Ada Apa dengan Kesehatan Mental Remaja?

Sabtu, 25 Mei 2019 - 07:15 WIB
Ada Apa dengan Kesehatan...
Gangguan mental di kalangan remaja punya banyak pemicu, mulai dari lingkungan luar hingga keluarga. Foto/britishdeafnews.co.uk
A A A
Selebritas muda dari Justin Bieber, Selena Gomez, hingga influencer Awkarin, mengaku memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya. Kita jadi bertanya tanya, apa yang sebenarnya dimaksud dengan kesehatan mental? Apa yang membedakan mental yang sehat dan yang tidak?

Secara umum, kondisi mental yang baik adalah yang tumbuh dan didasari motivasi yang kuat untuk mengaktualisasikan diri menjadi lebih baik, baik dalam kehidupan keluarga, kehidupan kerja, maupun sisi kehidupan lainnya. Juga memiliki kematangan secara emosional.

Isu kesehatan mental masih terdengar asing dibandingkan isu kesehatan fisik. Pemberian imunisasi atau suntik untuk menangani sakit secara fisik, lebih nyata dilakukan sehingga orang awam mudah untuk mengenalinya.

Sedangkan sifat gangguan mental yang lebih mudah disembunyikan dan tidak selalu tampak jelas dari luar, atau dampaknya yang tidak terlalu terasa secara langsung membuat isu ini menjadi isu yang sekunder atau tidak terlalu penting. Namun hal itu tidak berarti kesehatan mental tidak sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Gangguan kesehatan mental dapat menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Sayangnya pengetahuan mengenai penanggulangan gangguan kesehatan mental masih minim di kalangan masyarakat terutama remaja.

Salah satu kasus yang baru terjadi adalah bunuh diri yang dilakukan seorang gadis berumur 16 tahun di Malaysia. Ia melompat dari atap gedung setelah membuat polling atau jajak pendapat di Instagram untuk para follower-nya. Jajak pendapat itu berisi pilihan apakah dia harus hidup atau mati, dan mayoritas follower-nya memilih mati.

Atau serial film "13 Reasons Why" yang berkisah tentang remaja yang bunuh diri, yang diduga menjadi penyebab meningkatnya keinginan remaja di Amerika Serikat untuk melakukan bunuh diri. Ini hanya sedikit contoh dari maraknya remaja yang terkena gangguan mental.

Data dan Fakta

Data dari World Health Organization (WHO) menyebutkan kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan.

WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun atau dalam rentang usia remaja. Dalam berbagai kasus, bunuh diri dan self harm (menyakiti diri sendiri) merupakan akibat dari permasalahan dari gangguan kesehatan mental tersebut.

Di Indonesia, berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 dan data rutin dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, jumlah orang yang mengalami gangguan kesehatan mental terus mengalami peningkatan di Indonesia.

Menurut data tersebut, sekitar 14 juta orang (6 persen) yang berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan kesehatan mental emosional berupa gejala depresi dan kecemasan. Jumlah ini ada pada kisaran 3 persen dari 450 juta penderita gangguan kesehatan mental di seluruh dunia berdasarkan data WHO.

Gejala dan Penyebab

Ade Binarko selaku pendiri SehatMental.id menuturkan bahwa ada beberapa indikasi seorang remaja mengalami gangguan kesehatan. Salah satu gejalanya ialah perubahan suasana hati (mood) yang sangat cepat, penarikan diri dari dunia sosial, penurunan nilai akademik, perubahan intensitas makan dan durasi tidur, kehilangan minat, tidak berenergi, dan mudah marah.

Menurut Ade, gangguan kecemasan menjadi gangguan kesehatan mental yang sering dialami oleh remaja. "Faktor penyebabnya bisa banyak. Bisa jadi kecemasan terhadap masa depan, tidak ada pengertian dari keluarga dan lingkungan, maupun bullying," ujarnya kepada Gen Sindo, Jumat(17/05).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa gangguan kecemasan sendiri berbeda dengan rasa gugup (nervous) sebelum naik panggung atau berbicara di depan umum. Gangguan kecemasan disertai dengan khawatir berlebihan dan ketakutan yang irasional sampai membuat diri merasa menderita. Di Amerika Serikat, lebih dari 6,3 juta kasus remaja mengalami depresi atau 1 dari 4 orang mengalami gangguan kecemasan.

Fakta ini menurut Ade diperparah dengan persepsi mayoritas orang salah kaprah terhadap gangguan kesehatan mental. Para korban yang masih distigmatisasi sebagai orang gila adalah salah satu contohnya. Stigma ini dapat menyebabkan hinaan, penolakan dan pengasingan, dan menjauhkan penyintas dari dukungan dan perawatan kesehatan.

Menurut Ade, banyak orang yang mengaitkan isu-isu kesehatan mental ini dengan munculnya media sosial. Isu bahwa media sosial sebagai pemicu depresi, perundungan (bullying), dan isolasi. Padahal menurut Ade, media sosial hanya sebuah platform. Perundungan, pengucilan, dan alasan lain yang menimbulkan gangguan mental akan tetap ada selagi masih ada pelaku dan tekanan dari lingkungan.

Gangguan mental di masa remaja rentan terjadi karena masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan seorang individu, karena merupakan suatu periode peralihan dan perubahan, masa mencari identitas, masa realistis, dan berada pada masa ambang dewasa yang juga dikenal juga sebagai usia bermasalah. Maka dari itu penanganan yang baik menjadi penting.

Herdyan Loberto, seorang psikolog sekaligus co-founder sehatmental.id menjelaskan bahwa sistem pendukung bagi penyintas menjadi penting sebagai penanggulangan pertama.

"Lingkungan keluarga dan pertemanan diharapkan mampu menjadi tempat keluh kesah para penyintas sehingga tidak berakhir self harm atau bunuh diri. Kebanyakan kasus, hak tersebut terjadi karena tidak adanya dukungan dari lingkungan terdekat, " tuturnya.

Menurutnya, identifikasi dini dan penanganan efektif terhadap pengidap gangguan mental, menjadi kunci untuk memastikan orang-orang tersebut mendapatkan perhatian yang dibutuhkan.

Berto menjelaskan lebih lanjut, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan, menemui psikiater merupakan langkah yang harus dilakukan oleh para penyintas. Tak hanya itu primental check up bisa dilakukan oleh para penyintas untuk menghindari self diagnosis atau menerka hasilnya sendiri.

Thalitha Avifah Yuristiana
Gen Sindo
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta
(her)
Berita Terkait
Justin Bieber Makin...
Justin Bieber Makin Tertutup di Tengah Perilaku Aneh, Persempit Circle Pertemanan
Pertunangan Selena Gomez...
Pertunangan Selena Gomez Diduga Jadi Penyebab Penderitaan Mental Justin Bieber
Metode AMC Efektif Ubah...
Metode AMC Efektif Ubah Pola Pikir dan Kehidupan Banyak Orang
Disebut Kecanduan Narkoba,...
Disebut Kecanduan Narkoba, Justin Bieber Klarifikasi Tubuhnya yang Kurus
Kiky Saputri Sempat...
Kiky Saputri Sempat Takut Baby Blues usai Melahirkan: Sudah Siapkan Fisik dan Mental
Justin Bieber Makin...
Justin Bieber Makin Kurus, Diduga Tertekan sejak Terbongkar Kasus P Diddy
Berita Terkini
James Cameron Bocorkan...
James Cameron Bocorkan Detail Avatar: Fire and Ash, Keluarga Jake Sully Hadapi Musuh Baru
4 jam yang lalu
Tom Holland Umumkan...
Tom Holland Umumkan Judul Resmi Spider-Man 4, Brand New Day Siap Tayang 2026
1 hari yang lalu
5 Drama Korea Mirip...
5 Drama Korea Mirip Undercover High School, Penuh Aksi dan Ketegangan
2 hari yang lalu
Weak Hero Class 2 Tayang...
Weak Hero Class 2 Tayang Perdana 25 April, Park JI Hoon Kembali sebagai Yeon Si Eun
3 hari yang lalu
Sinopsis dan Daftar...
Sinopsis dan Daftar Pemain The Divorce Insurance, Drama Korea Bertema Asuransi Perceraian
4 hari yang lalu
Snow White Live Action...
Snow White Live Action Jadi Film Disney Paling Mengecewakan Sepanjang Sejarah
5 hari yang lalu
Infografis
Beragam Manfaat Air...
Beragam Manfaat Air Rebusan Daun Kelor untuk Kesehatan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved