Inovatif dan inspiratif, Remaja Indonesia Kolaborasi dengan Seniman Disabilitas untuk Atasi Limbah Tekstil
Selasa, 14 Mei 2024 - 13:40 WIB
JAKARTA - Laura Simbolon, pelajar SMA berusia 16 tahun mendirikan sebuah platform untuk mengedukasi dan membantu mengurangi limbah tekstil, bekerja sama dengan para pengrajin penyandang disabilitas.
Sejak kecil, Laura yang bersekolah di Mentari Intercultural School Jakarta selalu menyukai fashion. Dia selalu menemukan kenyamanan dalam berdandan, memahami bahwa itu adalah salah satu caranya untuk mengekspresikan individualitasnya.
Namun, di balik rok atau atasan favorit Laura, terdapat realitas yang menyedihkan: penghasilan limbah tekstil yang berlebihan akibat pembuatannya.
Limbah tekstil merupakan limbah atau sisa material dari proses produksi atau pemakaian pakaian yang dapat mencakup potongan kain, pakaian bekas, atau produk yang rusak. “Kenyataannya, pakaian-pakaian yang kita semua pakai menghasilkan begitu banyak limbah tekstil hingga miliaran ton setiap tahun menurut SISPN,” ujar Laura.
Laura menggarisbawahi bahwa limbah tekstil menjadi masalah yang sangat memprihatinkan dalam jangka panjang bukan hanya karena bahayanya bagi lingkungan, tetapi juga karena kurangnya kesadaran dari masyarakat publik.
Foto: Dok. Our Commuknitty
“Limbah tekstil berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan menjadi katalisator perubahan iklim,” tekan Laura. “Itu karena limbah tekstil menghasilkan gas metana, sebuah gas rumah kaca, ketika dibakar atau dibiarkan begitu saja di tempat pembuangan sampai hingga terurai,” imbuhnya.
Setelah menghabiskan liburannya pada Januari lalu dengan mempelajari cara merajut sebagai sebuah hobi, sebuah ide muncul. Dia memperhatikan bahwa secara teori, merajut dapat dilakukan kepada semua jenis bahan yang berbentuk tali.
Setelah menyadari hal ini, dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mencoba mengubah pakaiannya yang tidak terpakai menjadi benang yang akan digunakan untuk merajut produk lain. Akhirnya, usahanya berhasil dan ia mendirikan Our Commuknitty yang menjual benang terbuat dari limbah tekstil dan produk-produk lainnya yang terbuat dari benang ramah lingkungan tersebut.
Laura mendirikan Our Commuknitty sebagai platform untuk kesadaran dan perubahan dalam industri tekstil Indonesia. Our Commuknitty membantu UMKM lokal dan individu membuang limbah tekstil mereka dengan tanggung jawab.
Foto: Dok. Our Commuknitty
Selain itu, Our Commuknitty juga menentang norma ketenagakerjaan saat ini dan memberikan peluang artistik kepada para penyandang disabilitas dengan bekerja sama melalui Yayasan Wisma Cheshire. Saat ini, mereka bekerja sama dengan 10 pengrajin yang telah mengubah lebih dari 40 kg limbah tekstil menjadi 50 benang.
Saat ini, terdapat 21 pelajar SMA di Jakarta yang aktif mengikuti gerakan ini dengan membantu Our Commuknitty dalam workshop-nya yang mengajari para seniman Yayasan Wisma Cheshire. Pengajarannya menyangkut pembuatan benang dan cara merajut, acara-acara bazar, dan penjualan barang, serta secara keseluruhan menyampaikan pesan untuk kesadaran dan perubahan dari rakyat di akun Instagram mereka @ourcommuknitty.
“Awalnya aku sama sekali tidak tahu limbah tekstil apa,” ujar Sergie, anggota dari Our Commuknitty. “Aku merasa apa yang Laura lakukan sungguh inovatif. Dari apa yang aku tahu, aku belum pernah melihat ada orang yang mengubah limbah tekstil menjadi benang ataupun jarang melihat orang mencoba menggunakan kembali mereka”.
Foto: Dok. Our Commuknitty
Sejak kecil, Laura yang bersekolah di Mentari Intercultural School Jakarta selalu menyukai fashion. Dia selalu menemukan kenyamanan dalam berdandan, memahami bahwa itu adalah salah satu caranya untuk mengekspresikan individualitasnya.
Namun, di balik rok atau atasan favorit Laura, terdapat realitas yang menyedihkan: penghasilan limbah tekstil yang berlebihan akibat pembuatannya.
Limbah tekstil merupakan limbah atau sisa material dari proses produksi atau pemakaian pakaian yang dapat mencakup potongan kain, pakaian bekas, atau produk yang rusak. “Kenyataannya, pakaian-pakaian yang kita semua pakai menghasilkan begitu banyak limbah tekstil hingga miliaran ton setiap tahun menurut SISPN,” ujar Laura.
Laura menggarisbawahi bahwa limbah tekstil menjadi masalah yang sangat memprihatinkan dalam jangka panjang bukan hanya karena bahayanya bagi lingkungan, tetapi juga karena kurangnya kesadaran dari masyarakat publik.
Foto: Dok. Our Commuknitty
“Limbah tekstil berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan dan menjadi katalisator perubahan iklim,” tekan Laura. “Itu karena limbah tekstil menghasilkan gas metana, sebuah gas rumah kaca, ketika dibakar atau dibiarkan begitu saja di tempat pembuangan sampai hingga terurai,” imbuhnya.
Setelah menghabiskan liburannya pada Januari lalu dengan mempelajari cara merajut sebagai sebuah hobi, sebuah ide muncul. Dia memperhatikan bahwa secara teori, merajut dapat dilakukan kepada semua jenis bahan yang berbentuk tali.
Setelah menyadari hal ini, dia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk mencoba mengubah pakaiannya yang tidak terpakai menjadi benang yang akan digunakan untuk merajut produk lain. Akhirnya, usahanya berhasil dan ia mendirikan Our Commuknitty yang menjual benang terbuat dari limbah tekstil dan produk-produk lainnya yang terbuat dari benang ramah lingkungan tersebut.
Laura mendirikan Our Commuknitty sebagai platform untuk kesadaran dan perubahan dalam industri tekstil Indonesia. Our Commuknitty membantu UMKM lokal dan individu membuang limbah tekstil mereka dengan tanggung jawab.
Foto: Dok. Our Commuknitty
Selain itu, Our Commuknitty juga menentang norma ketenagakerjaan saat ini dan memberikan peluang artistik kepada para penyandang disabilitas dengan bekerja sama melalui Yayasan Wisma Cheshire. Saat ini, mereka bekerja sama dengan 10 pengrajin yang telah mengubah lebih dari 40 kg limbah tekstil menjadi 50 benang.
Saat ini, terdapat 21 pelajar SMA di Jakarta yang aktif mengikuti gerakan ini dengan membantu Our Commuknitty dalam workshop-nya yang mengajari para seniman Yayasan Wisma Cheshire. Pengajarannya menyangkut pembuatan benang dan cara merajut, acara-acara bazar, dan penjualan barang, serta secara keseluruhan menyampaikan pesan untuk kesadaran dan perubahan dari rakyat di akun Instagram mereka @ourcommuknitty.
“Awalnya aku sama sekali tidak tahu limbah tekstil apa,” ujar Sergie, anggota dari Our Commuknitty. “Aku merasa apa yang Laura lakukan sungguh inovatif. Dari apa yang aku tahu, aku belum pernah melihat ada orang yang mengubah limbah tekstil menjadi benang ataupun jarang melihat orang mencoba menggunakan kembali mereka”.
Foto: Dok. Our Commuknitty
Lihat Juga :
tulis komentar anda