CERMIN: Gina S Noer dan Keberpihakan pada Perempuan
loading...

Film Like & Share menceritakan dua anak remaja yang terjebak dalam pornografi dan kekerasan seksual. Foto/Starvision Plus
A
A
A
JAKARTA - Tahun 2019. Setelah menyutradarai 2 film pendek dan 1 serial, saya membuat keputusan penting: menyutradarai miniseri yang berkutat pada isu kekerasan seksual.
Miniseri tersebut berjudul Asya Story, diadaptasi dari cerita bersambung di Wattpad dengan pembaca puluhan juta. Isu kekerasan seksual samar dalam cerita bersambungnya tapi kami putuskan menjadi isu utama dalam miniserinya.
Tidak mudah membuat karya dengan fokus soal kekerasan seksual. Terutama bagi saya selaku laki-laki. Perlu waktu untuk mengasah sensitivitas untuk mengolah isu sensitif ini agar berempati pada korban.
Setelah Asya Story, saya senang sekali karena isu ini semakin tak tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Gina S Noer mendorong isu kekerasan seksual ke level yang lebih kaya dan punya banyak sisi untuk dibicarakan. Dalam karya terbarunya, Like & Share, kita diminta untuk melihat, mendengar, dan merasakan.
![CERMIN: Gina S Noer dan Keberpihakan pada Perempuan]()
Foto: Starvision Plus
Saya kenal Gina sekitar 15 tahun lalu. Saya selalu menyukai caranya menjalin cerita yang dinamis dan bagaimana karakter-karakternya dibentuk sedemikian rupa agar penonton peduli. Saya sempat bekerja sama dengan Gina untuk dua film digital, My Diarydan Musik Hatiyang disutradarai Angga Dwimas Sasongko. Pada 15 tahun lalu, Gina sudah menunjukkan keberpihakannya pada perempuan.
Film Dua Garis Birumenjadi debut penyutradaraan Gina sekaligus menjadi caranya untuk lebih bisa menyuarakan isu-isu penting terkait perempuan. Dalam Like & Shareyang menjadi film ketiganya, Gina menumpahkan segala kekesalan, kegeraman, kegundahan, dan kekhawatirannya. Kacamatanya menarik karena ia bukan cuma perempuan tapi juga seorang ibu dari anak perempuan.
Baca Juga: CERMIN: Hidup adalah Kumpulan Kilas Balik Tak Terelakkan
Saya menggunakan kacamata saya sebagai bapak dari dua anak ketika menyaksikan film ini. Saya melihat bagaimana Lisa tergopoh-gopoh beradaptasi dengan situasi barunya saat ibunya menikah lagi dan menjadi muslim.
Saya mendengar bagaimana Lisa melampiaskan segala isi hatinya pada ibunya yang seperti tak pernah menghargai upaya adaptasinya. Saya merasakan bagaimana Lisa berusaha betul hadir sebagai sahabat yang selalu ada saat dibutuhkan oleh Sarah.
Miniseri tersebut berjudul Asya Story, diadaptasi dari cerita bersambung di Wattpad dengan pembaca puluhan juta. Isu kekerasan seksual samar dalam cerita bersambungnya tapi kami putuskan menjadi isu utama dalam miniserinya.
Tidak mudah membuat karya dengan fokus soal kekerasan seksual. Terutama bagi saya selaku laki-laki. Perlu waktu untuk mengasah sensitivitas untuk mengolah isu sensitif ini agar berempati pada korban.
Setelah Asya Story, saya senang sekali karena isu ini semakin tak tabu untuk dibicarakan secara terbuka. Gina S Noer mendorong isu kekerasan seksual ke level yang lebih kaya dan punya banyak sisi untuk dibicarakan. Dalam karya terbarunya, Like & Share, kita diminta untuk melihat, mendengar, dan merasakan.

Foto: Starvision Plus
Saya kenal Gina sekitar 15 tahun lalu. Saya selalu menyukai caranya menjalin cerita yang dinamis dan bagaimana karakter-karakternya dibentuk sedemikian rupa agar penonton peduli. Saya sempat bekerja sama dengan Gina untuk dua film digital, My Diarydan Musik Hatiyang disutradarai Angga Dwimas Sasongko. Pada 15 tahun lalu, Gina sudah menunjukkan keberpihakannya pada perempuan.
Film Dua Garis Birumenjadi debut penyutradaraan Gina sekaligus menjadi caranya untuk lebih bisa menyuarakan isu-isu penting terkait perempuan. Dalam Like & Shareyang menjadi film ketiganya, Gina menumpahkan segala kekesalan, kegeraman, kegundahan, dan kekhawatirannya. Kacamatanya menarik karena ia bukan cuma perempuan tapi juga seorang ibu dari anak perempuan.
Baca Juga: CERMIN: Hidup adalah Kumpulan Kilas Balik Tak Terelakkan
Saya menggunakan kacamata saya sebagai bapak dari dua anak ketika menyaksikan film ini. Saya melihat bagaimana Lisa tergopoh-gopoh beradaptasi dengan situasi barunya saat ibunya menikah lagi dan menjadi muslim.
Saya mendengar bagaimana Lisa melampiaskan segala isi hatinya pada ibunya yang seperti tak pernah menghargai upaya adaptasinya. Saya merasakan bagaimana Lisa berusaha betul hadir sebagai sahabat yang selalu ada saat dibutuhkan oleh Sarah.
Lihat Juga :