Duka Anak Rantau: Kangen Rumah, Tahan Nafsu Jajan

Sabtu, 19 Oktober 2019 - 12:01 WIB
Duka Anak Rantau: Kangen Rumah, Tahan Nafsu Jajan
Duka Anak Rantau: Kangen Rumah, Tahan Nafsu Jajan
A A A
Tuntutan harus mandiri menjadi tantangan tersendiri bagi anak kos. Mulai dari mengatur uang jajan hingga mengatasi perasaan kangen rumah (home sick) karena jauh dari rumah dan orang tua.

Wah, pasti teman-teman yang ngekos berat banget, ya, dapet cobaan ini?

Contohnya Nurul Fairus, salah satu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini merantau dari Ambon dan memutuskan untuk tinggal di Kos RDC, Ciputat, karena jaraknya yang lumayan dekat dari kampusnya. Nurul sudah menetap di kosnya yang sekarang selama hampir dua tahun.

Seperti kebanyakan anak kos lainnya, Nurul juga sempat mengalami home sick.Dia mengaku kadang-kadang merindukan suasana rumah ketika ada hari libur kuliah dan melihat teman-temannya bisa pulang ke rumah.

Namun, ia tidak mau berlarut dalam kerinduan sehingga menemukan jalan keluar.

“Solusinya, ya, telepon nyokap dan bokap tentang rumah, nanya perkembangan dan permasalahan di rumah dan gue juga bisa curhat gue di sini gimana. Kalo ada libur, paling jalan-jalan di sekitar sini aja biar gak kepikiran rumah karena di sini juga banyak temen yang bisa menghibur,” terang Nurul saat ditemui di tempat kosnya.

Untuk menghindari masalah finansial, Nurul mengatasinya dengan makan tidak berlebihan, yang penting tiga kali sehari dan membatasi untuk membeli camilan-camilan supaya dia bisa jalan-jalan pas akhir pekan.

“Hari kuliah harus hemat gitu. Jajan juga gak banyak-banyak, yang penting cukup tiga kali sehari, nyemil juga dibatasin, makanya pas akhir minggu gue punya uang lebih untuk jalan-jalan,” ungkap mahasiswi fakultas kedokteran ini.

Merantau dari Ambon ke Jakarta juga membuat Nurul sempat mengalami gegar budaya alias cultural shock.

Maraknya pergaulan yang cukup bebas di Jakarta lumayan membuat Nurul sempat kaget menyesuaikan diri, apalagi ia lulusan pesantren sehingga merasa banyak hal yang bertentangan dengan prinsip agamanya.

“Gue tetep membaur tapi gak melebur. Untungnya temen sepermainan gue juga ngehargain gue jadi kalo mereka mau lakuin hal-hal yang gak sesuai sama gue pasti gue gak diajak karena mereka tau gue gak mau. Gue juga berusaha selalu salat walaupun main seharian dan ngingetin mereka juga buat salat,” ungkapnya.

Sama dengan Nurul Fairus, Nurul Fajriah, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang yang biasa dipanggil Nunu juga merantau dari Kalimantan dan memilih untuk tinggal sendiri di kamar kos.

Nunu juga sempat mengalami gegar budaya karena bahasa yang berbeda. Masalah finansial juga jadi yang paling harus diakali.

Bener-bener berpikir dua kali buat beli barang yang gak perlu. Misal pas kuliah ada jajanan, langsung tanemin di hati gak boleh jajan. Lebih baik beli nasi sama lauk dan gak beli make up kalo belom abis dan gak perlu,” katanya.

GenSINDO
Amalia Zhahrina
Politeknik Negeri Jakarta
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.5068 seconds (0.1#10.140)