CERMIN: Satire, Kapitalisme dan Christoph Waltz
Sabtu, 11 Maret 2023 - 08:16 WIB
JAKARTA - Tahun 2022. Cannes Film Festival memutar film Triangle of Sadnesspertama kalinya untuk publik dan setelahnya kita melihat kapitalisme tak sama lagi.
Menurut Karl Marx, kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang dibuat dan digunakan dengan maksud mendapatkan keuntungan dari setiap proses produksi. Dengan menggunakan kapal mewah sebagai latar dan sistem kelas dari segi penumpang kapal serta para pekerjanya, Ruben Ostlund sukses menertawakan kapitalisme dan bagaimana sistemnya bekerja dengan cara yang paling mengagumkan.
Satire bekerja ketika kita memahami konteks di dalamnya, dan Ruben tahu bahwa dengan latar yang mengingatkan penonton pada Titanic, ia akan lebih mudah untuk membuat penonton memahami yang sesungguhnya ingin dimuntahkannya dalam durasi 147 menit.
Satire masih berfungsi dengan baik ketika dijadikan elemen utama dalam novel berjudul sama yang ditulis Bentley Little. Namun ketika diadaptasi menjadi serial delapan episode, terasa betul erosi pemaknaan di dalamnya yang meninggalkan beberapa lubang menganga dalam ceritanya.
Kita tahu The Consultantyang diputar di Prime Video ini adalah sebuah serial satire tentang kapitalisme tapi karena terlalu banyak bumbu di dalamnya cenderung membuat rasanya justru tak keruan. Padahal premisnya luar biasa menarik.
Foto: Prime Video
Seorang wirausahawan muda dengan sejumlah game yang sukses diunduh jutaan kali ditembak mati begitu saja oleh seorang bocah. Tak butuh waktu lama, seorang pria datang ke kantornya dan menyatakan bahwa ia mengambil alih usaha yang dikembangkan Sang, sang wirausahawan.
Sebuah sistem ekonomi mesti terus berjalan dan mesti terus mencari keuntungan meskipun tragedi baru saja mendera. Kita tahu ini satire yang luar biasa pekat, tapi setelahnya cerita bergerak ke sana ke mari dan sering kali keluar dari fokus.
Meskipun membuat kita penasaran tapi tak menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang hinggap di kepala. Terutama dengan pertanyaan terbesar: apa yang sesungguhnya dibereskan oleh sang konsultan, Regus Patoff, selama ini?
Sepanjang delapan episode, cerita berputar-putar di sekeliling Regus. Dan kita berkenalan dengan Elaine yang dikesankan sebagai 'tangan kanan' Sang, walau sesungguhnya ia hanya asisten belaka.
Kita juga berkenalan dengan Craig, seorang programmer yang merasa dirinya tak pernah dihargai oleh si bos, Sang. Tapi motivasi keduanya pun serba kabur. Keduanya memang seperti berkomplot untuk menjatuhkan apa pun yang ingin dibuktikan oleh Regus, tapi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Regus dengan pencapaian yang telah dilakukan Sang sejauh ini?
Foto: Prime Video
Beruntungnya memang karena The Consultantpunya peraih dua piala Oscar, Christoph Waltz. Dengan beragam plot hole di sepanjang episodenya, kadang kita tak hirau dengan hal tersebut karena karisma Christoph yang berpendar.
Ada energi menyenangkan, menakutkan, dan misterius yang hadir secara bersamaan setiap kali ia muncul di layar. Hanya aktor kelas kakap yang bisa melakukannya.
Padahal Regus Patoff nyaris tak melakukan apa pun. Ia hanya terlihat kaku, menegakkan aturan baku, sering kali tak masuk akal dan manusiawi. Tapi ia tak menghardik siapa pun, ia tak pernah menghajar siapa pun, apalagi membunuh siapa pun.
Tapi kita tahu ada yang salah dengannya. Dan kita tahu bahwa Sang telah membuat perjanjian dengan iblis saat mencapai kesepakatan dengan Regus.
Menurut Karl Marx, kapitalisme merupakan sistem ekonomi yang dibuat dan digunakan dengan maksud mendapatkan keuntungan dari setiap proses produksi. Dengan menggunakan kapal mewah sebagai latar dan sistem kelas dari segi penumpang kapal serta para pekerjanya, Ruben Ostlund sukses menertawakan kapitalisme dan bagaimana sistemnya bekerja dengan cara yang paling mengagumkan.
Satire bekerja ketika kita memahami konteks di dalamnya, dan Ruben tahu bahwa dengan latar yang mengingatkan penonton pada Titanic, ia akan lebih mudah untuk membuat penonton memahami yang sesungguhnya ingin dimuntahkannya dalam durasi 147 menit.
Satire masih berfungsi dengan baik ketika dijadikan elemen utama dalam novel berjudul sama yang ditulis Bentley Little. Namun ketika diadaptasi menjadi serial delapan episode, terasa betul erosi pemaknaan di dalamnya yang meninggalkan beberapa lubang menganga dalam ceritanya.
Kita tahu The Consultantyang diputar di Prime Video ini adalah sebuah serial satire tentang kapitalisme tapi karena terlalu banyak bumbu di dalamnya cenderung membuat rasanya justru tak keruan. Padahal premisnya luar biasa menarik.
Foto: Prime Video
Seorang wirausahawan muda dengan sejumlah game yang sukses diunduh jutaan kali ditembak mati begitu saja oleh seorang bocah. Tak butuh waktu lama, seorang pria datang ke kantornya dan menyatakan bahwa ia mengambil alih usaha yang dikembangkan Sang, sang wirausahawan.
Sebuah sistem ekonomi mesti terus berjalan dan mesti terus mencari keuntungan meskipun tragedi baru saja mendera. Kita tahu ini satire yang luar biasa pekat, tapi setelahnya cerita bergerak ke sana ke mari dan sering kali keluar dari fokus.
Meskipun membuat kita penasaran tapi tak menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang hinggap di kepala. Terutama dengan pertanyaan terbesar: apa yang sesungguhnya dibereskan oleh sang konsultan, Regus Patoff, selama ini?
Sepanjang delapan episode, cerita berputar-putar di sekeliling Regus. Dan kita berkenalan dengan Elaine yang dikesankan sebagai 'tangan kanan' Sang, walau sesungguhnya ia hanya asisten belaka.
Kita juga berkenalan dengan Craig, seorang programmer yang merasa dirinya tak pernah dihargai oleh si bos, Sang. Tapi motivasi keduanya pun serba kabur. Keduanya memang seperti berkomplot untuk menjatuhkan apa pun yang ingin dibuktikan oleh Regus, tapi sebenarnya apa yang dilakukan oleh Regus dengan pencapaian yang telah dilakukan Sang sejauh ini?
Foto: Prime Video
Beruntungnya memang karena The Consultantpunya peraih dua piala Oscar, Christoph Waltz. Dengan beragam plot hole di sepanjang episodenya, kadang kita tak hirau dengan hal tersebut karena karisma Christoph yang berpendar.
Ada energi menyenangkan, menakutkan, dan misterius yang hadir secara bersamaan setiap kali ia muncul di layar. Hanya aktor kelas kakap yang bisa melakukannya.
Padahal Regus Patoff nyaris tak melakukan apa pun. Ia hanya terlihat kaku, menegakkan aturan baku, sering kali tak masuk akal dan manusiawi. Tapi ia tak menghardik siapa pun, ia tak pernah menghajar siapa pun, apalagi membunuh siapa pun.
Tapi kita tahu ada yang salah dengannya. Dan kita tahu bahwa Sang telah membuat perjanjian dengan iblis saat mencapai kesepakatan dengan Regus.
tulis komentar anda