Alasan Free Fire Adalah Gim yang Harus Kamu Mainkan di 2020

Selasa, 28 Januari 2020 - 11:00 WIB
Alasan Free Fire Adalah Gim yang Harus Kamu Mainkan di 2020
Alasan Free Fire Adalah Gim yang Harus Kamu Mainkan di 2020
A A A
Alasan Free Fire Adalah Gim yang Harus Kamu Mainkan di 2020


Diujung jalanan kecil menuju Alas Purwo, Banyuwangi, itu saya berhenti sebentar. Untuk numpang menggunakan toilet di rumah warga yang membuka toko kelontong. Di depannya ada bale terbuat dari bambu. Tiga anak kecil tampak sedang asik memainkan gim ini: Free Fire.

”Kenapa nggak main PUBG Mobile, dek?” tanya saya. Mereka menggeleng, sambil matanya tetap asik menatap layar. Berbeda dengan PlayerUnknown’s Battlegrounds (PUBG) Mobile atau Call of Duty Mobile yang menurut Garena banyak dimainkan di kawasan perkotaan. Di kategori gim bergenre Battle Royale, ternyata popularitas Free Fire menjangkau sampai pelosok pedesaan. Yang saya temukan sendiri.

Pada pertengahan 2019, misalnya, Free Fire memiliki lebih dari 450 juta pengguna terdaftar, dan lebih dari 50 juta peak daily users di seluruh dunia. Ada beberapa alasan mengapa Free Fire menjadi begitu popular.

Pertama, karena target pasar Free Fire memang ingin menjangkau negara-negara berkembang. Gimnya bisa berjalan lancar di perangkat-perangkat berspesifikasi rendah. Untuk lancar memainkan Free Fire, pengguna hanya dituntut memiliki RAM 1 GB serta storage sebesar 900 MB. Ini jauh lebih rendah daripada misalnya PUBG Mobile, yang butuh RAM di atas 2GB serta storage 1,5 GB lebih.

Selain itu, teknis permainan juga lebih sederhana. Ketika game dimulai, jumlah pemainnya adalah 50 orang. Artinya satu ronde bisa berakhir lebih cepat, rata-rata sekitar 10 menit saja. Sementara itu, bangunan juga tidak memiliki pintu atau jendela, sehingga pemain tidak bisa bersembunyi dengan mudah di dalamnya.

Ketua Panita Penyelenggara Piala Presiden Esports 2020 Giring Ganesha tidak ragu menyebut Free Fire sebagai gim yang harus dimainkan di 2020. "Yang tadinya hanya populer di Suburban, tahun ini Free Fire justru akan banyak dimainkan di perkotaan," ujar Giring. Kenapa begitu? Karena Piala Presiden Esports 2019 yang memiliki 18 ribu atlet pendaftar itu memainkan Free Fire. Dan karena Piala Presiden 2020 pendaftarnya mencapai 177 ribu atlet atau 10 kali lipat.

Dan Free Fire adalah gim yang sudah mengharumkan nama Indonesia di manca negara ketika tim EVOS menjadi Juara Dunia Turnamen Free Fire World Cup 2019 di Bangkok, Thailand. Ibarat pemain sepak bola, peran turnamen bergengsi sangat penting bagi atlet eSports lokal. Dan Free Fire memiliki hal itu.

"Atlet Esports Free Fire memiliki jenjang karier yang jelas. Ada Indonesian Master, Piala Presiden, skala Asia Pasifik, hingga World Cup," ungkap Giring. Dan yang menarik lagi dari Free Fire ini adalah komitmen Garena untuk membuat gim mereka "ramah anak". Antara lain menghapus darah dan menggantinya jadi poin ketika karakter tertembak. Ini penting lantaran gim battle royale dikhawatirkan mengandung kekerasan yang bisa memberikan dampak buruk bagi anak.

Garena sendiri menyebut genrenya sebagai Fantasy Shooting, dengan karakter rekaan yang futuristik dan sebisa mungkin menghindari realisme yang ditonjolkan oleh PUBG Mobile. Sentuhan lainnya adalah nilai raport anak sekolah wajib 70 keatas ketika ingi mengikuti kompetisi Free Fire, sekali lagi untuk menegaskan bahwa gim bukan menjadi alasan untuk meninggalkan sekolah.

Berkaca pada itu, Free Fire adalah gim battle royale pertama yang harus dikuasai jika remaja ingin berkarier di bidang Esports. Sebagai gambaran, menurut Giring, pemain Esports profesional bergaji di atas Rp20 juta sebulan. Diluar negeri, bahkan sudah diatas Rp70 juta-Rp100 juta per bulan. Belum lagi pendapatan lain dari streaming di platform seperti YouTube atau Nimo TV, endorsment sebagai KOL/influencer, bahkan sponsorship dari brand besar hingga bintang iklan.

Jadi, selain seru dimainkan, aman untuk anak-anak, juga atletnya memiliki karier yang jelas. Sebagai orang yang aktif memainkan PUBG Mobile dan kini beralih ke COD Mobile, saya dulu sudah pernah mencoba Free Fire dan tidak tertarik.

Sekarang, ketika Free Fire akan semakin hype di 2020 saya pun mencoba untuk memainkan ulang. Hasilnya, tetap tidak tertarik. Karena sudah terbiasa dengan realistis dan akurat PUBG Mobile dan grafik visual yang memanjakan mata di COD Mobile, saya melihat Free Fire sebagai gim yang terasa kaku, kurang menarik, apalagi dengan fitur aim assist yang cukup ekstrim.

Seharusnya Free Fire dirancang sebagai gim yang fun dimainkan orang awam sekalipun. Tapi jelas bukan untuk semua orang. Mungkin ini soal selera. (*)
(dng)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.5040 seconds (0.1#10.140)