbit pada 2020.
Kini sosok Anne bereinkarnasi menjadi Adrienne Beaufort dalam serial The Clearingyang diadaptasi langsung dari novel In the Clearing. Dalam serial yang tayang di Disney+ ini, kita akan berkenalan dan mencoba memahami sosok monster berwujud manusia bernama Adrienne.
Jangan salah sangka. Adrienne tak seburuk dengan julukannya. Ia justru tampil bak malaikat, dengan rambut panjang berkilau melambai, dengan gaun panjang yang mewah, dengan kecantikan aristokrat tak tertandingi dan juga dengan keterampilan berbicara yang menghipnosis.
Foto: Disney+
Dengan penampilan sedemikian rupa, Adrienne mudah menaklukkkan banyak orang untuk tunduk ke dalam kerajaan yang sedang didirikannya, sebuah kultus yang ingin memurnikan anak-anak dan menjauhkannya dari masyarakat yang sedang sakit. Adrienne yang menjual sebuah utopia perlahan mendapatkan pengikutnya, beberapa di antara mereka tampak terlalu setia hingga bersedia mengorbankan apa pun untuknya.
Tapi beberapa di antara mereka adalah anak-anak tak berdosa, seperti Amy. Ia mencoba patuh sebagai anak yang baik, terutama di hadapan Mommy, sebutan untuk Adrienne. Tapi Amy juga tak kuasa menahan gejolak hatinya yang tahu sesuatu yang busuk tengah terjadi di hadapannya.
Sayangnya ia hanyalah seorang gadis kecil yang tak punya kuasa. Oleh karena itu, ia membiarkan dirinya terus menerus dikuasai Adrienne.
Belakangan kita juga akan bertemu dengan Freya. Ia hidup pada masa kini tapi tak bisa mengelak dari hitamnya masa lalu yang melingkupinya. Ia adalah seorang ibu yang menginginkan kehidupan yang damai untuk putra semata wayangnya, Billy.
Ia pernah melakukan kesalahan besar saat masa kecilnya dan terus menggores dirinya hingga ke masa sekarang. Seorang manusia yang tahu bahwa suatu saat masa lalu itu harus dihadapinya dengan gagah berani.
Foto: Disney+
The Clearingyang hanya terdiri dari delapan episode menghantui dengan perlahan, tak pernah terburu-buru memperkenalkan karakter demi karakter dengan menarik. Ceritanya sabar memperlihatkan jalinan konflik yang berpilin di antara masa lalu dan masa sekarang, dan membuat kita peduli dengan yang terjadi di semestanya.
Sesekali episode demi episode berjalan dengan mengaburkan linimasa yang mudah membuat penonton awam kehilangan arah, tapi karena dituturkan dengan cara yang inventif membuat kita justru tertarik untuk terus mengikuti ceritanya hingga tuntas.
Miranda Otto sebagai Adrienne dan Teresa Palmer sebagai Freya juga tampil dalam puncak aktingnya sejauh bentangan karier keduanya. Miranda mengeluarkan segala pesonanya dicampur dengan segala niat jahat dari Adrienne yang membuatnya menjadi salah satu monster berwujud manusia paling menakutkan yang pernah ada.
Sementara Teresa tak pernah lengah memperlihatkan keinginannya untuk maju menapaki masa kini dengan gagah tapi pada saat yang sama terus menerus disedot masuk ke masa lalu yang tak pernah bisa ditinggalkannya. Kedua aktris memperlihatkan keterampilan akting cemerlang yang memberi sentuhan humanis yang menarik pada karakter yang mereka mainkan.
Jadinya kadang kita bisa geram dengan Adrienne, kali lain kita bisa kasihan dan peduli padanya. Dengan Freya pun demikian. Kita bisa membencinya ketika bisa tega meninggalkan anaknya begitu saja. Tapi kali lain hati kita bisa tersentuk melihat Freya yang terus terikat dengan masa lalunya.
Foto: Disney+
Saya membayangkan kelak Indonesia juga punya serial bertema kriminal tentang kultus-kultus yang pernah ada di negeri ini dengan kekuatan skenario serupa. Karakter-karakter di dalamnya terbangun kokoh dan berkembang, dituturkan dengan pelantapi tak pernah kehilangan cara untuk membetot perhatian penonton.
Saat ini kita punya kisah tak kalah ajaib dari Panji Gumilang yang membangun semacam kultus di sebuah pesantren terkemuka. Memang belum ada perkara kriminal yang berpilin di dalamnya hingga saat ini, tapi tanpa itu pun, jika diramu dengan inventif, tetap saja kisah ini akan sungguh menarik ketika diadaptasi sebagai serial kriminal.