CERMIN: Seks, Narkoba, dan Musik Klasik

Rabu, 15 Maret 2023 - 14:58 WIB
Serial Mozart in the Jungle menggambarkan kehidupan para musisi musik klasik di New York. Foto/Prime Video
JAKARTA - Tahun 1756. Yogyakarta pertama kali diresmikan dan ribuan kilometer jauhnya seorang genius musik terlahir ke dunia.

Wolfgang Amadeus Mozart adalah nama besar dalam dunia musik klasik. Ia adalah pelopor dan pencipta. Ia seorang genius tapi juga manusia biasa. Nama Mozart harum ratusan setelahnya, menginspirasi lahirnya banyak karya seni termasuk sebuah serial yang tayang di Prime Video berjudul Mozart in the Jungle.

Ide serial ini datang dari memoar seorang peniup obo yang pernah bekerja di New York Philharmonic Orchestra, Blair Tindall, berjudul Sex, Drugs and Classical Music. Sebuah buku yang membuka pintu yang selama ini tertutup tentang cara industri musik klasik bekerja.

Bukunya juga bercerita tentang bagaimana seorang perempuan berjuang di tengah belantara orkestra klasik yang masih didominasi laki-laki. Dan tentu saja juga ada bumbu soal seks dan narkoba yang berkelindan di dalamnya.

Namun Mozart in the Jungletak merayakan seks dan narkoba untuk menerbitkan kontroversi. Terasa betul visi dan kecintaan para pembuatnya akan musik klasik yang membuat kita yang selama ini asing dengan genre musik tersebut cenderung mulai menyukainya.





Foto: Prime Video

Ini adalah sebuah serial yang dibuat oleh para pencinta musik klasik. Mereka yang dengan kecintaan sedemikian rupa akan membuat kita sadar betapa pentingnya musik klasik untuk terus dilestarikan dan tetap ada dalam kehidupan kita pada masa mendatang.

Mozart in the Junglememusatkan ceritanya pada Hailey Rutledge, seorang peniup obo yang manis, naif, dan bermimpi suatu saat bisa bermain untuk orkestra sebesar New York Philharmonic. Kita akan masuk ke dalam dunianya yang serba teratur, dipenuhi dengan jadwal latihan demi latihan, juga dengan mengajar privat dengan honor tak seberapa demi menyambung hidup.



Di tengah belantara New York, Hailey berjuang agar bisa diterima. Terutama karena ia seorang perempuan.

Dengan visi sedemikian, kita bisa dengan mudah dibuat jatuh cinta sejak awal dengan Hailey, juga dengan serial ini. Memang satu-satunya karakter yang begitu mudah dicintai dari serial ini adalah Hailey. Sisanya adalah karakter-karakter kompleks, manipulatif, narsistik, dan sesekali kejam.

Di tengah musik klasik yang mengalun indah, karakter-karakter yang justru tak indah itu hadir semacam yin dan yang bagi serial ini yang menjadikannya dinamis, meletup-letup, dan sering kali tak terduga.



Foto: Prime Video

Setelah Hailey, kita akan bertemu dengan Rodrigo. Ia adalah konduktor muda nan brilian dari Meksiko. Sengaja dibawa masuk ke New York Philharmonic untuk membawa aura baru yang segar dan muda. Rodrigo tak sekadar membawa itu, ia datang bagaikan angin topan yang menyapu sekeliling orkesta, mengagetkan banyak orang dengan karakternya yang tak terduga tapi masih bisa mengundang hormat dari sesama musisi lainnya.

Selama empat musim kita melihat para musisi berjuang menghidupi diri mereka. Para pecinta musik berjuang menjaga agar New York Philharmonic tetap hidup. Rodrigo yang berjuang agar bisa dipahami, dan Hailey yang terus berjuang menggapai mimpi-mimpinya dengan segala drama.

“Musik seharusnya membuatmu berdarah,“ ujar Rodrigo di depan musisi. Ia selalu mencari musisi yang tak sekadar memainkan musik tapi memainkannya dengan segenap jiwa hingga menyebabkan luka.

Dari Mozart in the Junglekita juga belajar bahwa musik tak sesederhana kebutuhan telinga, ia juga kebutuhan jiwa. Ia bisa membawa kita menelusuri masa lalu yang sudah ingin kita lupakan. Ia bisa membawa kita bertualang ke masa depan dengan segala ketakpastiannya. Musik, sebagaimana manusia, juga selalu punya kekuatan tak terduga yang selalu bisa mengejutkan kita.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. SINDOnews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More