Ketika Xiaomi Naik Kelas lewat Ponsel Flagship

Rabu, 20 Mei 2020 - 16:34 WIB
loading...
Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship
Xiaomi Mi 10 mengubah brand Xiaomi yang mulanya dikenal di segmen entry level, kini menargetkan pasar flagship atau premium.
A A A
JAKARTA - Dengan merilis smartphone Mi 10 yang dibanderol Rp10 juta, Xiaomi memposisikan produk mereka untuk bisa bersaing dengan model ponsel premium/flagship seperti Samsung S20 hingga iPhone.

Seperti halnya India, produk Xiaomi di Indonesia fokus di segmen entry level. Dan mereka berhasil disitu. Berhasil menciptakan produk yang sangat baik. Berhasil pula menciptakan fans garis keras Mi Fans yang bahkan jauh lebih militan dari “Apple Fanboy”.

Yang sukarela mempromosikan produk Xiaomi, membeberkan segudang keunggulannya, bahkan adu ngotot di tengah diskusi soal smartphone di berbagai platform sosial media seperti Facebook, Instagram, YouTube, hingga Twitter.

Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Banyak Mi Fans yang militan dan sukarela membela brand Xiaomi di sosial media maupun forum di internet.

Yang lantas memunculkan tagar #mendingxiaomi sejak 2016 silam. Mereka percaya bahwa Xiaomi adalah ponsel dengan nilai value for money paling tinggi. Di mata Mi Fans, Xiaomi memberi harga termurah dengan spesifikasi terbaik. Di mata Mi Fans, Xiaomi adalah pabrikan yang benar-benar mendengarkan masukan mereka.

Termasuk, masukan untuk membawa ponsel premium ke Indonesia. Yang dilabeli Mi, terpisah dengan merek Redmi yang tetap agresif menyasar pasar entry level.

Perubahan strategi Xiaomi di Indonesia ini tidak lepas dari peran Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia. Yang lulusan Standford University di Amerika. Yang masih sangat muda tapi juga sangat cerdas itu.

Bergabung di Xiaomi pada 2013, Alvin lantas dipercaya sebagai bos global dari unit bisnis Xiaomi, Pocophone. Juga, rangkap jabatan dengan mengepalai pasar sebesar Indonesia sejak Oktober 2019 silam.

Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Country Director Xiaomi Indonesia Alvin Tse memberikan perubahan besar pada pasar Xiaomi Indonesia dalam waktu singkat. Salah satunya menghapuskan label "gaib" warganet terhadap ponsel Xiaomi. Foto-foto: dok Xiaomi.

Dalam waktu supersingkat, Alvin membuat dua perubahan besar di Indonesia. Pertama, menghapuskan label “gaib” yang disematkan warganet ke ponsel Xiaomi lantaran sulit ditemukan di pasaran. ”Dalam 7 bulan saya berada di Indonesia, sekarang sudah tidak banyak komen ’gaib’ lagi di sosial media. Artinya, solusi kami berjalan baik,” ungkapnya.

Perubahan besar kedua adalah keputusan memboyong ponsel flagship ke Indonesia, Xiaomi Mi 10. ”Dan ini bukan satu-satunya produk flagship yang akan kami bawa,” ujarnya.

VALUE TERBAIK DI SEGMEN FLAGSHIP
Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Dengan banderol Rp10 juta, sederet pertanyaan pun muncul untuk Mi 10. Misalnya, masihkan memiliki value for money tertinggi? Lantas, bisakah Mi Fans yang terbiasa dengan ponsel entry level menerima banderol harga tinggi?
Menurut Alvin, value terbaik tidak selalu identik dengan harga murah. ”Soal keterjangkauan harga, itu relatif,” ujarnya.

Sebab, segmentasi smartphone juga terbagi dalam kategorisasi berbeda-beda. Ada entry level, mid-tier, semi flagship, hingga flagship. Masing-masing memiliki target pengguna berbeda, Mi Fans yang juga berbeda.

Mi 10 menargetkan Mi Fans loyal, profesional muda, serta technology geek. Banyak dari mereka sudah menabung karena menunggu produk ini begitu lama,” ujar Alvin.

KILLER PRODUCT
Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Strategi Xiaomi di Indonesia saat ini adalah menghadirkan produk di semua rentang harga.

Alvin menampik skeptisisme yang menyebut produk Xiaomi harus selalu affordable (murah). Sedari awal, menurutnya, pendiri Xiaomi Lei Jun justru bermimpi membuat smartphone yang luar biasa.

”Filosofi Xiaomi adalah menghadirkan ’killer produk’. Produk kompetitif di rentang harganya, memiliki target spesifik, serta tetap menawarkan value terbaik. Di segmen flagship sekalipun,” beber Alvin yang asal Hong Kong itu.

Adapun Mi 10, disebut Alvin memiliki keseimbangan terbaik antara harga dan fitur di kelas flagship. Lebih baik dari Mi 10 Pro yang diputuskan untuk tidak di boyong ke Indonesia. Juga sangat berbeda dibanding Mi Note 10, yang disebutnya sebagai “camera flagship”. ”Sedangkan Mi 10 adalah full flagship,” ujarnya.

Alih-alih membenamkan semua fitur tapi membuat harga ponsel jadi sangat tinggi, Xiaomi lebih memilih menghadirkan produk yang pas bagi user.

”Kami melakukan kurasi, penuh perhitungan, sebelum membawa produk ke pasar Indonesia. Karena ada banyak elemen biaya disana. Dengan bisnis model yang mengusung margin tipis, jika tidak hati-hati kami bisa kehilangan keuntungan,” ujarnya.

BIARKAN PRODUK YANG BERBICARA
Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Mi 10 adalah smartphone full flagship yang bersaing dengan varian seperti Samsung S20.

Alvin Tse percaya dengan kalimat ”biarkan produk yang berbicara”. Menurutnya, kekuatan produk lah yang membuat Xiaomi mencapai tahap ini. Sekarang, Xiaomi adalah ponsel no 1 di India, diterima dengan baik di Eropa, dan termasuk dalam 5 besar smartphone di Indonesia.

”Mulanya Mi Fans merasa puas saat mencoba ponsel Xiaomi. Mereka lantas bercerita ke teman-temanya (word of mouth). Hal yang sama kami harapkan juga terjadi di Mi 10. Loyalti, passion, dan entusiasme dari Mi Fans bisa berubah jadi penjualan,” ujarnya.

Selanjutnya, Redmi akan tetap agresif menyasar Mi Fans yang sangat peduli terhadap spesifikasi. Sedangkan Mi akan menjaring Mi Fans baru yang sudah lama menginginkan ponsel flagship Xiaomi. ”Sesuai awal dibentuknya Xiaomi, memberi pengalaman otentik, komponen terbaik, serta harga paling terjangkau,” beber Alvin.

“Value” itu juga yang membuat Xiaomi tetap bisa bertahan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. ”Covid-19 mempengaruhi banyak industri. Mal dan pusat perbelanjaan tutup. Banyak yang kehilangan pekerjaan. Prioritas konsumen bergeser pada hal-hal yang esensial (penting). Produk Xiaomi tetap diminati selama Covid-19 karena orang mencari barang dengan value tinggi,” ujar Alvin.

”CEO dan founder Lei Jun selalu berkata jangan sampai situasi mengontrol kita. Tapi, harus tetap melanjutkan bisnis dan kehidupan,” tambahnya.

Ketika Xiaomi ”Naik Kelas” lewat Ponsel Flagship

Xiaomi Mi 10 menargetkan Mi Fans yang ingin naik kelas, meluaskan pasar mereka ke konsumen dengan SES lebih tinggi.

Setiap perusahaan tentu ingin bisa sukses di semua rentang harga/price bracket. Jika Xiaomi serius untuk untuk menjadi merek premium, maka mereka harus secara konsisten membanjiri pasar dengan produk premium. Dan mereka sudah ada di arah yang tepat.

Karena Xiaomi sangat mengerti konsumen mereka, dan bisa memberikan apa yang diharapkan, terlepas dari level harganya.
(dan)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2363 seconds (0.1#10.140)