Friday Noraebang dan Dizkorea, Dua Penggawa Acara Disko Korea
A
A
A
Ngomongin invasi musik Kpop di Indonesia, gak lengkap kalo gak menyebut dua event dugem paling hit di kalangan anak muda saat ini, yaitu Dizkorea dan Noraebang.
Dua acara inilah yang bikin pencinta musik Kpop masuk ke klub, dan anak-anak yang doyan ke klub malam jadi terpapar musik Kpop.
Friday Noraebang pertama kali digelar pada November 2017. Bukan cuma diadakan di Jakarta, acara ini juga mampir ke Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Sejauh ini, peminatnya selalu membludak.
Foto: Instagram @fridaynoraebang
Menurut Business Director Friday Noraebang, Faris Mohammad Noorsanto, di Jakarta dalam sebulan bisa diadakan sampai 7-8 kali acara. Ini karena permintaan pencinta K-Pop yang terus-terusan datang untuk dibuatkan acara.
“Sekarang setiap event biasanya 300-500 orang (yang hadir). Paling banyak waktu itu pernah hampir seribu orang. Sekarang kita agak kewalahan juga dengan demand dari pasar. Jual tiket lima menit sudah sold out,” ungkap Faris yang awalnya membangun event ini bersama lima orang temannya.
Karena permintaan yang meningkat, timnya pun lagi berusaha untuk mencari lokasi yang lebih besar. Mereka bahkan lagi mengembangkan acara yang lebih dari sekadar karaoke.
Kata Faris, lewat acara ini, dia dan teman-temannya mau menghilangkan stigma bahwa pencinta Kpop itu suka rusuh.
“Kalau kalian dateng ke Friday Noraebang, pasti kalian kayak ngeliat orang orang yang gak bakal kalian sangka kalau mereka tuh suka Kpop,” kata pria berkacamata ini.
Foto: Instagram @fridaynoraebang
Untuk acara ini, Faris dan timnya selalu membagi dua pasarnya. Untuk para pencinta Kpop yang masih di bawah umur, Friday Noraebang diadakan di tempat yang lebih terbuka dan gak menyediakan miras.
Sementara untuk event yang diadakan di klub, ada batasan umur pengunjung untuk memantau konsumsi alkohol oleh pengunjung.
Selain Friday Noraebang, ada juga Dizkorea. Pertama kali digelar pada 31 Agustus 2019, Dizkorea dibangun oleh sembilan orang, yaitu Norman Permadi, M. Sofyan, Fitra Kharisma, Pratidina, Dinar Angelita, Tiavita Herdiana, Bramaditya Dimas, Faiz Alferesi, dan Marvin.
Menurut Norman, salah satu alasan digelarnya Dizkorea adalah untuk memperkenalkan musik Korea Selatan yang asik.
Foto: Instagram @dizkorea
“Kami gak cuma memutar Kpop aja, tapi juga K-indie, K-hiphop dan K-R&B, sampai jenis lagu yang bikin mikir, ‘Lah, enak juga ya buat dijogetin?!’,” jelas Norman.
Sama kayak Friday Noraebang, Dizkorea juga kebanjiran peminat. Jadilah acara yang dulu dibuat tiap dua bulan sekali, sekarang diadakan dua minggu sekali.
Menurut Norman, acara pertama Dizkorea dihadiri 150 orang, dan sekarang meningkat sekitar 850 orang.
Sampai sekarang, Dizkorea sudah mengadakan sembilan kali untuk event utama, lima kali untuk event dadakan, satu kali untuk event b-side dan lebih dari lima kali bermain untuk festival musik.
Nah, yang menarik, menurut Norman, meski istilahnya acara dugem, tapi yang membedakannya dengan acara dugem non-Kpop adalah banyak pengunjung yang berhijab.
Foto: Instagram @dizkorea
Mayoritas penggemar musik Korea lebih banyak yang menggunakan hijab, tapi mereka gak malu untuk datang dan berjoget karena merasa Dizkorea menjadi tempat aman bagi mereka untuk mengeluarkan kesukaannya tanpa dihujat oleh siapapun.
PR selanjutnya buat Norman dan rekan-rekannya adalah untuk menaikkan citra musik Kpop di Indonesia lewat Dizkorea.
“Musik dari Korea Selatan itu masih dipandang sebelah mata, maka dari itu kami perlahan memperkenalkan musik-musik tersebut agar bisa diterima oleh orang awam dan orang banyak. Saya kalau main di luar Dizkorea, tetap konsisten menyelipkan musik Korea supaya mereka sedikit terdistraksi dan tertarik, kata cowok yang berprofesi sebagai DJ ini.
Untuk rencana ke depan, dia ingin membawa Dizkorea ke luar Jakarta. “Kami ingin tur di beberapa kota di Indonesia, lalu tur ke beberapa negara tetangga, dan membawa beberapa teman-teman musisi dari Korea Selatan untuk bermain di Indonesia. Kita ngayal aja dulu ya,” kata Norman tertawa.
GenSINDO
Isnani Nafiah
Institut Pertanian Bogor
Dua acara inilah yang bikin pencinta musik Kpop masuk ke klub, dan anak-anak yang doyan ke klub malam jadi terpapar musik Kpop.
Friday Noraebang pertama kali digelar pada November 2017. Bukan cuma diadakan di Jakarta, acara ini juga mampir ke Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Sejauh ini, peminatnya selalu membludak.
Foto: Instagram @fridaynoraebang
Menurut Business Director Friday Noraebang, Faris Mohammad Noorsanto, di Jakarta dalam sebulan bisa diadakan sampai 7-8 kali acara. Ini karena permintaan pencinta K-Pop yang terus-terusan datang untuk dibuatkan acara.
“Sekarang setiap event biasanya 300-500 orang (yang hadir). Paling banyak waktu itu pernah hampir seribu orang. Sekarang kita agak kewalahan juga dengan demand dari pasar. Jual tiket lima menit sudah sold out,” ungkap Faris yang awalnya membangun event ini bersama lima orang temannya.
Karena permintaan yang meningkat, timnya pun lagi berusaha untuk mencari lokasi yang lebih besar. Mereka bahkan lagi mengembangkan acara yang lebih dari sekadar karaoke.
Kata Faris, lewat acara ini, dia dan teman-temannya mau menghilangkan stigma bahwa pencinta Kpop itu suka rusuh.
“Kalau kalian dateng ke Friday Noraebang, pasti kalian kayak ngeliat orang orang yang gak bakal kalian sangka kalau mereka tuh suka Kpop,” kata pria berkacamata ini.
Foto: Instagram @fridaynoraebang
Untuk acara ini, Faris dan timnya selalu membagi dua pasarnya. Untuk para pencinta Kpop yang masih di bawah umur, Friday Noraebang diadakan di tempat yang lebih terbuka dan gak menyediakan miras.
Sementara untuk event yang diadakan di klub, ada batasan umur pengunjung untuk memantau konsumsi alkohol oleh pengunjung.
Selain Friday Noraebang, ada juga Dizkorea. Pertama kali digelar pada 31 Agustus 2019, Dizkorea dibangun oleh sembilan orang, yaitu Norman Permadi, M. Sofyan, Fitra Kharisma, Pratidina, Dinar Angelita, Tiavita Herdiana, Bramaditya Dimas, Faiz Alferesi, dan Marvin.
Menurut Norman, salah satu alasan digelarnya Dizkorea adalah untuk memperkenalkan musik Korea Selatan yang asik.
Foto: Instagram @dizkorea
“Kami gak cuma memutar Kpop aja, tapi juga K-indie, K-hiphop dan K-R&B, sampai jenis lagu yang bikin mikir, ‘Lah, enak juga ya buat dijogetin?!’,” jelas Norman.
Sama kayak Friday Noraebang, Dizkorea juga kebanjiran peminat. Jadilah acara yang dulu dibuat tiap dua bulan sekali, sekarang diadakan dua minggu sekali.
Menurut Norman, acara pertama Dizkorea dihadiri 150 orang, dan sekarang meningkat sekitar 850 orang.
Sampai sekarang, Dizkorea sudah mengadakan sembilan kali untuk event utama, lima kali untuk event dadakan, satu kali untuk event b-side dan lebih dari lima kali bermain untuk festival musik.
Nah, yang menarik, menurut Norman, meski istilahnya acara dugem, tapi yang membedakannya dengan acara dugem non-Kpop adalah banyak pengunjung yang berhijab.
Foto: Instagram @dizkorea
Mayoritas penggemar musik Korea lebih banyak yang menggunakan hijab, tapi mereka gak malu untuk datang dan berjoget karena merasa Dizkorea menjadi tempat aman bagi mereka untuk mengeluarkan kesukaannya tanpa dihujat oleh siapapun.
PR selanjutnya buat Norman dan rekan-rekannya adalah untuk menaikkan citra musik Kpop di Indonesia lewat Dizkorea.
“Musik dari Korea Selatan itu masih dipandang sebelah mata, maka dari itu kami perlahan memperkenalkan musik-musik tersebut agar bisa diterima oleh orang awam dan orang banyak. Saya kalau main di luar Dizkorea, tetap konsisten menyelipkan musik Korea supaya mereka sedikit terdistraksi dan tertarik, kata cowok yang berprofesi sebagai DJ ini.
Untuk rencana ke depan, dia ingin membawa Dizkorea ke luar Jakarta. “Kami ingin tur di beberapa kota di Indonesia, lalu tur ke beberapa negara tetangga, dan membawa beberapa teman-teman musisi dari Korea Selatan untuk bermain di Indonesia. Kita ngayal aja dulu ya,” kata Norman tertawa.
GenSINDO
Isnani Nafiah
Institut Pertanian Bogor
(her)