Review Heart of Stone: Generik tapi Gal Gadot Tetap Memikat

Minggu, 13 Agustus 2023 - 09:17 WIB
Heart of Stone menampilkan Gal Gadot sebagai agen rahasia yang ingin menyelamatkan dunia. Foto/Netflix
JAKARTA - Gal Gadot lagi-lagi muncul dalam film spionase dan aksi kriminal setelah Red Notice (2021) dan Death on the Nile (2022).

Sejak absen dari waralaba Fast & Furious dan DC Extended Universe, Gal Gadot agaknya masih sulit lepas dari genre laga, atau tepatnya yang terkait dengan aksi mata-mata dan kriminal ala Mission Impossible, James Bond, dan kisah detektif Hercule Poirot. Setelah dua film laga non-waralaba yang disebut sebelumnya, kini aktris berusia 38 tahun itu kembali bermain dalam genre yang sama lewat Heart of Stone yang tayang di Netflix.





Memerankan Rachel Stone, Gal Gadot adalah agen rahasia MI6, tapi bukan petugas lapangan. Tugasnya adalah sebagai peretas yang hanya bekerja di dalam mobil van.

Dalam kelanjutan ceritanya, ia harus melindungi sebuah teknologi bernama Heart yang akan diambil alih oleh Keya Dhawan (Alia Bhatt). Heart adalah sebuah teknologi supercanggih yang membuat pemegangnya bisa menyadap dan menyabotase apa pun yang ada di dunia ini, dari ponsel, lampu lalu lintas, pesawat, bahkan sebuah lift random di sebuah gedung, hanya dari depan komputer.



Foto: Netflix

Seperti dalam film-film yang dibintanginya, Gal Gadot selalu mampu memukau dengan pesonanya yang loveable dan effortless. Tak mungkin tak menyukai wajah dan penampilannya setiap kali ia muncul di layar.

Sayangnya, Heart of Stone terlalu generik untuk sebuah film aksi mata-mata. Memang ada kejutan yang cukup menarik di dalam ceritanya, tapi selain itu semuanya berjalan sesuai teori standar film spionase modern. Selalu ada kisah perebutan teknologi terbaru, teknologi-teknologi canggih untuk mendukung kerja agen, aksi bela diri tangan kosong dan dengan senjata, karakter agen profesional yang mulai bermain dengan perasaan, hingga karakter antagonis yang membuat penonton simpatik.

Tentu saja, ini bukan hal yang bisa dibilang buruk. Heart of Stone tetap jadi tontonan yang cukup menghibur. Namun semuanya bisa dibilang berkat kemunculan nama besar seperti Gal Gadot. Tanpanya, film garapan sutradara Tom Harper (Peaky Blinder) serta penulis Greg Rucka (The Old Guard) dan Allison Schroeder (Hidden Figures) mungkin tak akan mendapatkan perhatian besar.



Selain itu, kemampuan akting Alia Bhatt yang sudah diganjar lima piala Filmfare Awards, salah satu ajang penghargaan paling bergengsi di India, juga seperti tersia-siakan. Meski karakter Keya digambarkan bukan sebagai sosok yang hanya satu dimensi saja, tapi skenario masih belum mampu mengeluarkan kecerdasan aktingnya.



Foto: Netflix

Jamie Dornan sebagai agen Parker juga tampil seadanya saja. Jadi tak ada yang istimewa dengan akting maupun karakternya, padahal ia juga sosok penting dalam film ini.

Heart of Stone tampaknya dibuat dengan niatan menjadi sebuah film waralaba seperti Mission Impossible. Karakter Rachel dan Keya memang menarik dan bisa menjadi modal bagus untuk melanjutkan cerita ini. Namun jika skenario film keduanya terlalu generik seperti film ini, waralabanya bisa jadi tak akan meninggalkan gaung yang berarti.

(ita)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More