Ini Alasan Simon Leviev 'The Tinder Swindler' Tidak Dipenjara meski Tipu Banyak Perempuan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Simon Leviev menjadi beken berkat populernya film dokumenter The Tinder Swindler. Simon dengan penipuannya yang terencana berhasil menipu banyak perempuan dari berbagai negara.
Layaknya sistem Ponzi, Simon memanipulasi korbannya untuk mencuri uang mereka. Polanya, uang dari perempuan satu akan ia gunakan untuk menjadi “modal” menipu perempuan lainnya dari negara yang berbeda.
Melalui aplikasi kencan Tinder, Simon menggunakan identitas dan kehidupan palsu dalam menjerat mangsanya. Kepada korbannya, Simon akan mengatakan bahwa ia bekerja di industri persenjataan, lalu esoknya dengan orang yang berbeda ia akan mengatakan bahwa dirinya adalah agen, dan seterusnya.
Modus ini kemudian didukung dengan perilaku royal Simon pada perempuan yang akan menjadi calon korbannya, ia akan membawa sang perempuan pergi dengan jet pribadi, makan di restoran mahal atau membawanya ke hotel bintang 5. Apa pun Simon lakukan demi menarik simpati perempuan tersebut. Ia bahkan menjanjikan menikahi mereka.
Baca Juga: 6 Fakta Kasus Simon Leviev yang Tak Diungkap dalam Tinder Swindler
Foto: Netflix
Setelah Simon mendapat simpati dan rasa suka yang setimpal dari korban, di sinilah jebakan dimulai. Simon akan mengandalkan perasaan cinta atau simpati mereka untuk memeras uangnya. Ia akan mengarang cerita bahwa dirinya berada dalam situasi berbahaya yang membuat dirinya tak bisa menggunakan uangnya di bank. Ia lalu meminjam uang pada mereka.
Baca Juga: 10 Girl Group K-Pop dengan Penonton Non-organik Terbanyak di YouTube, 5 Besar Diisi Grup Top
Sebagai orang yang mencintai Simon, para korban tentu tidak akan berpikir panjang mengirimkan belasan atau puluhan ribu dolar untuk membantu Simon. Seperti yang Cecilie lakukan, ia langsung menghubungi kantor kartu kredit miliknya agar memberikan akses kepada Simon. Atau seperti Pernilla yang tanpa berpikir panjang memberikan USD30 ribu untuk perjalanan “bisnis” Simon.
Meskipun korban Simon sudah banyak, itu tidak membuat Simon bisa dipenjara dengan mudah. Ia memang pernah dipenjara selama 5 bulan meskipun kembali dibebaskan karena kondisi pandemi COVID 19. N
Namun itu bukan untuk kasus penipuan yang dilakukan pada para perempuan yang ditemuinya di Tinder. Kini, Simon kembali menjalani hidup mewah dengan bekerja sebagai konsultan bisnis.
Foto: Netflix
Nah, alasan utama Simon tidak atau sulit dipenjara adalah karena tidak adanya bukti kriminal saat pemindahan uang dari para korban ke rekening Simon. Semuanya memberikan uang dengan sukarela kepada pria itu.
Mengutip 24news Recorder, pengacara Brenda Alvarez yang kerap menangani kasus perempuan di Peru mengatakan bahwa investigasi untuk menyelidiki kasus kejahatan penculikan tidak sama dengan investigasi kasus saat orang tersebut dihubungi melalui media sosial, jatuh cinta, dan datang ke suatu tempat atas keinginannya sendiri.
"Akan sangat sulit untuk korban menuntut keadilan atas kasus ini karena secara teknis, korban dengan sukarela memberikan uangnya kepada pelaku atas dasar rasa sayang," ujar Brenda yang juga anggota LSM Justicia Verde.
Sementara itu, menurut pengacara spesialisasi hukum digital Erick Iriarte Ahon, hal yang paling sulit dari kasus penipuan oleh Simon adalah saat para korban harus berargumen tentang sejauh mana Simon memengaruhi mereka secara ekonomi atau psikologis.
Baca Juga: 5 Momen Lamaran Paling Romantis dalam Drama Korea, Gong Yoo Menang Banyak
"Simon bisa bilang, 'Kami punya hubungan dekat, dan dia memberiku uang'. Lalu korban akan menjawab, 'Dia bilang dia mencintaiku, tapi dia berbohong'. Namun, bagaimana membuktikan bahwa dia memang cinta? Permainan perasaan ini banyak digunakan oleh "penipu cinta", jadi sulit untuk membuktikan bahwa pemberian uang yang kelihatannya secara sukarela itu sebenarnya adalah penipuan," kata Erick menjelaskan.
Karena batasan "donasi cinta" dan "penipuan" ini tidak jelas, maka "penipuan emosional" ini memang jadi sulit dibuktikan karena ada di area abu-abu hukum.
Salsabila Izzati Alia
Kontributor GenSINDO
Universitas Pendidikan Indonesia
Instagram: @salsaizzati
Layaknya sistem Ponzi, Simon memanipulasi korbannya untuk mencuri uang mereka. Polanya, uang dari perempuan satu akan ia gunakan untuk menjadi “modal” menipu perempuan lainnya dari negara yang berbeda.
Melalui aplikasi kencan Tinder, Simon menggunakan identitas dan kehidupan palsu dalam menjerat mangsanya. Kepada korbannya, Simon akan mengatakan bahwa ia bekerja di industri persenjataan, lalu esoknya dengan orang yang berbeda ia akan mengatakan bahwa dirinya adalah agen, dan seterusnya.
Modus ini kemudian didukung dengan perilaku royal Simon pada perempuan yang akan menjadi calon korbannya, ia akan membawa sang perempuan pergi dengan jet pribadi, makan di restoran mahal atau membawanya ke hotel bintang 5. Apa pun Simon lakukan demi menarik simpati perempuan tersebut. Ia bahkan menjanjikan menikahi mereka.
Baca Juga: 6 Fakta Kasus Simon Leviev yang Tak Diungkap dalam Tinder Swindler
Foto: Netflix
Setelah Simon mendapat simpati dan rasa suka yang setimpal dari korban, di sinilah jebakan dimulai. Simon akan mengandalkan perasaan cinta atau simpati mereka untuk memeras uangnya. Ia akan mengarang cerita bahwa dirinya berada dalam situasi berbahaya yang membuat dirinya tak bisa menggunakan uangnya di bank. Ia lalu meminjam uang pada mereka.
Baca Juga: 10 Girl Group K-Pop dengan Penonton Non-organik Terbanyak di YouTube, 5 Besar Diisi Grup Top
Sebagai orang yang mencintai Simon, para korban tentu tidak akan berpikir panjang mengirimkan belasan atau puluhan ribu dolar untuk membantu Simon. Seperti yang Cecilie lakukan, ia langsung menghubungi kantor kartu kredit miliknya agar memberikan akses kepada Simon. Atau seperti Pernilla yang tanpa berpikir panjang memberikan USD30 ribu untuk perjalanan “bisnis” Simon.
Meskipun korban Simon sudah banyak, itu tidak membuat Simon bisa dipenjara dengan mudah. Ia memang pernah dipenjara selama 5 bulan meskipun kembali dibebaskan karena kondisi pandemi COVID 19. N
Namun itu bukan untuk kasus penipuan yang dilakukan pada para perempuan yang ditemuinya di Tinder. Kini, Simon kembali menjalani hidup mewah dengan bekerja sebagai konsultan bisnis.
Foto: Netflix
Nah, alasan utama Simon tidak atau sulit dipenjara adalah karena tidak adanya bukti kriminal saat pemindahan uang dari para korban ke rekening Simon. Semuanya memberikan uang dengan sukarela kepada pria itu.
Mengutip 24news Recorder, pengacara Brenda Alvarez yang kerap menangani kasus perempuan di Peru mengatakan bahwa investigasi untuk menyelidiki kasus kejahatan penculikan tidak sama dengan investigasi kasus saat orang tersebut dihubungi melalui media sosial, jatuh cinta, dan datang ke suatu tempat atas keinginannya sendiri.
"Akan sangat sulit untuk korban menuntut keadilan atas kasus ini karena secara teknis, korban dengan sukarela memberikan uangnya kepada pelaku atas dasar rasa sayang," ujar Brenda yang juga anggota LSM Justicia Verde.
Sementara itu, menurut pengacara spesialisasi hukum digital Erick Iriarte Ahon, hal yang paling sulit dari kasus penipuan oleh Simon adalah saat para korban harus berargumen tentang sejauh mana Simon memengaruhi mereka secara ekonomi atau psikologis.
Baca Juga: 5 Momen Lamaran Paling Romantis dalam Drama Korea, Gong Yoo Menang Banyak
"Simon bisa bilang, 'Kami punya hubungan dekat, dan dia memberiku uang'. Lalu korban akan menjawab, 'Dia bilang dia mencintaiku, tapi dia berbohong'. Namun, bagaimana membuktikan bahwa dia memang cinta? Permainan perasaan ini banyak digunakan oleh "penipu cinta", jadi sulit untuk membuktikan bahwa pemberian uang yang kelihatannya secara sukarela itu sebenarnya adalah penipuan," kata Erick menjelaskan.
Karena batasan "donasi cinta" dan "penipuan" ini tidak jelas, maka "penipuan emosional" ini memang jadi sulit dibuktikan karena ada di area abu-abu hukum.
Salsabila Izzati Alia
Kontributor GenSINDO
Universitas Pendidikan Indonesia
Instagram: @salsaizzati
(ita)