5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia

Senin, 17 Agustus 2020 - 22:08 WIB
loading...
5 Pahlawan Perempuan...
Menulis adalah sejnata bagi para tokoh jurnalis perempuan dalam memperjuangkan ideologi mereka. Foto/Radu Bocioaca
A A A
JAKARTA - Pahlawan bukan cuma mereka yang berjuang di lapangan dalam meraih kemerdekaan, tapi juga mereka yang berani menulis dalam sebuah perjuangan ideologis.

Nah, salah satu aspek yang gak banyak diketahui adalah peran para jurnalis perempuan Indonesia pada masa lalu yang menjadi roda penggerak kemerdekaan dengan caranya masing-masing.

Dimulai dari kemerdekaan hak perempuan sebagai manusia yang bedaulat di ranah publik dan ranah privat (rumah tangga), sampai masalah semendasar kemerdekaan negara Indonesia yang harus bebas dari kungkungan para penjajah.

Kekritisan pemikiran mereka yang dituangkan lewat tulisan-tulisan, juga media massa, menyumbang banyak hal dalam memajukan pemikiran bangsa, juga memprakarsai iklim kebebasan berpendapat di Indonesia lewat fungsi pers sebagai pilar penyangga demokrasi yang keempat.

Selain sebagai jurnalis, perjuangan mereka juga menjadi salah satu hal pendorong lahirnya emansipasi perempuan dan kesetaraan gender di Indonesia.

Siapa aja mereka? Apa sumbangan aktivisme dan pemikirannya? Yuk, simak di bawah ini. (Baca Juga: Sejarah Hari Perempuan Internasional, Bermula dari Aksi Buruh)

1. ROHANA KUDUS

5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia

Foto: melayuonline.com

Rohana Kudus terkenal sebagai perempuan jurnalis pertama di Indonesia, mendahului tokoh-tokoh perempuan jurnalis lain di Indonesia. Salah satu langkah pertama yang menandai perintisan kariernya adalah dengan mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia di Kota Gadang, Sumatera Barat, pada 1911, untuk memperluas perjuangan perempuan dan hak-haknya.

Melalui tulisannya, Rohana juga pernah mengkritik praktik pergundikan, serta praktik-praktik lain berakar manipulasi yang menjebak dan memperdaya para buruh perempuan ke dunia prostitusi. Pada 1912, Rohana mendirikan surat kabar khusus perempuan pertama di Indonesia yang dinamai Soenting Melajoe.

Pada 1987, Rohana kemudian dianugerhahi gelar Perintis Pers Indonesia dalam peringatan Hari Pers Nasional ke-3 pada 1987. Pada 2019, Presiden Joko Widodo menganugerahi Rohana dengan gelar pahlawan nasional Indonesia pada perayaan Hari Pahlawan.

2. S. K. TRIMURTI

5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia

Foto: Kedaulatan Rakyat

S. K Trimurti, yang punya nama asli Surastri Karma Trimurti, merupakan seorang aktivis, jurnalis, dan advokat kesetaraan gender di Indonesia. Sebagai seorang tokoh yang vokal dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah dan isu-isu sosial di sektiarnya, aktivitas politik dan jurnalistik Trimurti jugalah yang sering membawanya keluar-masuk penjara kolonial di masa penjajahan.

Beberapa contoh perjuangannya adalah menolak setuju pada aturan feodal yang menganggap perempuan yang berpolitik merupakan hal yang tabu, mengkritisi isu-isu adat yang anti-emansipasi perempuan, serta nasib buruk buruh perempuan.

Perjuangan Trimurti bukan cuma lewat tulisannya, tapi juga melalui aktivisme dan penggalangan gerakan di dunia nyata. Dalam usia yang muda, yaitu 21 tahun, Presiden Sukarno meminta Trimurti untuk menjadi pemimpin redaksi majalah Pikiran Rakyat. Sepak terjang Trimurti membuat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menciptakan penghargaan “Trimurti Awards” untuk menghargai karya perempuan jurnalis di Indonesia.

3. RASUNA SAID

5 Pahlawan Perempuan yang Memajukan Dunia Pers Indonesia

Foto: Dok. Kementerian Komunikasi RI

Rasuna Said merupakan perempuan jurnalis asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Selain di dunia jurnalisme, Rasuna juga aktif berkontribusi di organisasi islam dan gerakan perempuan. Ia pernah menjadi pemimpin redaksi majalah Raya, yang merupakan sebuah media perjuangan di Sumatera Barat, redaktur di majalah Suntiang Nagari, serta pendiri majalah mingguan Menara Poetri yang fokus membahas kesetaraan hak perempuan dan semangat anti-kolonialisme di Indonesia pada 1935.

Rasuna disebut-sebut merupakan perempuan Indonesia pertama yang dipenjara atas tuduhan ujaran kebencian dalam jeratan hukum spreekdelict karena sering berorasi untuk menentang pemerintahan dan politik praktis milik kolonial Belanda di Indonesia pada masa penjajahan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2115 seconds (0.1#10.140)