Harus Tahu, Ini Putus Cinta Dilihat dari Teori Konflik dan Sosiologi

Rabu, 18 Agustus 2021 - 21:50 WIB
loading...
Harus Tahu, Ini Putus Cinta Dilihat dari Teori Konflik dan Sosiologi
Putus cinta menjadi tanda bahwa pandangan tiap individu yang menjalin hubungan sudah tidak lagi sama. Foto/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Bukan cuma menyisakan sedih, berakhirnya sebuah hubungan romantis di antara dua orang juga membawa perubahan besar bagi kedua belah pihak yang berpisah.

Menurut sosiolog Kerry R. Carter dari East Carolina University, berakhirnya sebuah hubungan dapat disebabkan oleh jarak, tuntutan waktu yang bersaing, ketidakcocokan, dan tidak lagi jatuh cinta atau berhenti mencintai.

Namun, bagaimana putus cinta dilihat berdasarkan kaca mata sosiologi?

Sebelum lebih jauh, kita harus sama-sama sepaham bahwa berakhirnya suatu hubungan terjadi karena adanya ketidakcocokan. Ketidakcocokan atau perbedaan sebenarnya punya dua sudut pandang. Pertama, menciptakan integrasi atau mempererat suatu hubungan, meningkatkan toleransi, dan menghilangkankan kesenjangan di antara individu yang menjadi pasangan. Kedua, ketidakcocokan juga bisa mengantarkan kita kepada berakhirnya suatu hubungan.

Harus Tahu, Ini Putus Cinta Dilihat dari Teori Konflik dan Sosiologi

Foto: Shutterstock

Ketika ketidakcocokan tidak dapat dikendalikan, ketika itu pulalah apa pun yang dilakukan akan terasa salah karena tidak adanya lagi rasa simpati. Saat rasa simpati hilang, maka akan muncul konflik-konflik kecil yang semakin lama semakin menggunung.

Baca Juga: Daripada Selingkuh atau Ghosting, Ini 8 Langkah Putusin Pacar dengan Cara Baik-Baik

Sementara putus cinta berdasarkan teori konflik adalah kondisi saat ada ketegangan rasa yang disebabkan adanya perbedaan nilai di antara kedua belah pihak. Selain itu persaingan dan ketidakmampuan menerima perubahan dalam sebuah hubungan sering kali menjadi pemicu konflik.

Mengutip dari buku "Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda" karya George Ritzer (terjemahan PT Raja Grafindo Persada, 2018), ini sejalan dengan pendapat dari tokoh utama teori konflik, Ralp Dahrendorf, yang menyebutkan pertentangan yang terjadi secara terus-menerus akan mengantarkan kepada sebuah perubahan.

Nah, akan ada masa saat dalam menjalani suatu hubungan akan terjadi konflik yang mengakibatkan perdebatan dan persaingan tentang siapa yang paling benar. Saat kita merasakan tanda-tanda itu, lebih baik kita alihkan kepada hal lain atau ambil sedikit waktu hingga kepala dingin, baru bicarakan kembali.

Baca Juga: Tips Bertahan dari Kesedihan setelah Putus Pacaran

Ketika konflik dalam hubunganmu benar-benar tidak dapat dihindari lagi, dan mengakibatkan putusnya hubunganmu dengan si dia, inilah saatnya kamu menenangkan diri untuk bangkit dan pulih kembali, lalu belajar dari pengalaman lamamu dan mengevaluasi pengalaman yang lalu untuk hubungan yang akan datang.

Ananda Amillia
Kontributor GenSINDO
Universitas Pendidikan Indonesia
Instagram: @anandamillia
(ita)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1658 seconds (0.1#10.140)