Merasa Kehilangan Motivasi? Ini 4 Teori yang Bisa Jadi Solusinya
loading...
A
A
A
JAKARTA - ‘Tak ada angin tak ada hujan", pernahkah kamu merasa mager (malas gerak) secara mendadak saat mesti mengerjakan tugas kuliah atau bekerja? Nah, kondisi ini bisa jadi tanda bahwa kamu sedang kehilangan motivasi.
Kehilangan motivasi secara tiba-tiba memang salah satu situasi yang paling menyebalkan dalam kehidupan seseorang. Ini karena kehadiran motivasi sangat berpengaruh terhadap tingkat konsistensi dan produktivitas seseorang dalam mewujudkan cita-citanya.
Secara etimologi, motivasi berasal dari bahasa Inggris yakni “motivation” yang diartikan sebagai suatu dorongan (daya batin) atau alasan bagi seseorang untuk bersemangat dalam mengerjakan suatu hal agar mencapai tujuan tertentu. Dengan begitu, seseorang akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Nah, biar tidak kehilangan motivasi secara mendadak lagi, mengutip Lifehack, berikut empat teori motivasi yang mesti dipahami dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kamu.
1. TEORI DUA FAKTOR
Foto: Kegya/Pixels
Teori dua faktor (teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-motivator) dikembangkan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat bernama Frederick Irving Herzberg (1923-2000). Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan Maslow dan berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland. Teori ini menjelaskan dua jenis faktor yang bisa digunakan untuk mengatur tingkat kepuasan dan ketidakpuasan seseorang, yakni faktor kesehatan (hygiene factor) dan motivasi (motivation factor).
Adapun faktor kesehatan adalah bagian yang paling penting untuk menghadirkan motivasi di tempat kerja, walaupun tidak mengarah kepada kepuasan positif jangka panjang. Namun kalau faktor ini tidak terpenuhi, maka akan memunculkan ketidakpuasan ekstrem pada seseorang.
Faktor kesehatan meliputi sejumlah aspek, antara lain jaminan kerja, gaji, kualitas supervisi, hubungan antarpribadi, kebutuhan sosial, lingkungan kerja, hingga administrasi perusahaan.
Baca Juga: 10 Kalimat Bijak Suga BTS untuk Bantu Kamu Jalani Masa Muda
Selanjutnya faktor motivasi, yaitu harus memenuhi kepuasaan positif agar bisa membantu suatu individu untuk meningkatkan kinerja dan memotivasi agar bisa bekerja lebih keras. Terlibat dalam pekerjaan yang bermakna (menemukan makna dari pekerjaan yang kamu lakukan), merayakan seluruh pencapaian yang telah digapai, dan mengidentifikasi imbalan atas pekerjaan yang dilakukan adalah tiga contoh dari faktor motivasi.
2. TEORI HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW
Foto: Shutterstock
Bisa dibilang, teori yang dikemukakan oleh seorang psikolog pelopor aliran humanistik asal Amerika bernama Abraham Harold Maslow (1908-1970) ini merupakan teori yang paling bisa kamu terima. Ini karena teori tersebut didasari pada fakta bahwa tidak ada yang lebih memotivasi suatu individu selain dirinya sendiri.
Dalam teori ini, kebutuhan manusia memiliki sejumlah tingkatan (rendah-tinggi) yang digambarkan ke dalam bentuk piramida. Teori ini terdiri dari lima tingkatan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan dihargai (harga diri), dan kebutuhan aktualisasi diri.
Lalu, bagaimana teori ini bisa memengaruhi produktivitas kamu? Menurut teori tersebut, tingkat kebutuhan terendah yang belum terpenuhi berperan penting sebagai motivator utama. Cobalah untuk mengetahui posisi kamu saat ini dalam hierarki, di mana posisi tersebut merupakan kebutuhanmu yang belum terpenuhi. Selanjutnya, rencanakan sejumlah langkah konkret untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hingga kamu dapat kembali bergerak menuju aktualisasi diri.
3. TEORI EFEK HAWTHORNE
Foto: Medium
Teori Hawthorne Effects merupakan karya terkenal dari seorang psikolog, sosiolog, dan teoritikus organisasi kelahiran Australia bernama George Elton Mayo (1880-1949). Ia terkenal karena sejumlah penelitiannya serta perannya dalam Hawthrone Studies.
Secara definisi, “Hawthorne Effects” atau biasa disebut Efek Hawthorne merupakan terminologi yang sering digunakan sebagai penggambaran perubahan perilaku seseorang ketika berada di bawah supervisi. Gampangnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan perubahan perilaku seseorang ketika diawasi saat melakukan suatu hal (bekerja, belajar, dan lain sebagainya).
Kehilangan motivasi secara tiba-tiba memang salah satu situasi yang paling menyebalkan dalam kehidupan seseorang. Ini karena kehadiran motivasi sangat berpengaruh terhadap tingkat konsistensi dan produktivitas seseorang dalam mewujudkan cita-citanya.
Secara etimologi, motivasi berasal dari bahasa Inggris yakni “motivation” yang diartikan sebagai suatu dorongan (daya batin) atau alasan bagi seseorang untuk bersemangat dalam mengerjakan suatu hal agar mencapai tujuan tertentu. Dengan begitu, seseorang akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Nah, biar tidak kehilangan motivasi secara mendadak lagi, mengutip Lifehack, berikut empat teori motivasi yang mesti dipahami dan diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan motivasi dan produktivitas kamu.
1. TEORI DUA FAKTOR
Foto: Kegya/Pixels
Teori dua faktor (teori motivasi Herzberg atau teori hygiene-motivator) dikembangkan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat bernama Frederick Irving Herzberg (1923-2000). Ia dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Teori ini merupakan pengembangan dari teori hierarki kebutuhan Maslow dan berhubungan erat dengan teori tiga faktor sosial McClelland. Teori ini menjelaskan dua jenis faktor yang bisa digunakan untuk mengatur tingkat kepuasan dan ketidakpuasan seseorang, yakni faktor kesehatan (hygiene factor) dan motivasi (motivation factor).
Adapun faktor kesehatan adalah bagian yang paling penting untuk menghadirkan motivasi di tempat kerja, walaupun tidak mengarah kepada kepuasan positif jangka panjang. Namun kalau faktor ini tidak terpenuhi, maka akan memunculkan ketidakpuasan ekstrem pada seseorang.
Faktor kesehatan meliputi sejumlah aspek, antara lain jaminan kerja, gaji, kualitas supervisi, hubungan antarpribadi, kebutuhan sosial, lingkungan kerja, hingga administrasi perusahaan.
Baca Juga: 10 Kalimat Bijak Suga BTS untuk Bantu Kamu Jalani Masa Muda
Selanjutnya faktor motivasi, yaitu harus memenuhi kepuasaan positif agar bisa membantu suatu individu untuk meningkatkan kinerja dan memotivasi agar bisa bekerja lebih keras. Terlibat dalam pekerjaan yang bermakna (menemukan makna dari pekerjaan yang kamu lakukan), merayakan seluruh pencapaian yang telah digapai, dan mengidentifikasi imbalan atas pekerjaan yang dilakukan adalah tiga contoh dari faktor motivasi.
2. TEORI HIERARKI KEBUTUHAN MASLOW
Foto: Shutterstock
Bisa dibilang, teori yang dikemukakan oleh seorang psikolog pelopor aliran humanistik asal Amerika bernama Abraham Harold Maslow (1908-1970) ini merupakan teori yang paling bisa kamu terima. Ini karena teori tersebut didasari pada fakta bahwa tidak ada yang lebih memotivasi suatu individu selain dirinya sendiri.
Dalam teori ini, kebutuhan manusia memiliki sejumlah tingkatan (rendah-tinggi) yang digambarkan ke dalam bentuk piramida. Teori ini terdiri dari lima tingkatan, yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan dihargai (harga diri), dan kebutuhan aktualisasi diri.
Lalu, bagaimana teori ini bisa memengaruhi produktivitas kamu? Menurut teori tersebut, tingkat kebutuhan terendah yang belum terpenuhi berperan penting sebagai motivator utama. Cobalah untuk mengetahui posisi kamu saat ini dalam hierarki, di mana posisi tersebut merupakan kebutuhanmu yang belum terpenuhi. Selanjutnya, rencanakan sejumlah langkah konkret untuk memenuhi kebutuhan tersebut, hingga kamu dapat kembali bergerak menuju aktualisasi diri.
3. TEORI EFEK HAWTHORNE
Foto: Medium
Teori Hawthorne Effects merupakan karya terkenal dari seorang psikolog, sosiolog, dan teoritikus organisasi kelahiran Australia bernama George Elton Mayo (1880-1949). Ia terkenal karena sejumlah penelitiannya serta perannya dalam Hawthrone Studies.
Secara definisi, “Hawthorne Effects” atau biasa disebut Efek Hawthorne merupakan terminologi yang sering digunakan sebagai penggambaran perubahan perilaku seseorang ketika berada di bawah supervisi. Gampangnya, istilah ini digunakan untuk menggambarkan perubahan perilaku seseorang ketika diawasi saat melakukan suatu hal (bekerja, belajar, dan lain sebagainya).