5 Filsuf Perempuan yang Jarang Diketahui, dari Eropa hingga Asia

Selasa, 15 Juni 2021 - 21:12 WIB
loading...
5 Filsuf Perempuan yang Jarang Diketahui, dari Eropa hingga Asia
Banyak filsuf perempuan di dunia, dan sebagiannya tak banyak diketahui publik. Foto/Definitely Greece
A A A
JAKARTA - Filsafat adalah ilmu yang merupakan akar dari seluruh pengetahuan. Aristoteles, Plato, dan Socrates adalah tiga nama filsuf yang menjadi pilar dari ilmu ini. Selain filsuf laki-laki terdapat juga filsuf perempuan yang keberadaannya kurang diketahui.

Pada era Yunani dan Romawi Kuno, keberadaan perempuan dalam ilmu pengetahuan sebenarnya sudah muncul. Namun, karena masyarakat patriarkal yang masih kental pada saat itu, mereka tidak muncul secara terang-terangan.

Perempuan pada masa tersebut menggunakan nama laki-laki saat ingin memberikan gagasannya. Bahkan beberapa di antara perempuan itu dituduh sebagai penyihir dan berujung pada kematian, seperti Hypatia.

Meskipun begitu, pemikiran mereka sangat cemerlang dan juga menjadi tombak dari ilmu pengetahuan pada masa kini. Selain dari nama-nama terkenal seperti Simon de Beauvoir, Mary Wollstonecraft, dan Luce Irigaray, masih banyak filsuf perempuan yang jarang diketahui.

Berikut adalah lima filsuf perempuan yang jarang diketahui, namun turut berkontribusi besar dalam ilmu pengetahuan.

1. DIOTIMA DARI MANTEA

5 Filsuf Perempuan yang Jarang Diketahui, dari Eropa hingga Asia

Foto:Lukisan Józef Simmler

Diotima adalah filsuf perempuan yang muncul pada 400 SM. Nama Diotima berarti kehormatan Zeus. Yang unik dari Diotima adalah argumen bahwa dirinya tidak pernah eksis sehingga menjadi suatu misteri.

Keberadaannya masih diperdebatkan karena ia hanya muncul pada dialog Plato dengan perempuan. Namun, peneliti menemukan bahwa hampir semua karakter yang terdapat dalam dialog tersebut adalah orang sungguhan yang tinggal di Athena Kuno.

Meskipun begitu, Diotima turut memberikan pemikiran yang kuat terhadap pemikiran soal konsep cinta dan keindahan. Menurutnya, makna dari keindahan bukanlah sebuah akhir, melainkan jalan menuju sesuatu yang lebih besar.

Diotima juga memberikan enam tahapan cinta. Pertama, cinta kepada tubuh sendiri. Kedua cinta kepada keindahan semua tubuh. Ketiga, cinta kepada keindahan yang dimiliki oleh sesuatu yang berjiwa. Keempat, cinta kepada institusi publik. Kelima adalah cinta kepada pengetahuan umum.

Ia juga berkata bahwa seseorang dapat mengembangkan cinta untuk mencapai keindahan. Kemudian, dari proses itu hingga mencapai tahap keindahan akan menciptakan banyak pemikiran baru yang adil dan mulia. Konsep keindahan yang ia berikan tidak hanya memandang keindahan sebagai konsep abstrak, melainkan fungsinya untuk masa depan.

2. BAN ZHAO

5 Filsuf Perempuan yang Jarang Diketahui, dari Eropa hingga Asia

Foto:Vintage News

Ban Zhao adalah salah satu perempuan yang memiliki intelektualitas yang tinggi pada masa China Kuno. Ia menikah dengan Cao Shishu pada usianya yang baru saja 14 tahun. Namun, saat suaminya meninggal muda, ia menolak untuk menikah lagi.

Saat kakaknya sedang menulis "The Book of Han" yang sebelumnya ditulis oleh ayahnya, ia meninggal. Kemudian Ban melanjutkan penulisan untuk buku itu. Ban menulis puisi naratif, elegi, prasasti, argumen, esai. Oleh karena itu, dapat dikatakan Ban adalah pelopor bagi perempuan China untuk meraih pendidikan.

Salah satu tulisannya, yaitu "Lessons for Women" yang ditulis pada 106 M berisi tujuh bagian yang berisi tujuh topik: kerendahan hati, suami dan istri, kehormatan dan peringatan, kualitas seorang perempuan, pengabdian sepenuh hati, kepatuhan implisit, dan keharmonisan dengan adik serta ipar.

Bukunya ia tulis berdasarkan pengalaman hidupnya. Oleh karena itu, salah satu topik yang paling penting adalah soal hubungan suami dan istri. Menurutnya, suami dan istri harus saling menghormati satu sama lain. Keduanya juga bagaikan yin dan yang yang saling melengkapi.

Selain itu, pemikirannya untuk membangun hubungan dalam keluarga adalah tidak ada yang tidak salah. Menurutnya, semua orang dapat melakukan kesalahan dan harus mengakuinya. Apabila semua anggota keluarga menerapkan prinsip ini, secara otomatis akan terjalin hubungan yang harmonis.

Baca Juga: Bukan cuma Laki-laki dan Perempuan, Ini Lima Gender dalam Budaya Bugis
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1345 seconds (0.1#10.140)