Ini Alasan Kenapa Orang Senang Menyebar Meme
Senin, 20 April 2020 - 20:30 WIB
JAKARTA - Semua orang pasti senang menyebar meme. Apalagi kalau meme-nya pas banget menggambarkan kondisi atau perasaan yang kita alami.
Coba aja liat, nih, meme-nya juri American Idol, Simon Cowell, yang epik ini.
Foto: Instagram @9gag
Siapa yang gak familier dengan foto di atas? Mungkin kita bisa bilang bahwa orang-orang yang gak akrab atau jarang main media sosial aja yang gak familier.
Tapi kalo pertanyaannya diganti menjadi siapa, sih, yang gak familier dengan perasaan di atas? Kira-kira apa jawabannya? Hampir gak ada, kan.
Nah, fenomena ini kerap menjadi topik menarik bagi para pengamat sosial, termasuk Friedrich Nietzsche, salah satu filsuf dari Jerman. Ia pernah bilang, “Humor is just schadenfreude with a clear conscience”. Nah, kamu mungkin bertanya, "Apa itu schadenfreude?"
Dikutip dari Psychology Today, schadenfreude adalah gabungan dari dua kata berbahasa Jerman, yaitu "schaden" yang berarti kerugian dan "freude" yang berarti kegembiraan. Kalau digabung, kedua kata tersebut berarti artinya "kegembiraan yang dirasakan atas kerugian yang dialami individu lain".
Foto: Instagram @9gag
Istilah ini gak lain gak bukan adalah kebalikan dari perasaan simpati. Biasanya, fenomena schadenfreude familier banget di dunia politik, penggemar olahraga, atau isu-isu terhangat yang menjadi bahan olahraga mulut alias bacotan kebanyakan orang.
Bukan sekadar istilah biasa, tapi eksistensi schadenfrude udah dibuktikan oleh beberapa penelitian yang menunjukkan adanya reaksi otak saat melihat kesialan yang dialami orang lain. Tepatnya di bagian korteks cingulate anterior yang terhubung dengan sistem limbik, atau yang sering kita kenal sebagai ‘rumah’ emosi.
Gak bisa dimungkiri bahwa sebagian dari kita merasa bahwa perasaan yang dialami tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan atau ditunjukkan. Tapi bagi beberapa orang, perasaan ini akan menjadi sesuatu yang adiktif karena terus menawarkan perasaan senang.
Pada dasarnya, otak manusia akan selalu memilih kebahagiaan dibandingkan rasa takut. Inilah yang menjelaskan mengapa seluruh manusia mengalami fenomena ini, terutama para penyebar meme yang ketagihan untuk menyebarkan kebahagiaan dari kesialan individu lain.
Kamu termasuk gak, nih?
Rizka Nadhirasari Hermawan Putri
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @dhirsss
Coba aja liat, nih, meme-nya juri American Idol, Simon Cowell, yang epik ini.
Foto: Instagram @9gag
Siapa yang gak familier dengan foto di atas? Mungkin kita bisa bilang bahwa orang-orang yang gak akrab atau jarang main media sosial aja yang gak familier.
Tapi kalo pertanyaannya diganti menjadi siapa, sih, yang gak familier dengan perasaan di atas? Kira-kira apa jawabannya? Hampir gak ada, kan.
Nah, fenomena ini kerap menjadi topik menarik bagi para pengamat sosial, termasuk Friedrich Nietzsche, salah satu filsuf dari Jerman. Ia pernah bilang, “Humor is just schadenfreude with a clear conscience”. Nah, kamu mungkin bertanya, "Apa itu schadenfreude?"
Dikutip dari Psychology Today, schadenfreude adalah gabungan dari dua kata berbahasa Jerman, yaitu "schaden" yang berarti kerugian dan "freude" yang berarti kegembiraan. Kalau digabung, kedua kata tersebut berarti artinya "kegembiraan yang dirasakan atas kerugian yang dialami individu lain".
Foto: Instagram @9gag
Istilah ini gak lain gak bukan adalah kebalikan dari perasaan simpati. Biasanya, fenomena schadenfreude familier banget di dunia politik, penggemar olahraga, atau isu-isu terhangat yang menjadi bahan olahraga mulut alias bacotan kebanyakan orang.
Bukan sekadar istilah biasa, tapi eksistensi schadenfrude udah dibuktikan oleh beberapa penelitian yang menunjukkan adanya reaksi otak saat melihat kesialan yang dialami orang lain. Tepatnya di bagian korteks cingulate anterior yang terhubung dengan sistem limbik, atau yang sering kita kenal sebagai ‘rumah’ emosi.
Gak bisa dimungkiri bahwa sebagian dari kita merasa bahwa perasaan yang dialami tersebut bukanlah sesuatu yang perlu dibanggakan atau ditunjukkan. Tapi bagi beberapa orang, perasaan ini akan menjadi sesuatu yang adiktif karena terus menawarkan perasaan senang.
Pada dasarnya, otak manusia akan selalu memilih kebahagiaan dibandingkan rasa takut. Inilah yang menjelaskan mengapa seluruh manusia mengalami fenomena ini, terutama para penyebar meme yang ketagihan untuk menyebarkan kebahagiaan dari kesialan individu lain.
Kamu termasuk gak, nih?
Rizka Nadhirasari Hermawan Putri
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @dhirsss
(it)
Lihat Juga :
tulis komentar anda