CERMIN: Belajar dari Frustrasi, Penyesalan, Trauma, dan Masa Lalu

Sabtu, 20 Mei 2023 - 06:28 WIB
loading...
CERMIN: Belajar dari Frustrasi, Penyesalan, Trauma, dan Masa Lalu
Serial Tiny Beautiful Things menggambarkan kisah perempuan yang ingin berdamai dengan masa lalunya. Foto/Disney+
A A A
JAKARTA - Tahun 2012. Cheryl Strayed menggunakan nama anonim Sugar untuk sebuah kolom yang diasuhnya di majalah daringThe Rumpus. Siapa sangka 10 tahun kemudian, masalah-masalah yang muncul dari kolom tersebut mewujud menjadi sebuah serial di Disney+.

Bisa jadi kita pertama kali mendengar nama Cheryl ketika menyaksikan film Wildyang dibintangi Reese Witherspoon. Film tersebut memang diadaptasi dari novel yang ditulisnya, yang meraih sukses besar. Salah satu kelebihan Cheryl adalah kejernihannya menggaungkan perasaan-perasaan terdalam dan mendasar manusia tanpa membuat pembaca/penonton merasakannya berlebihan.



Itu pula yang bisa kita temukan dalam serial Tiny Beautiful Thingsyang diadaptasi dari kumpulan esai Cheryl ketika merespons persoalan-persoalan pembacanya dari kolom yang diasuhnya. Cheryl tak sekadar bersimpati tapi ia juga ikut merasakan dan merefleksikan pengalaman pribadinya dengan apa yang sedang dialami pembacanya. Meski bisa jadi terkesan feminin, serial ini toh tetap bisa terkoneksi dengan siapa pun tanpa bias gender.

CERMIN: Belajar dari Frustrasi, Penyesalan, Trauma, dan Masa Lalu

Foto: Disney+

Mari berkenalan dengan Clare Pierces, seorang perempuan yang memasuki usia 50 tahun dan merasakan hidupnya jungkir balik. Pernikahannya di ambang perceraian yang menyebabkan ia keluar dari rumah, putri semata wayangnya tak lagi menyukainya, suaminya pun marah besar terhadapnya, dan ia pun tak bisa berkonsentrasi penuh dengan pekerjaannya. Tapi satu hal yang Clare bisa: ia bisa penuh empati pada siapa pun.

Empati itu menemukan salurannya ketika ia ditawarkan oleh seorang teman lama untuk mengasuh kolom Dear Sugar. Clare tak pernah menyangka bahwa mengasuh kolom itu juga menjadi semacam terapi penyembuhan bagi dirinya.

Ia membiarkan dirinya kembali menyusuri masa lalu, melihat lagi hubungannya yang spesial dengan ibu dan adik laki-lakinya, dan masih sulit memaafkan ayahnya yang di matanya melakukan dosa tak berampun. Tapi bisakah kita mengandalkan ingatan yang kita miliki untuk menghakimi masa lalu?

Dituturkan secara inventif tanpa membuat pusing antara masa lalu dan masa kini membuat Tiny Beautiful Thingsjuga bisa menjadi semacam medium bagi penonton untuk merefleksikan apa saja yang sudah dilalui selama hidupnya.

CERMIN: Belajar dari Frustrasi, Penyesalan, Trauma, dan Masa Lalu

Foto: Disney+

Saya pernah merasakan banyak hal yang pernah dialami Clare: pada satu titik dalam hidup, saya pernah merasakan frustrasi berat hingga depresi. Ada beberapa periode dalam hidup yang mungkin saya sesali dan jika bisa ingin mengulangnya menjadi lebih baik.

Trauma adalah satu hal dalam hidup yang sering kali terasa mengejar terus menerus seperti dosa. Tapi ada satu titik dalam hidup saat trauma memang mesti dihadapi, bagaimanapun beratnya. Trauma yang berasal dari masa lalu yang sering menjadi luka menganga hingga kini juga perlu disembuhkan.

Clare adalah salah satu tokoh favorit saya, justru karena ia punya kelemahan segudang. Ia justru sama sekali tidak sempurna. Tapi ia dengan besar hati mengakui kelemahan-kelemahan itu, mencoba memperbaikinya dengan susah payah dan mencoba berdamai dengan masa lalunya agar ia bisa merasakan kedamaian. Dalam usia 50, apa lagi yang paling penting dalam hidup selain menemukan kedamaian?

CERMIN: Belajar dari Frustrasi, Penyesalan, Trauma, dan Masa Lalu

Foto: Disney+

Tiny Beautiful Thingsmembongkar borok-borok yang sebagian dari kita pernah alami. Seorang ibu akan dengan mudah terkoneksi dengan Clare yang merasakan susahnya untuk berkomunikasi kembali dengan anak gadisnya.

Seorang istri akan dengan mudah merasa relevan dengan Clare yang merasakan susahnya kembali mendapat kepercayaan dari suami setelah pengkhianatan terjadi. Seorang manusia akan mudah trenyuh dan berempati dengan Clare dengan segala hal yang dijalaninya dalam hidup yang kocar-kacir, tapi masih bisa membantu orang lain melalui kolom Dear Sugar.



Pada akhirnya kita tahu bahwa belajar dari pengalaman hidup artinya belajar dari frustrasi, penyesalan, trauma, dan masa lalu. Dalam proses itu kita membiarkan diri kita menjalani ikhlas. Kita membiarkan diri kita terbentur terus menerus agar bisa kembali terbentuk.

Setelah segala badai yang dialami Clare, juga dialami oleh kita, sebagaimana kata Haruki Murakami, bisa jadi kita bukan lagi menjadi orang yang sama. Bisa saja kita justru menjadi orang yang lebih baik.

TINY BEAUTIFUL THINGS
Produser: Jocelyn Bioh, Todd Leykamp
Sutradara: Desiree Akhavan, Rachel Lee Goldenberg, Stacie Passon
Penulis Skenario: Liz Tigelaar, Jocelyn Bioh, Kaitlyn Fahey, Ellen Fairey, Naomi Iwamoto, Des Moran, Deirdre Shaw, Nancy Won
Pemain: Kathryn Hahn, Quentin Plair, Merritt Wever

Ichwan Persada
Sutradara/produser/penulis skenario, pernah menjadi dosen di Universitas Padjajaran dan SAE Institute, bisa dikontak via Instagram @ichwanpersada
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1999 seconds (0.1#10.140)