CERMIN: Cinderella dari Medan Perang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun 1998. Soeharto akhirnya turun dari takhta sebagai presiden selama 32 tahun, dan Keri Russell mencuri perhatian penonton televisi.
Serial Felicitybisa jadi kali pertama publik mengenal Keri Russell secara luas. Perannya sebagai Felicity Porter dengan rambut keriting dan alis tebal menggemaskan mudah membuat orang terpesona. Tapi Keri tentu tak ingin hanya dikenal sebagai Felicity.
Setelah tampil dalam Felicitysepanjang tahun 1998 – 2002, ia kembali muncul di televisi dengan peran menarik sebagai pasangan agen rahasia dalam The Americans. Perannya sebagai Elizabeth Jennings dijalaninya selama lima tahun sejak 2013. Pada tahun ini kita kembali melihat Keri hadir dengan peran menarik: menjadi Duta Besar Amerika untuk Inggris.
Dari Amerika memang sudah cukup banyak muncul serial menarik bertema politik dengan campur baur isu lainnya mulai dari yang serius seperti House of Cardsatau Homelandhingga yang penuh dengan bumbu seks seperti Scandal. Tapi serial The Diplomatyang tayang di Netflix berbeda dari semuanya.
Foto: Netflix
Serial ini menyoroti betapa sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dan pernikahan ketika Kate Wyler yang diperankan Keri hadir bak Cinderella dari medan perang. Kate bukanlah sosok duta besar yang ditugaskan sebagai balas budi presiden.
Ia ditugaskan sebagai duta besar karena memang meniti jalur karier diplomat. Ia pernah bertugas di negara konflik seperti Afganistan yang membuatnya khatam soal rapuhnya hubungan antarnegara dan mudahnya hubungan yang sudah rapuh itu bisa hancur begitu saja.
Kate sesungguhnya juga bukan sosok Cinderella yang sekadar cantik dan menunggu pangeran tampan datang menyelamatkannya. Kate memang kebetulan berwajah cantik dengan tubuh proporsional, tapi ia juga cerdas, tegas, dan tahu betul menjalankan tugasnya sebaik-baiknya.
Namun setangguh-tangguhnya Kate di medan perang, rumah tangganya sendiri dengan Hal, juga adalah perang setiap harinya. Lebih ke perang strategis, bukan perang fisik atau pertengkaran. Hal yang juga mantan duta besar sering kali mencampuri urusan istrinya dengan niat yang sebenarnya baik. tapi sering membuat Kate jengkel setengah mati.
Foto: Netflix
Di situlah menariknya The Diplomatketika kita melihat karakter utama, seorang perempuan tangguh dan profesional, yang berjuang setiap harinya di dua medan perang: di kantor dan rumahnya. Dalam delapan episode, kita melihat betapa menariknya sosok Kate Wyler jika saja ia betul-betul hadir di dunia nyata.
Ia bisa jadi sosok calon presiden impian perempuan Amerika. Seseorang yang menjalankan tugas semata-mata untuk negara, bukan untuk menyenangkan hati bosnya.
Dinamika hubungan Kate dan Hal juga dibahas sangat menarik di sini. Keduanya sama-sama profesional meski Hal tampak seperti seseorang yang selalu ingin tahu dan ikut campur dengan segala jaringan yang dimilikinya. Padahal Kate ingin orang-orang menghargainya karena ia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, bukan karena didukung oleh pengalaman sang suami sebelumnya.
Karena itulah Kate berjibaku setiap hari dengan beragam kepentingan. Mulai dari Presiden Inggris yang ingin mengambil perhatian publik, Presiden Amerika yang bisa dengan mudah berpikir ingin menyerang Iran tanpa bukti yang jelas, dan orang-orang di tengah-tengah mereka.
Kate berperang dengan ego sebagian besar laki-laki yang memegang jabatan paling penting di dunia dan berperan vital dalam menjaga perdamaian dunia. Ditambah lagi Kate masih harus meredam ego dari suaminya yang seperti mengidap post-power syndrome.
Foto: Netflix
Negosiasi dan diplomasi menjadi menu menarik dari The Diplomatdan menyegarkan wawasan demi melihat bagaimana orang-orang di sekeliling presiden berjibaku setiap hari hanya demi mencegah agar sang pemimpin itu tak gegabah memerangi negara tertentu seperti Iran misalnya.
Seni negosiasi dan diplomasi dituturkan melalui skenario cerdas, dan dilontarkan dengan asyik oleh para karakter, sehingga membuat kita melihat versi mini dari cara kepresidenan dijalankan.
Baik Keri Russell maupun Kate Wyler bukan lagi sosok Cinderella seperti yang kita kenal. Keduanya adalah sosok perempuan yang menegaskan keberadaannya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Serial Felicitybisa jadi kali pertama publik mengenal Keri Russell secara luas. Perannya sebagai Felicity Porter dengan rambut keriting dan alis tebal menggemaskan mudah membuat orang terpesona. Tapi Keri tentu tak ingin hanya dikenal sebagai Felicity.
Setelah tampil dalam Felicitysepanjang tahun 1998 – 2002, ia kembali muncul di televisi dengan peran menarik sebagai pasangan agen rahasia dalam The Americans. Perannya sebagai Elizabeth Jennings dijalaninya selama lima tahun sejak 2013. Pada tahun ini kita kembali melihat Keri hadir dengan peran menarik: menjadi Duta Besar Amerika untuk Inggris.
Dari Amerika memang sudah cukup banyak muncul serial menarik bertema politik dengan campur baur isu lainnya mulai dari yang serius seperti House of Cardsatau Homelandhingga yang penuh dengan bumbu seks seperti Scandal. Tapi serial The Diplomatyang tayang di Netflix berbeda dari semuanya.
Foto: Netflix
Serial ini menyoroti betapa sulitnya menyeimbangkan pekerjaan dan pernikahan ketika Kate Wyler yang diperankan Keri hadir bak Cinderella dari medan perang. Kate bukanlah sosok duta besar yang ditugaskan sebagai balas budi presiden.
Ia ditugaskan sebagai duta besar karena memang meniti jalur karier diplomat. Ia pernah bertugas di negara konflik seperti Afganistan yang membuatnya khatam soal rapuhnya hubungan antarnegara dan mudahnya hubungan yang sudah rapuh itu bisa hancur begitu saja.
Kate sesungguhnya juga bukan sosok Cinderella yang sekadar cantik dan menunggu pangeran tampan datang menyelamatkannya. Kate memang kebetulan berwajah cantik dengan tubuh proporsional, tapi ia juga cerdas, tegas, dan tahu betul menjalankan tugasnya sebaik-baiknya.
Namun setangguh-tangguhnya Kate di medan perang, rumah tangganya sendiri dengan Hal, juga adalah perang setiap harinya. Lebih ke perang strategis, bukan perang fisik atau pertengkaran. Hal yang juga mantan duta besar sering kali mencampuri urusan istrinya dengan niat yang sebenarnya baik. tapi sering membuat Kate jengkel setengah mati.
Foto: Netflix
Di situlah menariknya The Diplomatketika kita melihat karakter utama, seorang perempuan tangguh dan profesional, yang berjuang setiap harinya di dua medan perang: di kantor dan rumahnya. Dalam delapan episode, kita melihat betapa menariknya sosok Kate Wyler jika saja ia betul-betul hadir di dunia nyata.
Ia bisa jadi sosok calon presiden impian perempuan Amerika. Seseorang yang menjalankan tugas semata-mata untuk negara, bukan untuk menyenangkan hati bosnya.
Dinamika hubungan Kate dan Hal juga dibahas sangat menarik di sini. Keduanya sama-sama profesional meski Hal tampak seperti seseorang yang selalu ingin tahu dan ikut campur dengan segala jaringan yang dimilikinya. Padahal Kate ingin orang-orang menghargainya karena ia bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, bukan karena didukung oleh pengalaman sang suami sebelumnya.
Karena itulah Kate berjibaku setiap hari dengan beragam kepentingan. Mulai dari Presiden Inggris yang ingin mengambil perhatian publik, Presiden Amerika yang bisa dengan mudah berpikir ingin menyerang Iran tanpa bukti yang jelas, dan orang-orang di tengah-tengah mereka.
Kate berperang dengan ego sebagian besar laki-laki yang memegang jabatan paling penting di dunia dan berperan vital dalam menjaga perdamaian dunia. Ditambah lagi Kate masih harus meredam ego dari suaminya yang seperti mengidap post-power syndrome.
Foto: Netflix
Negosiasi dan diplomasi menjadi menu menarik dari The Diplomatdan menyegarkan wawasan demi melihat bagaimana orang-orang di sekeliling presiden berjibaku setiap hari hanya demi mencegah agar sang pemimpin itu tak gegabah memerangi negara tertentu seperti Iran misalnya.
Seni negosiasi dan diplomasi dituturkan melalui skenario cerdas, dan dilontarkan dengan asyik oleh para karakter, sehingga membuat kita melihat versi mini dari cara kepresidenan dijalankan.
Baik Keri Russell maupun Kate Wyler bukan lagi sosok Cinderella seperti yang kita kenal. Keduanya adalah sosok perempuan yang menegaskan keberadaannya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.