Kill The Messenger: Kisah Jurnalis Pengungkap Kejahatan CIA yang Hidupnya Berujung Tragis
A
A
A
“Authentic journalism is telling people something that the government doesn’t want them to know”— Gary Webb.
Gary Webb adalah nama yang tidak asing dalam dunia jurnalisme investigasi. Ada dua hal yang erat kaitannya dengan dirinya, yaitu buku "Dark Alliance" dan film "Kill The Messenger".
Semua bermula pada Agustus 1996. San Jose Mercury News menerbitkan sebuah laporan investigasi berjudul “Dark Alliance: The story Behind the Crack Explosion”. Tulisan ini dibuat oleh jurnalis pemenang Putlizer, Gary Stephen Webb.
Melansir dari TIME, investigasi Webb mengungkapkan keterlibatan Central Intelligence Agency (CIA) dalam penjualan obat-obatan terlarang di Amerika Serikat pada era 1980-an. Bisa ditebak, berita ini pun menggemparkan masyarakat.
Foto:narconews.com
Hasil Investigasi Satu Tahun
Penyelidikan ini dimulai saat salah seorang narasumbernya, Coral Baca, memperlihatkan sebuah dokumen rahasia milik CIA yang berisi catatan perdagangan kokain di Amerika. Ajaibnya, ternyata pejabat-pejabat penting ikut terlibat di dalamnya.
Kemudian setelah melakukan penyelidikan lebih mendalam, Webb menemukan fakta bahwa uang hasil perdagangan narkoba tersebut digunakan pemerintah untuk membeli peralatan perang untuk melawan komunis di Nikaragua.
Foto:csglobe.com
Diserang Media Mainstream
Investigasi yang dilakukan Webb diterbitkan di koran lokal kecil, sehingga banyak serangan datang dari media-media mainstream di Amerika Serikat. Surat kabar nasional, seperti Washington Post dan L.A Times membantah tulisan Webb yang dianggap hanya menyebarkan hoaks dan tidak berdasar.
Terlalu banyak menerima serangan, akhirnya pada Mei 1997 Mercury News membuat sebuah pernyataan yang mengakui bahwa investigasi ini gagal dalam pelaporan dan penyuntingan.
Foto:Seven Stories Press
Kehidupan Webb setelah “Dark Alliance”
Webb dan keluarganya mendapatkan banyak teror gila-gilaan. Akibatnya, Webb dipindahtugaskan ke biro San Jose Mercury News di sebuah kota kecil, Cupertino. Tidak sampai satu tahun pemindahannya, Webb mengundurkan diri pada Desember 1997.
Setelah itu Webb bekerja sebagai penyelidik dan melakukan laporan investigasi lepas. Kemudian pada 1998, Webb menerbitkan sebuah buku berdasarkan seri investigasi “Dark alliance”, yang lagi-lagi menuai kontroversi.
Foto:democracynow.org
Meninggal dengan Dua Peluru di Kepala
Terlalu banyak tekanan dan stres, pada 10 Desember 2004, Webb dilaporkan bunuh diri. Pria 49 tahun itu meninggalkan beberapa catatan, lalu menembak kepalanya dengan dua peluru. Dikutip dari moguldom.com, Webb memiliki masalah keuangan di antara banyak masalah lainnya. Bahkan pada akhir masa hidupnya, Webb terpaksa menjual rumahnya.
Foto: Focus Features
Kisahnya Diangkat ke Layar Lebar
Film berdasarkan kisah nyata Gary Webb pernah dibuat pada 2014 lalu dengan judul “Kill the Messenger”. Film berdurasi 1 jam 52 menit ini diperankan Jeremy Renner, si Hawkeye dalam Marvel Cinematic Universe (MCU) sebagai Gary Webb. Filmnya berhasil memperoleh pendapatan USD6,7 juta dengan bujet USD5 juta.
Fathimah Waqaarah Siregar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @wforwoodley
Gary Webb adalah nama yang tidak asing dalam dunia jurnalisme investigasi. Ada dua hal yang erat kaitannya dengan dirinya, yaitu buku "Dark Alliance" dan film "Kill The Messenger".
Semua bermula pada Agustus 1996. San Jose Mercury News menerbitkan sebuah laporan investigasi berjudul “Dark Alliance: The story Behind the Crack Explosion”. Tulisan ini dibuat oleh jurnalis pemenang Putlizer, Gary Stephen Webb.
Melansir dari TIME, investigasi Webb mengungkapkan keterlibatan Central Intelligence Agency (CIA) dalam penjualan obat-obatan terlarang di Amerika Serikat pada era 1980-an. Bisa ditebak, berita ini pun menggemparkan masyarakat.
Foto:narconews.com
Hasil Investigasi Satu Tahun
Penyelidikan ini dimulai saat salah seorang narasumbernya, Coral Baca, memperlihatkan sebuah dokumen rahasia milik CIA yang berisi catatan perdagangan kokain di Amerika. Ajaibnya, ternyata pejabat-pejabat penting ikut terlibat di dalamnya.
Kemudian setelah melakukan penyelidikan lebih mendalam, Webb menemukan fakta bahwa uang hasil perdagangan narkoba tersebut digunakan pemerintah untuk membeli peralatan perang untuk melawan komunis di Nikaragua.
Foto:csglobe.com
Diserang Media Mainstream
Investigasi yang dilakukan Webb diterbitkan di koran lokal kecil, sehingga banyak serangan datang dari media-media mainstream di Amerika Serikat. Surat kabar nasional, seperti Washington Post dan L.A Times membantah tulisan Webb yang dianggap hanya menyebarkan hoaks dan tidak berdasar.
Terlalu banyak menerima serangan, akhirnya pada Mei 1997 Mercury News membuat sebuah pernyataan yang mengakui bahwa investigasi ini gagal dalam pelaporan dan penyuntingan.
Foto:Seven Stories Press
Kehidupan Webb setelah “Dark Alliance”
Webb dan keluarganya mendapatkan banyak teror gila-gilaan. Akibatnya, Webb dipindahtugaskan ke biro San Jose Mercury News di sebuah kota kecil, Cupertino. Tidak sampai satu tahun pemindahannya, Webb mengundurkan diri pada Desember 1997.
Setelah itu Webb bekerja sebagai penyelidik dan melakukan laporan investigasi lepas. Kemudian pada 1998, Webb menerbitkan sebuah buku berdasarkan seri investigasi “Dark alliance”, yang lagi-lagi menuai kontroversi.
Foto:democracynow.org
Meninggal dengan Dua Peluru di Kepala
Terlalu banyak tekanan dan stres, pada 10 Desember 2004, Webb dilaporkan bunuh diri. Pria 49 tahun itu meninggalkan beberapa catatan, lalu menembak kepalanya dengan dua peluru. Dikutip dari moguldom.com, Webb memiliki masalah keuangan di antara banyak masalah lainnya. Bahkan pada akhir masa hidupnya, Webb terpaksa menjual rumahnya.
Foto: Focus Features
Kisahnya Diangkat ke Layar Lebar
Film berdasarkan kisah nyata Gary Webb pernah dibuat pada 2014 lalu dengan judul “Kill the Messenger”. Film berdurasi 1 jam 52 menit ini diperankan Jeremy Renner, si Hawkeye dalam Marvel Cinematic Universe (MCU) sebagai Gary Webb. Filmnya berhasil memperoleh pendapatan USD6,7 juta dengan bujet USD5 juta.
Fathimah Waqaarah Siregar
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @wforwoodley
(her)