Penjelasan Ending When Life Gives You Tangerines dan Kemungkinan Season 2
loading...

Drama Korea When Life Gives You Tangerines resmi menutup kisah emosionalnya pada Jumat, 28 Maret 2025 dengan episode terakhir yang membungkus perjalanan. Foto/Soompi
A
A
A
JAKARTA - Drama Korea When Life Gives You Tangerines resmi menutup kisah emosionalnya pada Jumat, 28 Maret 2025 dengan episode terakhir yang membungkus perjalanan para karakter utama secara menyentuh dan mendalam. Serial ini tidak hanya mengisahkan kehidupan sehari-hari, tapi juga menghadirkan refleksi mendalam tentang cinta, kehilangan, dan makna keluarga.
Episode akhir When Life Gives You Tangerines memperlihatkan pencapaian Ae-sun dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang penyair ternama. Setelah puluhan tahun perjuangan, kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil, menunjukkan bahwa keyakinan terhadap diri sendiri, meski harus melewati berbagai rintangan, dapat membuahkan pencapaian luar biasa.
Dilansir dari Sports Keeda, Sabtu (29/3/2025), namun, kebahagiaan itu tak lepas dari rasa kehilangan. Pasalnya, di saat yang bersamaan, sang suami tercinta, Gwan-sik, telah meninggal dunia di usia akhir 50-an akibat penyakit kronis yang diam-diam ia derita.
Momen-momen menjelang kepergian Gwan-sik digambarkan dengan penuh kelembutan, yang mana ia terus menunjukkan cintanya pada Ae-sun dengan cara-cara sederhana namun penuh makna. Seperti memperbaiki jendela agar istrinya bisa tidur lebih nyenyak atau memodifikasi lemari dapur agar Ae-sun tidak kesulitan mengakses barang-barang.
![Penjelasan Ending When Life Gives You Tangerines dan Kemungkinan Season 2]()
Foto/Soompi
Ia bahkan sempat membeli jepit rambut untuk istrinya di hari-hari terakhirnya. Gwan-sik mungkin telah tiada, tetapi jejak cintanya tetap hadir dalam keseharian Ae-sun dan anak-anak mereka.
Cerita tak berhenti pada kehilangan, sebab When Life Gives You Tangerines membawa penonton melintasi waktu hingga tahun 2023, menampilkan Ae-sun yang kini telah menua dan mengajar para lansia di panti jompo. Di masa tuanya, Ae-sun terus menunjukkan dedikasinya pada puisi. Di tengah aktivitasnya, ia menerima telepon dari putrinya, Geum-myeong, yang memintanya pulang untuk makan bersama keluarga besar.
Pertemuan keluarga itu menyuguhkan kehangatan. Putranya, Eun-myeong, mengejutkan Ae-sun dengan membawa setumpuk buku puisi yang akhirnya diterbitkan. Itu merupakan buku yang telah lama ia impikan untuk ada di tangannya.
Penutup drama Korea ini juga menyelipkan momen simbolik yang mengharukan. Di mana seorang editor penerbit menangis saat membaca naskah puisi Ae-sun, dan secara fisik menyerupai ibunya yang telah tiada, Gwang-rye. Hal ini seolah menandakan bahwa semangat Gwang-rye tetap hidup, dan impiannya kini terwujud melalui karya sang putri.
Episode akhir When Life Gives You Tangerines memperlihatkan pencapaian Ae-sun dalam mewujudkan mimpinya menjadi seorang penyair ternama. Setelah puluhan tahun perjuangan, kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil, menunjukkan bahwa keyakinan terhadap diri sendiri, meski harus melewati berbagai rintangan, dapat membuahkan pencapaian luar biasa.
Dilansir dari Sports Keeda, Sabtu (29/3/2025), namun, kebahagiaan itu tak lepas dari rasa kehilangan. Pasalnya, di saat yang bersamaan, sang suami tercinta, Gwan-sik, telah meninggal dunia di usia akhir 50-an akibat penyakit kronis yang diam-diam ia derita.
Momen-momen menjelang kepergian Gwan-sik digambarkan dengan penuh kelembutan, yang mana ia terus menunjukkan cintanya pada Ae-sun dengan cara-cara sederhana namun penuh makna. Seperti memperbaiki jendela agar istrinya bisa tidur lebih nyenyak atau memodifikasi lemari dapur agar Ae-sun tidak kesulitan mengakses barang-barang.

Foto/Soompi
Ia bahkan sempat membeli jepit rambut untuk istrinya di hari-hari terakhirnya. Gwan-sik mungkin telah tiada, tetapi jejak cintanya tetap hadir dalam keseharian Ae-sun dan anak-anak mereka.
Cerita tak berhenti pada kehilangan, sebab When Life Gives You Tangerines membawa penonton melintasi waktu hingga tahun 2023, menampilkan Ae-sun yang kini telah menua dan mengajar para lansia di panti jompo. Di masa tuanya, Ae-sun terus menunjukkan dedikasinya pada puisi. Di tengah aktivitasnya, ia menerima telepon dari putrinya, Geum-myeong, yang memintanya pulang untuk makan bersama keluarga besar.
Pertemuan keluarga itu menyuguhkan kehangatan. Putranya, Eun-myeong, mengejutkan Ae-sun dengan membawa setumpuk buku puisi yang akhirnya diterbitkan. Itu merupakan buku yang telah lama ia impikan untuk ada di tangannya.
Penutup drama Korea ini juga menyelipkan momen simbolik yang mengharukan. Di mana seorang editor penerbit menangis saat membaca naskah puisi Ae-sun, dan secara fisik menyerupai ibunya yang telah tiada, Gwang-rye. Hal ini seolah menandakan bahwa semangat Gwang-rye tetap hidup, dan impiannya kini terwujud melalui karya sang putri.
Lihat Juga :