Rela Berkorban demi Sayang Hewan Liar

Sabtu, 02 November 2019 - 15:08 WIB
Rela Berkorban demi...
Rela Berkorban demi Sayang Hewan Liar
A A A
Menyambut Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional pada 5 November mendatang, yuk, kita simak kisah mereka yang sayang banget dengan hewan jalanan.

Mereka rela menyisihkan uang bulanannya demi sekadar memberi makan hewan jalanan, termasuk membawa ke rumah sakit kalau ada yang terluka. Juga menyelamatkan saat ada yang mau membunuh.

Di daerah Jakarta Selatan, ada seorang karyawan swasta yang selalu memberi makan kucing yang berkeliaran di jalanan. Aprido, 20, sang karyawan itu, bilang bahwa sudah sejak kecil dia suka memberi makan kucing liar di sekitar rumahnya.

Tak perlu makanan mahal, dia cukup memberi kucing-kucing itu makanan seperti ikan rebus atau ayam rebus. Dalam sebulan, cukup Rp50 ribu saja dia sisihkan untuk memberi makan kucing jalanan.

“Pernah saya lagi jalan, tiba-tiba ada kucing yang ngeong-ngeong ke saya. Saya pikir mungkin dia lagi kolokan dan tau orang yang suka memberi makan kucing, akhirnya saya kasih makan. Terus dia ngikutin saya, tapi saya gak boleh piara kucing di rumah. Jadi saya taro aja kucing itu di jalanan lagi,” kata Aprido.

Satu ketika, dia juga pernah menolong kucing yang tertabrak motor. Yang dia heran, tak ada warga yang menolong kucing itu.

Rela Berkorban demi Sayang Hewan Liar

Foto: kittenlady.org

“Akhirnya saya yang bawa ke rumah sakit. Begitu udah sehat, saya lepas lagi ke jalan,” katanya.

Mirip dengan Aprindo, ada Intan, 24. Dia hobi merawat kucing liar yang masuk ke dalam rumahnya. Kalau ditotal, sudah ada 20 kucing liar yang dipeliharanya.

Ia juga memberi makan kucing-kucing liar yang ada di pinggir jalan. Setiap pagi, ketika berangkat ke kantor, Intan rela berkali-kali memarkirkan motornya untuk sekadar kasih makan kucing liar yang dilihatnya di pinggir jalan.

Intan mengaku, demi memberi makan kucing-kucing di rumahnya dan kucing liar, dia selalu membeli makanan kucing ukuran 20 kilogram untuk tiga bulan dengan harga Rp300.000.

Sementara untuk perawatan kucing seperti sampo, vitamin, dan pasir, sekitar Rp150 ribu per bulan. Tapi kalau ada kucing yang sakit, pastinya pengeluarannya juga membengkak.

Apalagi, sama dengan Aprindo, kalau Intan nemu kucing yang luka, pasti langsung dibawanya ke rumah sakit hewan. Apa duitnya gak habis cuma untuk ngurusin kucing doang?

“Sama sesama makhluk hidup gak usah hitung-hitungan. Lagian mereka juga gak jahat sama kita, kok,” kata Intan.

Rela Berkorban demi Sayang Hewan Liar

Foto: publicbriadcasting.net

“Kucing itu, kan, makhluk kesayangan Rasulullah. Saya, sih, rela gak makan daripada lihat ada kucing mati kelaparan di jalan,” kata Aprindo.

Walau tetangganya suka ‘bawel’ kepada Intan bahwa kucing bisa menularkan rabies dan penyakit lainnya, Intan tetap cuek aja. “Kan, kucingnya dirawat, divaksin,” sanggahnya.

Selamatkan Musang

Sementara Krisna, 20, mahasiswa asal Jakarta yang hobi mengurusi musang. Dia sering melihat ada musang liar di malam hari, tapi setiap ketangkap warga, musang itu sering diperlakukan dengan buruk.

Memang, musang tersebut sering memakan ayam peliharaan warga, terutama saat malam hari. Tapi menurut Krisna, itu karena mereka sudah susah mencari makan.

“Musang itu bukan hewan jahat apalagi hewan buas. Kalau ketemu jangan mengusir atau memukulnya, biarkan dia pergi sendiri dan mencari tempat lain,” kata Krisna yang pernah menyelamatkan musang yang mau dibunuh warga.

“Musangnya luka kena perangkap warga. Akhirnya saya pelihara,” katanya.

Rela Berkorban demi Sayang Hewan Liar

Foto: Instagram @okintph. Grafis: Susilo. Naskah:Alsifa Citra Aziza

Kata Krisna, dia sudah memelihara musang ini selama dua tahun. Sekarang sudah ada tiga musang di rumahnya dan akan ia kembangbiakkan.

Awalnya ia mendapat teguran dari orang tuanya. “Buat apa miara musang. Buang-buang uang buat kasih makan dan merawatnya. Pelihara aja ikan atau kelinci,” kata Krisna menirukan ucapan orang tuanya.

Dia sempat sembunyi-sembunyi untuk kasih makan musang-musangnya agar orang tuanya tidak tahu. Tapi sekarang, dia sudah berani mengeluarkan musang-musangnya untuk berjemur, meski masih mendapat cibiran dari tetangganya.

Gara-gara ini, Krisna pun berusaha mengedukasi teman-temannya tentang musang dan cara merawatnya. “Bahwa musang itu juga bisa makan buah, gak mesti daging,” kata Krisna yang menghabiskan Rp100 ribu per bulan untuk makanan musang-musangnya.

Gak jadi beban, kok. Saya ikhlas karena musang juga makhluk ciptaan Tuhan,” ujar Krisna yang nyambi sebagai sopir ojek online ini.

GenSINDO
Noor Mutiara Aini
Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2178 seconds (0.1#10.140)