Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan
Sabtu, 14 Desember 2019 - 09:00 WIB

Menjadi atlet e-sport atau olahraga-el jadi profesi yang dianggap keren oleh anak muda masa kini, terbukti dari para atletnya yang nyaris semuanya berusia di bawah 25 tahun. Foto/owayo.com
A
A
A
E-sport memang lagi jadi barang ‘seksi’. Selain kompetisinya lagi banyak digelar, hadiah kompetisinya pun bikin ngiler. Gaji atlet e-sport bahkan bisa lebih dari Rp50 juta per bulan!
E-sport atau olahraga-el memang lagi booming banget. Bukan cuma dipertandingkan di tingkat regional seperti Sea Games dan Asian Games, olahraga ini juga bakal hadir saat Olimpiade Tokyo 2020.
Kuantitas kompetisi olahraga-el memang lagi melonjak, baik di tingkat lokal maupun global. Ini jadi penanda bahwa dunia olahraga-el, termasuk industri yang menyertainya, memang lagi hot-hot-nya.
Tercatat, ada 10 kompetisi olahraga-el berskala nasional dan internasional rutin diselenggarakan di Indonesia. Hadiahnya pun bikin ngiler.
Misalnya Mobile Legends Professional League Season 4 yang total hadiahnya Rp4,25 miliar. Lalu ada Indonesia Esports League yang total hadiahnya Rp1 miliar. Ada juga Piala Presiden Esports 2020 dengan total hadiah Rp1,5 miliar.
![Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan]()
Foto: Dok. Bekraf
Hadiah sebesar ini bisa ada karena didukung dan disponsori banyak pihak. Mulai dari pemerintah sampai perusahan-perusahaan bonafide.
Misalnya aja untuk Piala Presiden Esport, ada dukungan penuh dari Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Sementara dari pihak swasta, developer game internasional macam Garena, Moonton, dan Revival TV juga udah mulai membuka cabangnya di Indonesia. Belum lagi bank dan marketplace yang menyokong dengan kucuran dana besar.
![Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan]()
Foto: Dok IESPL
“Game telah bertransformasi menjadi e-sport. Ekosistemnya sudah berubah menjadi industri. Saat ini, para gamer bukan lagi sekadar penikmat dan pasar. Mereka adalah atlet, pemain utama di industri e-sport,” ujar Gio Wibowo, Sekretaris Jenderal Piala Presiden Esport 2019.
Gio juga mengatakan bahwa potensi olahraga-el di tanah air sangat besar. Lahirnya klub e-sport profesional menjadi tanda-tanda cerahnya masa depan industri kreatif ini.
Ada lebih dari 13 klub besar olahraga-el profesional di Indonesia tergabung dalam Indonesia E-Sport Premiere League (IESPL). Salah satunya tim Evos, yang baru-baru ini mengharumkan nama Indonesia di kancah Asian Games 2018.
![Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan]()
Foto: Dok. Evos
“Beberapa klub, seperti Evos, RRQ, dan Boom sudah established. Mereka menggaji pemain start dari 5 juta hingga 75 juta per bulan. Itu semua di luar bonus dan tunjangan kompetisi,” kata Gio.
Yang Penting Kemauan
Hilmy Khairi, salah satu atlet olahraga-el, menceritakan kisahnya dalam menekuni industri khas generasi milenial ini. Pemuda yang kini jadi salah satu tim manajer Evos tersebut mengaku semangat menjadi atlet olahraga-el karena merasa punya minat besar pada dunia gim dan kompetisi.
“Dulu sih sesimpel suka main game dan kompetisi. Dulu waktu sekolah, aku juga jalanin olahraga konvensional dan tanding juga, tapi memang waktu itu punya kesempatan lebih besar untuk ‘bersinar’ di dunia competitive gaming,” kata Hilmy.
![Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan]()
Foto: medium.com
Menurut dia, gak ada tantangan khusus untuk menjadi atlet olahraga-el. Modal yang paling dibutuhkan ‘cuma’ kemauan untuk belajar semua aspek dalam gim yang ditekuni.
Nah, masih kata Hilmy, tantangan justru muncul dari masyarakat, yang masih menganggap negatif segala hal yang berbau gim.
“Sentimen negatifnya bahkan bisa sangat menyakitkan bagi pemain professional. Belum lagi sebagai industri baru, tentu para orang tua cenderung takut bila anaknya mendalami dunia e-sport,” curhat Hilmy.
Profesi Potensial
Sementara itu, Henov Iqbal, Headmaster GGWP Esports berpendapat bahwa atlet olahraga-el adalah profesi yang potensial pada masa depan. Menurutnya, peralihan platform kompetisi e-sport dari PC dan konsol ke mobile phone menjadi faktor utama.
![Atlet e-Sport, Profesi Menggiurkan untuk Masa Depan]()
Foto: airmore.com
“Kalau platform kompetisi e-sport di PC dan konsol susah viral di Indonesia. Mengapa? Karena gak semua orang bisa beli atau build PC, bisa dikatakan barier to market-nya besar,” jelas Henov.
Henov juga menyampaikan bahwa gak ada batasan umur untuk menjadi atlet olahraga-el. Selama determinasi dalam bermain terjaga, maka seorang atlet e-sport akan memiliki umur panjang di dunia e-sport. Namun, umumnya para atlet ini didominasi usia 18—25 tahun.
Terakhir, Henov melihat bahwa masa depan olahraga-el di Indonesia akan terus berkembang. “Demand-nya terus ada, dari anak mudanya aja hype banget sama e-sport,” tegasnya.
GenSINDO
Rafli Syahrizal
Universitas Indonesia
E-sport atau olahraga-el memang lagi booming banget. Bukan cuma dipertandingkan di tingkat regional seperti Sea Games dan Asian Games, olahraga ini juga bakal hadir saat Olimpiade Tokyo 2020.
Kuantitas kompetisi olahraga-el memang lagi melonjak, baik di tingkat lokal maupun global. Ini jadi penanda bahwa dunia olahraga-el, termasuk industri yang menyertainya, memang lagi hot-hot-nya.
Tercatat, ada 10 kompetisi olahraga-el berskala nasional dan internasional rutin diselenggarakan di Indonesia. Hadiahnya pun bikin ngiler.
Misalnya Mobile Legends Professional League Season 4 yang total hadiahnya Rp4,25 miliar. Lalu ada Indonesia Esports League yang total hadiahnya Rp1 miliar. Ada juga Piala Presiden Esports 2020 dengan total hadiah Rp1,5 miliar.

Foto: Dok. Bekraf
Hadiah sebesar ini bisa ada karena didukung dan disponsori banyak pihak. Mulai dari pemerintah sampai perusahan-perusahaan bonafide.
Misalnya aja untuk Piala Presiden Esport, ada dukungan penuh dari Kantor Staf Presiden (KSP), Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Sementara dari pihak swasta, developer game internasional macam Garena, Moonton, dan Revival TV juga udah mulai membuka cabangnya di Indonesia. Belum lagi bank dan marketplace yang menyokong dengan kucuran dana besar.

Foto: Dok IESPL
“Game telah bertransformasi menjadi e-sport. Ekosistemnya sudah berubah menjadi industri. Saat ini, para gamer bukan lagi sekadar penikmat dan pasar. Mereka adalah atlet, pemain utama di industri e-sport,” ujar Gio Wibowo, Sekretaris Jenderal Piala Presiden Esport 2019.
Gio juga mengatakan bahwa potensi olahraga-el di tanah air sangat besar. Lahirnya klub e-sport profesional menjadi tanda-tanda cerahnya masa depan industri kreatif ini.
Ada lebih dari 13 klub besar olahraga-el profesional di Indonesia tergabung dalam Indonesia E-Sport Premiere League (IESPL). Salah satunya tim Evos, yang baru-baru ini mengharumkan nama Indonesia di kancah Asian Games 2018.

Foto: Dok. Evos
“Beberapa klub, seperti Evos, RRQ, dan Boom sudah established. Mereka menggaji pemain start dari 5 juta hingga 75 juta per bulan. Itu semua di luar bonus dan tunjangan kompetisi,” kata Gio.
Yang Penting Kemauan
Hilmy Khairi, salah satu atlet olahraga-el, menceritakan kisahnya dalam menekuni industri khas generasi milenial ini. Pemuda yang kini jadi salah satu tim manajer Evos tersebut mengaku semangat menjadi atlet olahraga-el karena merasa punya minat besar pada dunia gim dan kompetisi.
“Dulu sih sesimpel suka main game dan kompetisi. Dulu waktu sekolah, aku juga jalanin olahraga konvensional dan tanding juga, tapi memang waktu itu punya kesempatan lebih besar untuk ‘bersinar’ di dunia competitive gaming,” kata Hilmy.

Foto: medium.com
Menurut dia, gak ada tantangan khusus untuk menjadi atlet olahraga-el. Modal yang paling dibutuhkan ‘cuma’ kemauan untuk belajar semua aspek dalam gim yang ditekuni.
Nah, masih kata Hilmy, tantangan justru muncul dari masyarakat, yang masih menganggap negatif segala hal yang berbau gim.
“Sentimen negatifnya bahkan bisa sangat menyakitkan bagi pemain professional. Belum lagi sebagai industri baru, tentu para orang tua cenderung takut bila anaknya mendalami dunia e-sport,” curhat Hilmy.
Profesi Potensial
Sementara itu, Henov Iqbal, Headmaster GGWP Esports berpendapat bahwa atlet olahraga-el adalah profesi yang potensial pada masa depan. Menurutnya, peralihan platform kompetisi e-sport dari PC dan konsol ke mobile phone menjadi faktor utama.

Foto: airmore.com
“Kalau platform kompetisi e-sport di PC dan konsol susah viral di Indonesia. Mengapa? Karena gak semua orang bisa beli atau build PC, bisa dikatakan barier to market-nya besar,” jelas Henov.
Henov juga menyampaikan bahwa gak ada batasan umur untuk menjadi atlet olahraga-el. Selama determinasi dalam bermain terjaga, maka seorang atlet e-sport akan memiliki umur panjang di dunia e-sport. Namun, umumnya para atlet ini didominasi usia 18—25 tahun.
Terakhir, Henov melihat bahwa masa depan olahraga-el di Indonesia akan terus berkembang. “Demand-nya terus ada, dari anak mudanya aja hype banget sama e-sport,” tegasnya.
GenSINDO
Rafli Syahrizal
Universitas Indonesia
(her)