Film Adaptasi Tak Selalu Diburu Penggemar
A
A
A
Membuat film adaptasi punya keuntungan memiliki basis penggemar dari sumber aslinya. Tapi bukan berarti para penggemar tersebut otomatis menonton filmnya. Mengapa?
Film makin banyak memiliki sumber untuk diadaptasi. Mulai dari buku atau novel, komik, Wattpad, sampai Webtoon.
Biasanya, sumber yang diadaptasi adalah yang laris manis alias banyak dibaca orang. Dengan mengangkatnya ke format layar lebar, diharapkan filmnya pun bisa membuat para pembacanya untuk ikut menonton di bioskop.
Tapi tak selamanya teori ini berhasil. Tak sedikit film hasil adaptasi yang gagal di pasaran atau setidaknya tak meraup penonton sejumlah yang diharapkan.
Afdila Rosalinnisa, mahasiswi semester 4 Jurusan Pertanian, Universitas Diponegoro, mengaku sebagai salah satu pembaca setia Wattpad sejak kelas 12 SMA. Tapi dia memilih untuk tidak menonton filmnya jika cerita yang dibacanya diadaptasi jadi film.
Film "The Perfect Husband". Foto: Screenplay Films
“Uangnya lebih baik digunakan untuk kebutuhan yang lain dan lebih esensial daripada sekadar beli sesuatu untuk tujuan hiburan,” katanya pada Gen Sindo.
Izzaturahma mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta juga saam dengan Afdila, meski dengan alasan yang berbeda. “Kalau film aku ngga tertarik buat nonton. Karena imajinasi aku tentang tokohnya enggak cocok sama yang di film,” ujar Izza.
Buat Izza, meski yang memerankan karakternya adalah aktor idolanya sekalipun, dia akan tetap memilih untuk membeli dan membaca bukunya saja meski harganya mahal.
Sementara Naura Qotrunnada dari STAN punya alasan yang juga berbeda. “Saya beli bukunya, tapi tidak menonton film karena menghargai karya penulisnya,” jelasnya.
“Saya tidak suka setiap bagian klimaks yang seru di buku malah di-skip demi durasi film. Lebih berasa feel-nya kalau membaca di buku,” tambah Naura.
Film "Raja, Ratu, dan Rahasia". Foto: Starvision
Naura mengaku, pengalamannya menonton film hasil adaptasi sebanyak dua kali tak pernah sukses membuatnya puas.
Dia merasa kecewa dengan film yang ditayangkan tersebut. Selain durasinya yang singkat, juga sebagian cerita tidak dimasukkan.
“Kalau nonton filmnya kurang ada feel-nya. Beda dengan di buku,” katanya.
Punya Banyak Penggemar, tapi Mengandung Spoiler
Sebagai sebuah film yang mengadopsi kisah dari sebuah karya seni yang sudah ada, film adaptasi tentu punya beberapa kelebihan, juga kekurangan dibanding film yang dibuat dari cerita asli.
Menurut pengamat film Yan Wijaya, film adaptasi mendapatkan keuntungan sudah memiliki penggemar dari sumber karya aslinya. Mereka juga cenderung ingin menonton karena mau mencocokkan buku dengan filmnya, apakah sesuai dengan imajinasi mereka atau tidak.
“Tapi kekurangannya, cerita sudah ketahuan atau mengandung spoiler, jadi tak ada unsur kejutan. Kecuali sutradara merombak total alur cerita,” ujar Yan.
Selain itu, kekurangan lainnya adalah jika filmnya tak sesuai ekspektasi penonton, maka mereka akan kecewa dan malas untuk menonton film adaptasi lagi.
Foto: "A: Aku, Benci & Cinta". Foto: MD Pictures
Film Adaptasi dalam Angka
Gen Sindo melakukan survei kecil untuk mengetahui alasan seseorang menonton atau tidak menonton film adaptasi di bioskop. Ada 35 orang yang mengisi survei yang disebar secara daring. Berikut hasilnya.
62,9% orang yang membaca sumber aslinya akan menonton filmnya
1. Penasaran dengan visualisasi tokohnya
2. Mengecek apakah sesuai dengan imajinasi mereka atau tidak
11,4% orang yang membaca sumber aslinya tidak mau menonton filmnya
1. Takut tidak sesuai ekspektasi
2. Menduga alurnya tidak lengkap, tidak sesuai cerita aslinya
3. Tidak suka pemeran filmnya
25,7% tidak membaca sumber aslinya tapi tertarik menonton filmnya
1. Kurang suka membaca
2. Tidak tahu kalau film tersebut adalah hasil adaptasi
Anita Rahim,Nyayu Bela Aldia, Fitri Rizky Hartanti
Gen Sindo
Politeknik Negeri Jakarta,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IISIP Jakarta
Film makin banyak memiliki sumber untuk diadaptasi. Mulai dari buku atau novel, komik, Wattpad, sampai Webtoon.
Biasanya, sumber yang diadaptasi adalah yang laris manis alias banyak dibaca orang. Dengan mengangkatnya ke format layar lebar, diharapkan filmnya pun bisa membuat para pembacanya untuk ikut menonton di bioskop.
Tapi tak selamanya teori ini berhasil. Tak sedikit film hasil adaptasi yang gagal di pasaran atau setidaknya tak meraup penonton sejumlah yang diharapkan.
Afdila Rosalinnisa, mahasiswi semester 4 Jurusan Pertanian, Universitas Diponegoro, mengaku sebagai salah satu pembaca setia Wattpad sejak kelas 12 SMA. Tapi dia memilih untuk tidak menonton filmnya jika cerita yang dibacanya diadaptasi jadi film.
Film "The Perfect Husband". Foto: Screenplay Films
“Uangnya lebih baik digunakan untuk kebutuhan yang lain dan lebih esensial daripada sekadar beli sesuatu untuk tujuan hiburan,” katanya pada Gen Sindo.
Izzaturahma mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta juga saam dengan Afdila, meski dengan alasan yang berbeda. “Kalau film aku ngga tertarik buat nonton. Karena imajinasi aku tentang tokohnya enggak cocok sama yang di film,” ujar Izza.
Buat Izza, meski yang memerankan karakternya adalah aktor idolanya sekalipun, dia akan tetap memilih untuk membeli dan membaca bukunya saja meski harganya mahal.
Sementara Naura Qotrunnada dari STAN punya alasan yang juga berbeda. “Saya beli bukunya, tapi tidak menonton film karena menghargai karya penulisnya,” jelasnya.
“Saya tidak suka setiap bagian klimaks yang seru di buku malah di-skip demi durasi film. Lebih berasa feel-nya kalau membaca di buku,” tambah Naura.
Film "Raja, Ratu, dan Rahasia". Foto: Starvision
Naura mengaku, pengalamannya menonton film hasil adaptasi sebanyak dua kali tak pernah sukses membuatnya puas.
Dia merasa kecewa dengan film yang ditayangkan tersebut. Selain durasinya yang singkat, juga sebagian cerita tidak dimasukkan.
“Kalau nonton filmnya kurang ada feel-nya. Beda dengan di buku,” katanya.
Punya Banyak Penggemar, tapi Mengandung Spoiler
Sebagai sebuah film yang mengadopsi kisah dari sebuah karya seni yang sudah ada, film adaptasi tentu punya beberapa kelebihan, juga kekurangan dibanding film yang dibuat dari cerita asli.
Menurut pengamat film Yan Wijaya, film adaptasi mendapatkan keuntungan sudah memiliki penggemar dari sumber karya aslinya. Mereka juga cenderung ingin menonton karena mau mencocokkan buku dengan filmnya, apakah sesuai dengan imajinasi mereka atau tidak.
“Tapi kekurangannya, cerita sudah ketahuan atau mengandung spoiler, jadi tak ada unsur kejutan. Kecuali sutradara merombak total alur cerita,” ujar Yan.
Selain itu, kekurangan lainnya adalah jika filmnya tak sesuai ekspektasi penonton, maka mereka akan kecewa dan malas untuk menonton film adaptasi lagi.
Foto: "A: Aku, Benci & Cinta". Foto: MD Pictures
Film Adaptasi dalam Angka
Gen Sindo melakukan survei kecil untuk mengetahui alasan seseorang menonton atau tidak menonton film adaptasi di bioskop. Ada 35 orang yang mengisi survei yang disebar secara daring. Berikut hasilnya.
62,9% orang yang membaca sumber aslinya akan menonton filmnya
1. Penasaran dengan visualisasi tokohnya
2. Mengecek apakah sesuai dengan imajinasi mereka atau tidak
11,4% orang yang membaca sumber aslinya tidak mau menonton filmnya
1. Takut tidak sesuai ekspektasi
2. Menduga alurnya tidak lengkap, tidak sesuai cerita aslinya
3. Tidak suka pemeran filmnya
25,7% tidak membaca sumber aslinya tapi tertarik menonton filmnya
1. Kurang suka membaca
2. Tidak tahu kalau film tersebut adalah hasil adaptasi
Anita Rahim,Nyayu Bela Aldia, Fitri Rizky Hartanti
Gen Sindo
Politeknik Negeri Jakarta,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IISIP Jakarta
(her)