Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?

Rabu, 25 Maret 2020 - 18:00 WIB
Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?
Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?
A A A
Apakah kamu pernah mendapat nilai sempurna saat ujian dan rasanya senang selama beberapa saat? Lalu saat ujian berikutnya, kamu gagal dan kamu merasa sangat buruk dalam waktu yang sangat lama?

Dalam kasus lain, kamu punya teman atau pacar yang baik banget. Tapi sekalinya mereka bikin satu kesalahan kecil, kamu bakal ingat dan mengungkit terus kesalahan tersebut, sementara hal-hal yang baik langsung terlupakan.

Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?

Foto: Makyzz/Freepik

Dua situasi di atas menggambarkan bias negatif (negativity bias) yang tertanam dalam otak kita. Bias negatif adalah kecenderungan bagi sesuatu yang negatif untuk nyangkut di pikiran kita dibanding sesuatu yang positif.

Meskipun proporsi objek positif lebih besar daripada objek negatif, hal-hal yang negatif cenderung tetap mendominasi hal yang kita rasakan.

Mengutip dari Psychology Today, John Cacioppo melakukan sebuah studi dengan menunjukkan gambar-gambar tertentu ke sekelompok orang. Gambar-gambarnya yaitu yang dikenal membangkitkan perasaan positif (seperti piza atau mobil mewah), gambar-gambar yang membangkitkan perasaan negatif (seperti wajah yang dimutilasi atau kucing mati), serta gambar-gambar netral (seperti piring atau pengering rambut).

Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?

Foto: Shutterstock

Pada saat yang sama, John Cacioppo merekam aktivitas elektrik di korteks serebral otak yang mencerminkan besarnya pemrosesan informasi yang terjadi.

Lalu dia menunjukkan bahwa otak rupanya bereaksi lebih kuat terhadap rangsangan yang bersifat negatif. Ada lonjakan yang lebih besar dalam aktivitas listrik. Inilah yang bikin sikap kita lebih banyak dipengaruhi oleh hal buruk daripada hal baik.

Selain itu, melansir dari Psycom, emosi negatif membangkitkan amigdala, struktur otak berbentuk almond yang disebut sebagai "lonceng alarm otak”.

Psikolog Rick Hansen, pendiri Wellspring Institute for Neuroscience and Contemplative Wisdom, menyebut, amigdala “menggunakan sekitar dua pertiga neuronnya untuk mencari berita buruk".

Kenapa Hal Negatif Lebih Gampang Nyangkut Daripada yang Positif?

Foto: Jcomp/Freepik

"Begitu alarm berbunyi, peristiwa dan pengalaman negatif dengan cepat disimpan dalam memori. Berbeda dengan peristiwa dan pengalaman positif, yang biasanya perlu disadari selama belasan atau lebih detik untuk ditransfer dari memori jangka pendek ke jangka panjang penyimpanan," ujarnya.

Walau begitu, kita gak perlu khawatir hidup akan melulu diwarnai hal buruk atau negatif. Karena sekarang kita udah tahu bahwa hal negatif cenderung mendominasi otak, kita perlu melawannya dengan menghadirkan hal positif yang kuantitasnya berkali-kali lipat lebih banyak.

Pastinya, ini bukan hal yang gampang segampang kita bilang atau nulis “stay positive”. Tapi, ini bukan hal yang mustahil.

Kita gak akan bisa mengabaikan hal buruk, tapi kita bisa mulai menganggap bahwa hal positif lebih luar biasa dibanding yang negatif. Bisa, ya!

Fauziatun Nabila Sudarko
Kontributor GenSINDO
Universitas Indonesia
Instagram: @fauziatunnabila
(her)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7880 seconds (0.1#10.140)