Ini yang Kamu Pelajari Kalau Ikut Sekolah Barista
Sabtu, 09 November 2019 - 11:00 WIB

Ikut sekolah barista bisa jadi gerbang untuk kamu masuk dalam industri kopi. Foto/alowishus.com.au
A
A
A
Salah satu langkah kalau mau jadi barista, baik amatir maupun profesional, adalah dengan sekolah atau kursus barista. Kamu bebas memilih dari beberapa kelas yang ada.
Kalau masuk sekolah barista, nantinya kamu akan mendapat sertifikat. Selanjutnya kalau kamu ingin menjadi barista profesional, kamu harus ikut uji sertifikasi profesi. Ini jadi bukti bahwa profesi barista gak cuma sebatas pembuat kopi aja.
Ada Gisheila Galih Gemintang Wesplat, 23, dan Moch Junaidi Rachmatoellah, 21, yang mengikuti sekolah barista karena ingin belajar dan mendalami dunia kopi dan barista.
![Ini yang Kamu Pelajari Kalau Ikut Sekolah Barista]()
Foto: irishtimes.com
Gisheila awalnya adalah seorang kasir di Moveon Coffee Sunter. Dia lalu mengikuti sekolah barista di Fulcaff Barista Training.
Tahun 2018, dia ikut kelas Espresso Machine & Latte Art selama dua hari dengan biaya Rp3 juta.
Materi yang didapatnya adalah tentang sejarah kopi di dunia, belajar mengenai kalibrasi espresso, jenis kopi susu seperti membedakan antara cappuccino dan cafe latte, cara fronthing susu (membentuk microfoam susu), dan praktik membuat latte art.
Meski namanya sekolah, tapi sekolah barista gak ada PR atau ujian. Yang ada adalah langkah-langkah yang harus dikuasai.
Misalnya pada pembuatan latte art, tahapan yang paling dasar antara lain menggambar hati (heart), tulip, slowsetta, dan rosetta. Kalau bentuk dasar ini sudah bisa, barulah bisa mengeksplor gambar-gambar lainnya sesuai keinginan.
![Ini yang Kamu Pelajari Kalau Ikut Sekolah Barista]()
Foto: caffevergnano.com
Beda lagi dengan Junaidi yang masuk sekolah ABCD Class di ABCD School of Coffee. Kursusnya sampai empat hari dengan durasi masing-masing lima jam. Biayanya juga lebih mahal, yaitu Rp6 juta.
Yang dipelajari ada empat sesi, yaitu Appreciation Coffee, Brewing Class, Cupping J, dan Definitive Espresso Class.
“Aku paling suka Cupping J karena di sini dua indera kita diuji dengan tebak-tebakan rasa dan aroma kopi, lalu kita diminta untuk menilai kopi mana yang terbaik menurut diri sendiri,” kata Junaidi yang biasa dipanggil Juna.
Selain Cupping J, sesi Definitive Espresso Class juga menyenangkan buat Juna karena dia bisa mencoba berbagai macam jenis mesin espresso. “Beda tempat beda motode, salah satu yang pernah aku alami saat di tempat kerja adalah beda metode penyeduhan,” jelasnya.
Menurut barista profesional Datuk Doddy Pancawinata Syahputra Samsura atau yang dikenal dengan nama Doddy Samsura, profesi sebagai barista memang lagi banyak dibutuhkan.
![Ini yang Kamu Pelajari Kalau Ikut Sekolah Barista]()
Foto: perfectdailygrind.com
“Indikator kalo profesi ini semakin menjanjikan, dalam lima tahun terakhir adanya peningkatan yang signifikan dari konsumsi kopi di Indonesia per kapita menurut data Kementerian Pertanian,” ujar Doddy yang pada 2014 termasuk dalam daftar 25 barista terbaik di dunia.
Kalau ngomongin jenjang karier, menurut Doddy dunia kopi memang tak punya struktur karier seperti dalam dunia kerja mainstream. Tapi industri kopi ditunjang oleh banyak profesi lainnya yang juga bisa digeluti barista kalau mau mencoba tantangan lain.
“Misalnya cafe owner, roaster (penyangrai kopi), Q Grader (penilai kualitas kopi), brand ambassador untuk produk atau mesin kopi,” kata Doddy yang mengawali profesi barista sejak masih jadi mahasiswa UGM pada 2008 silam.
Untuk sampai ke posisi itu pastinya gak mudah, karena mesti belajar terus lewat diskusi, seminar, kelas berbayar, gabung di komunitas, baca buku, sampai belajar lewat internet.
“Yang pasti jadi barista bukan sekadar industri FnB, tapi juga jasa. Artinya barista perlu memiliki attitude yang baik dalam memenuhi kebutuhan customer,” tegasnya.
GenSINDO
Mega Siska Aryanti
Universitas Mercu Buana
Kalau masuk sekolah barista, nantinya kamu akan mendapat sertifikat. Selanjutnya kalau kamu ingin menjadi barista profesional, kamu harus ikut uji sertifikasi profesi. Ini jadi bukti bahwa profesi barista gak cuma sebatas pembuat kopi aja.
Ada Gisheila Galih Gemintang Wesplat, 23, dan Moch Junaidi Rachmatoellah, 21, yang mengikuti sekolah barista karena ingin belajar dan mendalami dunia kopi dan barista.

Foto: irishtimes.com
Gisheila awalnya adalah seorang kasir di Moveon Coffee Sunter. Dia lalu mengikuti sekolah barista di Fulcaff Barista Training.
Tahun 2018, dia ikut kelas Espresso Machine & Latte Art selama dua hari dengan biaya Rp3 juta.
Materi yang didapatnya adalah tentang sejarah kopi di dunia, belajar mengenai kalibrasi espresso, jenis kopi susu seperti membedakan antara cappuccino dan cafe latte, cara fronthing susu (membentuk microfoam susu), dan praktik membuat latte art.
Meski namanya sekolah, tapi sekolah barista gak ada PR atau ujian. Yang ada adalah langkah-langkah yang harus dikuasai.
Misalnya pada pembuatan latte art, tahapan yang paling dasar antara lain menggambar hati (heart), tulip, slowsetta, dan rosetta. Kalau bentuk dasar ini sudah bisa, barulah bisa mengeksplor gambar-gambar lainnya sesuai keinginan.

Foto: caffevergnano.com
Beda lagi dengan Junaidi yang masuk sekolah ABCD Class di ABCD School of Coffee. Kursusnya sampai empat hari dengan durasi masing-masing lima jam. Biayanya juga lebih mahal, yaitu Rp6 juta.
Yang dipelajari ada empat sesi, yaitu Appreciation Coffee, Brewing Class, Cupping J, dan Definitive Espresso Class.
“Aku paling suka Cupping J karena di sini dua indera kita diuji dengan tebak-tebakan rasa dan aroma kopi, lalu kita diminta untuk menilai kopi mana yang terbaik menurut diri sendiri,” kata Junaidi yang biasa dipanggil Juna.
Selain Cupping J, sesi Definitive Espresso Class juga menyenangkan buat Juna karena dia bisa mencoba berbagai macam jenis mesin espresso. “Beda tempat beda motode, salah satu yang pernah aku alami saat di tempat kerja adalah beda metode penyeduhan,” jelasnya.
Menurut barista profesional Datuk Doddy Pancawinata Syahputra Samsura atau yang dikenal dengan nama Doddy Samsura, profesi sebagai barista memang lagi banyak dibutuhkan.

Foto: perfectdailygrind.com
“Indikator kalo profesi ini semakin menjanjikan, dalam lima tahun terakhir adanya peningkatan yang signifikan dari konsumsi kopi di Indonesia per kapita menurut data Kementerian Pertanian,” ujar Doddy yang pada 2014 termasuk dalam daftar 25 barista terbaik di dunia.
Kalau ngomongin jenjang karier, menurut Doddy dunia kopi memang tak punya struktur karier seperti dalam dunia kerja mainstream. Tapi industri kopi ditunjang oleh banyak profesi lainnya yang juga bisa digeluti barista kalau mau mencoba tantangan lain.
“Misalnya cafe owner, roaster (penyangrai kopi), Q Grader (penilai kualitas kopi), brand ambassador untuk produk atau mesin kopi,” kata Doddy yang mengawali profesi barista sejak masih jadi mahasiswa UGM pada 2008 silam.
Untuk sampai ke posisi itu pastinya gak mudah, karena mesti belajar terus lewat diskusi, seminar, kelas berbayar, gabung di komunitas, baca buku, sampai belajar lewat internet.
“Yang pasti jadi barista bukan sekadar industri FnB, tapi juga jasa. Artinya barista perlu memiliki attitude yang baik dalam memenuhi kebutuhan customer,” tegasnya.
GenSINDO
Mega Siska Aryanti
Universitas Mercu Buana
(her)